Share

174.Hasrat Terpendam

Author: Gibran
last update Last Updated: 2025-04-02 09:17:44

Kedua muda mudi itu saling berpelukan cukup lama. Setelah puas mereka berpelukan, Arimbi mengajak Bima untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Aku dengar, kakang ingin menyampaikan sesuatu, tapi... Sebelum membahas apa yang ingin kakang katakan, bisakah kita berbicara tentang kita lebih dulu? Aku sangat kangen padamu," kata Arimbi sambil bergelayut di leher Bima.

"Aku pun sangat merindukan dirimu," kata Bima sambil menatap mata Arimbi.

Saat itu Arimbi mengenakan gaun tipis berwarna putih. Pakaiannya sedikit menerawang sehingga beberapa bagian tubuhnya terlihat menonjol dengan jelas.

Bima sedikit menahan perasaan nya saat bagian tubuh Arimbi yang lembut menekan dan menggosok kulitnya.

"Apakah Ratu Agung tidak ada di sini?" tanya Bima sambil celingukan.

Arimbi tertawa.

"Dia sudah tahu aku adalah kekasihmu, sudah pasti dia pergi dari sini jika tak ingin melihat orang lain memadu kasih," kata Arimbi sambil tersenyum.

"Memadu kasih?" tanya Bima.

Arimbi tersenyum. Wajahnya mendekat ke waja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    175.Menemui Raja Baka

    Ratu Azalea membuka pintu. Bima berdiri sambil tersenyum kepadanya. "Bagaimana kakang?" tanya Ratu Azalea. "Tidak masalah, semua berjalan dengan baik, Arimbi memberiku ijin. Dia juga akan tetap berada disini. Aku tidak tahu, apa yang membuatnya tertarik pada Ratu Agung..." kata Bima sambil masuk kedalam kamar. Ratu Azalea mencium aroma wangi yang berasal dari tubuh Bima. Dia hanya bisa menggigit bibirnya sambil menduga apa yang baru saja Bima lakukan dengan Arimbi. "Apa saja yang kalian lakukan sampai larut malam seperti ini?" tanya Ratu Azalea sambil menyusul duduk di atas ranjang. Bima tak menyahut. Dia merasa lelah dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Mumpung masih bisa tidur di atas kasur, lebih baik segera tidur Ratu. Besok kita akan terbang cukup lama menuju Klan Iblis Tanduk Api..." kata Bima. "Hm, lalu aku harus tidur dimana? Kasur ini terlalu sempit untuk berdua," kata Ratu. "Kamu bisa tidur di sebelahku, aku tidak akan melakukan hal buruk padamu... Tenang saja," k

    Last Updated : 2025-04-04
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    176.Turnamen Klan Iblis

    Raja Baka tertawa kecil. "Benar, baru beberapa hari yang lalu kami menikah." kata Raja Baka. Bima menatap satu Iblis Wanita yang berdiri di sebelah Raja Baka. Sekilas Bima teringat kepada satu Iblis Penggoda yang pernah menyerangnya di penginapan Iblis. "Saudaraku Raja Baka, kamu tak perlu khawatir dengan turnamen ini, apakah ada syarat tertentu?" tanya Bima. Raja Baka mengangguk. "Ada dua turnamen. Satu untuk kelas tetua Ranah Tulang Dewa, dan satu untuk para murid yang susah memasuki Ranah Pukulan Sakti tahap akhir," kata Raja Baka dengan wajah tertunduk. "Jadi begitu, di Klan mu sekarang ini sangat merosot sehingga tak ada pendekar di Ranah Tulang Dewa, dan murid-murid mu, mereka juga paling tinggi memasuki ranah Pukulan Sakti tahap Awal." Sahut Bima. Semua menunduk. Klan Iblis Tanduk Api sungguh mengalami kemrosotan. Ratu Azalea mendekati Bima dan berbisik. Raja Baka melihat sosok Ratu Azalea dan menatap ke arah Bima. "Saudara Bima, siapa... Wanita ini?" tanya Raja Baka.

