Share

7. Kuda Malam

Beberapa bulan setelah Liu Bian turun tahta, keadaan negara makin kacau. Satu persatu pejabat loyal dibunuh tanpa sebab, membuat mereka yang beruntung menjadi takut dan bergabung dengan Dong Zhuo.

Bahkan Zhu Cun dan Cao Cao menyatakan loyalitas kepada hewan itu.

Sementara itu, Yuan Shao membangun kekuatan di daerah utara, mengirim banyak pesan bagi pejabat ibukota untuk berkomplot membunuh Dong Zhuo dan gerakan untuk mengembalikan Bian menjadi kaisar semakin besar.

Dong Zhuo ingin menghabisi semua pejabat yang tidak berguna. Dia mempersiapkan pasukan untuk bergerak, tetapi Li Ru mencegah.

"Minggir!" teriak Dong Zhuo. "Biar aku penggal mereka semua!"

"Jika Anda melakukan itu, pemberontakan akan terjadi," ucap Li Ru. 

Nasihat itu membuat Dong Zhuo duduk di lantai melempar pedang. Berkali-kali dia mengumpat geram.

"Jika begini terus, aku bisa digulingkan dari kekuasaanku!"

Li Ru berdecak, duduk di sebelah Dong Zhuo. Dia memberi kode bagi dayang untuk mengambil teh.

"Tuan, minum dulu."

"Buat apa minum!" keluh Dong Zhuo menepis tangan dayang.

"Tuan, mereka begitu karena Yuan Shao menjanjikan sesuatu dan Bian masih hidup. Bagaimana kalau kita bunuh Bian?"

Dong Zhuo menoleh memandang bingung Li Ru.

"Caranya?"

"Racun."

"Aku tahu, kamu sangat cerdas Li Ru!" 

Dia tertawa kencang sampai batuk-batuk, baru dia meminum teh yang dayang bawa. 

"Tapi, siapa yang bisa membawa racun itu untuk Bian minum?" tanya Dong Zhuo. "Dia akan menolak jika tahu itu dariku, kan?"

"Tuan, apa Anda akan menerima teh yang Bian berikan?"

"Tentu tidak!"

"Lalu kenapa Anda menerima teh buatanku?"

"Karena  aku percaya padamu sepenuhnya. Haiya, benar juga, Cao Cao atau Zhu Cun, jika mereka yang membawa, si bodoh itu tidak akan curiga, kan?"

Li Ru mengangguk bahagia. "Tuan memang cerdas, hamba salut pada Tuan."

"Malam ini, suruh Zhu Cun membawa arak panjang umur untuk Bian!" perintah Dong Zhuo.

Rencana Li Ru mulai terlaksana. Dia bersama beberapa pengawal membawa Zhu Cun ke paviliun kosong dan memberi hadiah untuk mantan-kaisar. 

"Untuk Bian?" tanya Zhu Cun. 

"Iya. Tuan Dong Zhuo ingin meminta maaf karena membuat kesalahan. Dia ingin Bian kembali memimpin dan dia ingin semua kembali normal. Kamu tahu kan, Dong Zhuo tidak suka berada di Ibu Kota, terlalu panas. Dia ingin kembali ke Xi Liang yang dingin."

Cukup masuk akal ucapan Li Ru, karena memang Dong Zhuo sering mengeluh akan cuaca di ibukota.

Dia membawa kendi arak pulang ke rumah.

Zhu Cun tidak bodoh. Dia membuka kendi dan menuang sedikit isinya ke tanaman hias. Seketika asap putih keluar dari tanaman dan tanaman itu melumer.

"Kurang ajar, berani sekali Li Ru meracuni Bian?"

Malam ini, Zhu Cun tanpa persiapan membawa Bian pergi dari ibukota. Menurutnya pergi adalah jalan terbaik, akan tetapi dia sadar ini tidak akan mudah.

"Jangan biarkan dia kabur!" teriak seorang penunggang kuda, mengejar Zhu Cun.

Di kiri jurang membentang tajam. Di kanan hutan gelap menantang. Hanya ke depan jalan yang bisa dipilih, karena di belakang adalah neraka dunia.

"Kita mau ke mana, Zhu Cun?" tanya Liu Bian.

"Hamba sendiri tidak tahu. Yang penting kita pergi jauh dari kota Luoyang." 

Zhu Cun benar-benar tidak ada persiapan. Istri dan anak-anaknya berada di Luoyang sementara dia membawa kabur mantan kaisar. 

Sebuah anak panah melesat di sebelah Zhu Cun. Dia menoleh ke belakang mendapati beberapa penunggang kuda semakin mendekat. 

"Zhu Cun, aku takut!" teriak Bian. "Bagaimana dengan adikku?"

"Kaisar Xian akan baik-baik saja bersama Ibu Suri. Dong Zhuo hanya menginginkan nyawa Anda."

Konsentrasi Cun sedikit pecah karena berusaha menenangkan Bian, hingga sebuah anak panah berhasil menusuk punggung. Dia tidak menunjukkan ekspresi kesakitan, dia tidak ingin Bian semakin panik.

"Zhu Cun, di depan ada pasukan lain!" teriak Bian.

Beberapa pasukan berkuda berdiri memenuhi jalan, bersenjata lengkap juga membawa obor. Mereka dipimpin oleh seorang pemuda berbadan kekar yang duduk di atas pelana kuda berbulu merah. Dia adalah Lu Bu dan kudanya, Red Hare.

Dengan sekali ayunan tombak Lu Bu, tercipta pusaran angin merah membelah bumi, membuat dedaunan kering beterbangan. Angin itu menyerang Zhu Cun.

Sontak Zhu Cun menarik pelana kuda hingga dua kaki kuda terangkat. Dia berhasil menghindari serangan, akan tetapi aura merah menerpa badan Bian.

"Yang Mulia, Anda tidak apa-apa?"

Bian menggeleng walau darah segar mengalir dari sela ujung bibir. Dadanya terasa seperti ditendang dengan keras.

Puluhan pasukan berkuda mengelilingi kuda Zhu Cun bersiap dengan senjata , membuat Zhu Cun tidak bisa ke mana-mana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status