Share

8. Lu Bu

"Serahkan mantan Kaisar!" sentak Lu Bu.

Dengan suara keras yang menggelegar seperti bunyi halilintar, dua membuat kuda Zhu Cun meringkik ketakutan. 

"Ayo, menyerahlah!" lanjut Lu Bu. "Atau keluargamu akan mati!"

"Hmmp!" sentak Zhu Cun. "Demi Han, keluargaku siap mati, kamu dengar?"

Lu Bu terbahak. "Lucu sekali. Ayo berhentilah bercanda, serahkan kaisar sekarang juga. Kamu akan diampuni kelak, Cun."

"Kamu mau memiliki Bian? Langkahi mayatku dulu!" tantang Zhu Cun.

Lu Bu memberi kode bagi beberapa penunggang kuda di sekitar Zhu Cun untuk menyerang.

Tiga penunggang kuda dari kiri, kanan, dan belakang maju. Dengan tangkas Zhu Cun meladeni mereka. Permainan tombaknya lumayan lihai hingga berhasil menghabisi dua penyerang. Perut penyerang terakhir dia tusuk memakai tombak lalu dia lempar ke arah Lu Bu.

Dengan sekali tebas Lu Bu membelah pria yang melayang menjadi dua. Dia tertawa keras karena rasa puas.

"Cukup menghibur aksimu, pengkhianat!"

"Kamu yang pengkhianat!" sentak Zhu Cun, tombaknya menuding Lu Bu.

Seorang pria di sebelah Lu Bu memacu beberapa langkah kudanya mendekati Zhu Cun.

Tangan kiri Cao Cao mengepal dalam genggam tangan kanan, begitu caranya memberi hormat pada sesama Jenderal.

"Jendral Zhu Cun, tolong pikirkan baik-baik. Kaisar hanya diganti, dia tidak akan diapa-apakan. Nasibnya akan dijamin oleh Perdana Menteri."

"Tidak diapa-apakan kamu bilang?"

Zhu Cun meludah lalu ujung tombaknya menuding Cao Cao. Dia begitu murka karena Cao Cao ternyata telah lupa akan janjinyabpada He Jin juga Liu Bian.

"Dong Zhuo memintaku meracuni Liu Bian!" sentak Zhu Cun. "Kalian semua pengkhianat yang harusnya mati tersambar geledek!"

Lu Bu memacu kuda menyerang Cun. Aura merah keluar dari tubuh berlapis baju zirah hitam merahnya. Dia memutar tombak lalu menusuk Zhu Cun dengan kecepatan angin.

Pengalaman bertahun-tahun di medan perang membuat Zhu Cun berhasil membaca gerak Lu Bu. Akan tetapi perbedaan tenaga mereka sangat jauh. Tombak di tangan kanan Zhu Cun tidak mampu beradu dengan serangan Lu Bu, benda itu hancur seketika.

Lu Bu hendak menusuk Zhu Cun dari belakang. Ujung tombaknya nyaris menembus baju perang Zhu Cun. Beruntung Cao mengayun pedang hingga merubah arah laju tombak.

"Cao Cao! Berani sekali kamu?" sentak Lu Bu

"Jika kamu menusuk Zhu Cun, bukankah Kaisar bisa terkena tombakmu?"

"Peduli setan--"

"Dengar, jika badan Kaisar hancur, apa reaksi Perdana Menteri? Dia ingin badan bocah itu utuh!"

Zhu Cun melihat celah, berusaha kabur memacu kuda.

Akan tetapi Cao Cao menendang kuda itu hingga kedua penunggangnya jatuh ke jurang curam nan sangat gelap.

"Cao Cao bodoh!" sentak Lu Bu.

Dengan panik dia turun dari kuda seakan ingin terjun ke jurang.

"Haiya, lihat apa yang kamu lakukan!"

Para penunggang kuda turun dari tunggangan, mengamati jurang. Jurang Lao Lao terkenal sangat curam dan dalam.

Menurut prediksi Cao Cao, keduanya tidak akan selamat.

Kesal Lu Bu menendang salah seorang penunggang kuda hingga jatuh ke jurang.

"Cari sampai ketemu atau kalian semua akan merasakan tebasan tombakku!"

Dia kembali menunggangi kuda merah, menuding Cao Cao memakai ujung tombak.

"Kamu, komandoi mereka untuk mencari. Kalau tidak ketemu, keluargamu akan kupenggal!"

Cao memberi hormat. "Laksanakan!"

Suara gemuruh di langit membuat mereka mendongak. Tetes air pertama mendarat ke muka Lu Bu.

Dia benci hujan, memilih memutar kuda bersama beberapa pasukan pergi meninggalkan Cao Cao beserta pasukannya.

Langit berkedip-kedip. Di balik awan naga putih terbang berdansa. Sontak para pasukan berkuda panik, beberapa bahkan bersujud pada langit.

"Ada apa ini?" gumam Cao. "Bukankah mandat dari langit telah hilang bagi Han? Bukankah langit biru akan tergantikan dengan langit kuning? Tapi mengapa--"

"Tuan Cao Cao, bagaimana ini?" rengek salah satu pasukan.

Pasukan itu merangkak mendekati Cao Cao, lalu menangis sembari menarik kaki Jendral.

"Dewa marah karena kita mengusik Kaisar! Bagaimana ini, Tuan. Apa yang akan terjadi?"

Cao membantu pasukan itu berdiri, sia memandang pasukan lain yang juga ketakutan.

"Tenang saja. Jangan takut. Langit tidak akan runtuh."

Rintik hujan semakin deras. Angin berembus kencang. Entah sakit apa langit hingga jadi seperti ini.

"Kalian harus mencari mantan-Kaisar sampai ketemu. Jika gagal, keluarga kalian akan dipenggal!"

Cao Cao menginspirasi pasukan hingga moral mereka meningkat. Mereka berdiri tegap memberi hormat, nyaris serempak menjawab, "Laksanakan!"

Cao Cao memandang lekat ke langit. Dia tidak menyangka semua akan berantakan seperti ini. Semua terjadi begitu cepat dan siapa yang tahu bagaimana nasib Bian?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status