    Last Updated : 2025-04-06
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    177.Klan Iblis Penggoda

    Hari yang dinanti pun tiba. Rombongan Klan Iblis Tanduk api berangkat satu hari menjelang pertandingan. Berkat pelatihan Bima, banyak pendekar Klan Iblis Tanduk Api meningkat pesat. Bahkan Raja Baka naik hingga ke tahap akhir Ranah Keabadian. Mereka mengendarai kereta kuda menuju ke tuan rumah, Klan Iblis Penggoda. "Yanshi, sekarang aku tak akan merasa sungkan lagi kepada keluargamu, berkat saudaraku semua berjalan dengan sangat baik," kata Raja Baka kepada istrinya yang bernama Yanshi. Yanshi tersenyum. "Berkat dia juga aku tidak harus mati setelah putra mahkota lahir, dia bagaikan seorang Dewa Penolong," sahut Yanshi. Raja Baka tersenyum. "Aku sendiri sudah kagum padanya sejak pertama bertemu dia. Waktu itu aku hampir saja mati oleh Abiseka. Dia menolong ku, bahkan memberikan kekuatan Abiseka padaku, saudara Bima memang seorang penolong," kata Raja Baka. Mereka berdua saling tersenyum. Bima meraih tangan Ratu Azalea. Mereka saling berpandangan. "Nanti saat kita di dunia ma

    Last Updated : 2025-04-07
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    178.Lembu Ireng

    Para wanita iblis berpakaian tipis itu membungkuk hormat saat Raja Baka dan Ratu Yanshi memasuki gerbang Klan Iblis Penggoda. Klan yang seluruhnya di huni oleh wanita itu adalah tempat para Iblis Tanduk mencari kesenangan. Terutama mereka yang tidak mendapat jodoh di klannya sendiri. Saat Bima dan Ratu Azalea melewati mereka, semua mata memandang takjub. "Pria itu sangat gagah! Bahkan lebih gagah dari Raja Baka!" puji seorang Iblis Penggoda. "Lihat tanduknya, sungguh sangat kokoh dan kuat! Pasti dia sangat hebat di atas ranjang!" Ratu Azalea yang mendengar itu menunduk dengan wajah merah. Para Iblis pria yang melihat Ratu Azalea beramai-ramai memandangi wanita cantik jelita tersebut. Kedatangan Ratu Azalea sungguh membuat Klan Penggoda gempar. Lantaran kecantikannya tak ada yang menandingi. Seorang Iblis Tanduk Hitam mencoba mencolek tubuh Ratu. Namun belum juga tangannya sampai, tangan Iblis itu tiba-tiba terbakar hebat. Iblis Tanduk Hitam itu menjerit minta tolong. Bima mena

    Last Updated : 2025-04-07
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    179.Berkumpulnya Para Pendekar

    "Tentu saja," sahut Raja Baka. Raja Iblis Merah menatap dengan sinis. "Mana pendekar yang akan menjadi wakil Klan mu? Aku ingin melihatnya," kata Raja Iblis Merah. Raja Baka menoleh ke belakang. Bima mengangguk. Dia segera berjalan bersama Ratu Azalea menuju ke depan mendatangi Raja Iblis Merah dan Ratu Iblis Penggoda. "Saya Bima, yang akan mewakili Klan Iblis Tanduk Api," kata Bima sambil sedikit membungkuk memberikan hormat. Raja Iblis Merah menatap Bima beberapa saat lamanya. Lalu matanya melirik Ratu Azalea yang selalu mendampingi Bima. "Pasangan yang serasi, tapi, bukankah wanita ini adalah seorang manusia?" tanya Raja Iblis Merah. Bima mengangguk. "Namun dia bukan manusia biasa, usianya mungkin lebih tua darimu Raja Iblis Merah," kata Bima. "Hoho, panggil saja aku Raja Soka,hmmm... Kau bilang lebih tua dariku? Memang berapa usia manusia ini?" tanya Raja Soka. Bima tersenyum. "Usia istriku lebih dari dua ribu tahun," kata Bima dengan tenang. Semua terperanjat kecuali

    Last Updated : 2025-04-07
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    180.Balakosa

    Keesokan harinya semua Iblis tertuju pada satu tempat. Yaitu arena pertarungan yang di beri nama arena kematian. Arena itu besar dan luas. Berada di tengah danau buatan. Para penonton berada terpisah dari arena. Danau tersebut berisi siluman air yang akan memakan siapa saja peserta yang jatuh ke bawah sana. Bima duduk di bangku peserta bersama puluhan peserta lainnya. Sementara Ratu Azalea duduk bersama Ratu Yanshi dan deretan tamu terhormat lainnya. Moderator dari Klan Iblis Penggoda terbang mengendarai burung merak raksasa. Merak adalah lambang keindahan. Sama halnya dengan keindahan yang ada pada Klan Iblis Penggoda. Merak itu berputar mengitari gelanggang yang terpisah dengan tribun penonton tersebut. "Turnamen bela diri untuk memeriahkan pernikahan tuan putri Yanshi akan segera dimulai! Peraturan pada turnamen ini cuma satu seperti biasa. Hidup atau mati. Segala cara dan kekuatan di perbolehkan di dalam gelanggang Arena. Ingat! Danau ini dihuni siluman peliharaan Klan kami,

    Last Updated : 2025-04-07
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    181.Ilusi Racun

    Pedang Darah milik Bima bergerak cepat menebas Balakosa. Namun Bima terkejut melihat seringai di bibir Balakosa. "Kamu pikir aku akan kalah semudah itu?" ucap Balakosa sebelum pedang Darah menebas dirinya. Tubuh Balakosa hancur menjadi debu ungu. Lalu secara perlahan tubuh itu kembali ke wujud Balakosa. "Hmm... Ilusi?" batin Bima. "Setelah kau menyentuh ilusi racun ku ini, kau akan merasakan seluruh sarafmu terkikis. Lalu, kau akan mati rasa dan tak bisa bergerak. Hikhikhik, bukankah ini terlalu mudah bagiku?"Balakosa melesat ke arah Bima. Apa yang diucapkan Balakosa tidak salah. Bima mulai merasakan tubuhnya sulit digerakkan. "Apakah racun itu bisa menembus pertahanan api milikku?" batin Bima. "Sekarang matilah! Hahaha!" pedang Raja Ular milik Balakosa menusuk ke arah punggung Bima. Namun meski sulit bergerak, Bima masih bisa mengendalikan tenaga dalamnya. "Dinding Es!" teriak Bima. Sebuah balok es tebal muncul secara tiba-tiba dari dalam lantai menahan pedang milik Balakos

    Last Updated : 2025-04-08
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    182.Sembilan Kutukan Neraka

    "Mari dibunuh!?" tanya Bima. "Benar, aku sendiri tidak tahu secara langsung. Hanya saja kabarnya merebak hingga seluruh penjuru benua besar, namanya sangat terkenal, hingga kematiannya pun menjadi hal besar di dunia," kata Iblis Es. "Bagaimana Raja Ular bisa dibunuh?" tanya Bima. "Menurut pendapatku, yang membunuhnya adalah muridnya sendiri, dia adalah leluhur Iblis Racun. Aku bisa melihat ciri dari Iblis racun yang kau hadapi, aku yakin dia bukan Iblis, melainkan manusia yang menjelma menjadi Iblis!" ujar Iblis Es. "Menjelma menjadi Iblis...? Apakah kemampuannya sama dengan milikku?" tanya Bima. "Bisa jadi itu adalah kemampuan yang diwarisi secara turun temurun. Kamu bisa tahu jika kau bisa mengalahkannya. Ajian Raja Ular ini bisa kau hadapi dengan Sembilan Kutukan Neraka, tak perlu khawatir, saat kau sudah menangkis serangan, gunakan pedang es untuk mengakhiri nya," ucap Iblis Es sambil tersenyum. "Seperti biasa, kau selalu penuh akal Iblis Es," puji Bima. Balakosa berteriak

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    285.Pemburu Senyap

    Matahari mulai tenggelam. Cahaya emas yang bersinar dari ufuk barat perlahan mulai menghilang digantikan kegelapan malam. Suara lolongan anjing hutan pun mulai terdengar. Dari balik pohon besar yang ada di pinggir desa, berdiri beberapa sosok berpakaian hitam. Wajah mereka mengenakan topeng. "Kau yakin mereka adalah orang yang berhasil mengalahkan dua tim yang seharusnya menjemput ketua Anjani?" tanya satu sosok dengan topeng bergaris biru. Melihat yang lain semuanya memakai topeng bergaris merah, agaknya orang dengan topeng bergaris biru itu adalah ketua kelompok tersebut. "Benar tak salah lagi, pemuda dengan kekuatan es itu ada di rombongan tersebut. Hanya saja ciri-cirinya tidak begitu jelas," kata sosok lain. "Apakah kau yakin dia bukan murid Perguruan Harimau Perak?" tanya sosok bertopeng garis biru. "Pasti salah satu tetua mereka yang melakukan serangan kepada tim Nyai Anjani. Hanya saja tidak ada berita mengenai ciri-ciri khusus dari pendekar tersebut. Hanya dikatakan pe

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    284.Masa Depan

    Bima memejamkan matanya. Dia pun mulai merasa tidak nyaman setelah mendengar cerita dari Ratu Azalea. "Jadi, selama ini kamu sudah tahu jika kita akan bersama... Kamu juga tahu kita akan menyerang kerajaan, kenapa dari awal kamu tidak melarang ku untuk pergi ke kerajaan?" tanya Bima. "Itu jelas tidak mungkin, kau sudah tahu, hukuman yang akan ku Terima jika aku melawan takdir. Seratus tahun. Aku tak mau dihukum seperti itu lagi. Aku hanya ingin bisa di samping dirimu selama mungkin, baik dalam keadaan senang maupun duka, aku tak akan peduli..." kata Ratu Azalea. Bima mengecup kening istrinya dengan lembut. "Apa yang akan terjadi di masa depan jika kamu ikut membantuku menghancurkan mereka?" tanya Bima. "Kakang akan kehilangan diriku, hanya itu yang aku tahu, kita akan berpisah...dan aku tidak tahu karena apa," jawab Ratu singkat namun membuat Bima seperti dihantam palu raksasa. "Bagaimana bisa aku akan kehilangan dirimu? Apakah tidak ada petunjuk apa yang membuat kita berpisah?"

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    283.Firasat

    Bima terdiam setelah Ratu Azalea menjawab pertanyaan nya. "Untuk apa kamu melakukan itu Ratu?" tanya Bima. Ratu Azalea tersenyum. Dia membelai pipi suaminya dengan lembut. "Untuk menjagamu, Sinar Pengikat Jiwa ini juga aku pasangkan pada Tangan Darah. Sebelumnya mereka berdua adalah musuh, ketika kamu menjadikan mereka pengikut, mereka akan mengikuti mu karena kamu lebih kuat. Namun, tak ada yang namanya kesetiaan abadi. Kakang, ingat pemberontakan Lesmana kepadaku?" tanya Ratu Azalea. Bima mengangguk. "Dia adalah orang yang paling ku percaya dalam banyak hal setelah Pamannya. Tapi dengan mudah dia membuang kepercayaan itu, dan menusuk dari belakang setelah aku dalam keadaan lemah. Jika bukan karena pertolongan mu, mungkin aku sedang di permainkan olehnya," kata Ratu Azalea. Kini Bima paham apa tujuan istrinya menaruh Sinar Pengikat Jiwa kepada dua pengikut nya itu. Namun sebenarnya, tanpa Sinar Pengikat Jiwa sekalipun, Tangan Darah tak akan mampu berkhianat. Karena sekali Bima

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    282.Pengikut Baru

    "Kenapa... Kenapa kamu memilih aku sebagai pengikut mu?" tanya Subali. Bima melangkah mendekati Subali yang tengah di obati oleh Wulan. "Musuhku adalah kerajaan besar. Mereka mempunyai banyak Pendekar kelas atas, dan tidak sedikit dari mereka rata-rata adalah petarung ranah Tulang Dewa. Aku butuh kekuatan untuk menghancurkan mereka," jawab Bima. "Apakah ada dendam yang membuat mu ingin menghancurkan mereka?" tanya Subali. Bima mengangguk. "Dosa mereka sangat banyak, Dewa menutup mata. Itu artinya Iblis lah yang harus menjadi hakimnya, bukan begitu?" jawab Bima. Subali tidak tahu dendam apa yang Bima emban hingga menginginkan kehancuran pada kerajaan Angin. Tapi dia paham, dendam itu pasti sangat dalam dan menyakitkan. "Apakah hanya beberapa Pendekar ini cukup untuk melawan mereka? Aku mendengar kabar mereka mempunyai kekuatan yang dahsyat. Ada beberapa tetua kerajaan yang pernah melewati tempat ini, dan mereka berada di Ranah Cakrawala tahap Tengah." kata Subali. "Ranah Cakraw

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    281.Kesatria Sejati

    Panah petir itu melesat ke arah akar raksasa yang tengah berusaha masuk ke medan es. Dengan telak anak panah dengan aura petir kuning itu menghantam akar tersebut. Blaaarrrrr! Ledakan dahsyat terjadi. Akar tersebut hancur di beberapa bagian namun masih bertahan. Bahkan memulihkan diri dengan cepat. Bima menatap dengan penuh kekaguman. "Tidak menyerah sampai akhir ya," batinnya. Busur kembali di tarik. Kali ini dengan empat anak panah sekaligus. Itu memakan tenaga dalam yang cukup banyak. Anak panah pun kembali di lepaskan. Wuuuttt! Blaaarrrrr! Kembali terjadi ledakan di atas benteng pedang es tersebut. Kali ini ledakannya lebih besar. Akar tersebut pun hancur dan berjatuhan ke bawah dalam keadaan menjadi serpihan-serpihan es. Subali memuntahkan darah dari mulutnya. Dia jatuh berlutut dan muntah darah beberapa kali. Dia sudah mencapai batasnya. Akar raksasa yang dia keluarkan dari luar benteng pedang es tersebut memakan hampir seluruh tenaga dalamnya. Subali berharap itu adal

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    280.Medan Es

    "Bagaimana bisa ada pedang sebanyak itu dengan ukuran yang juga sangat besar!?" seru Aryo dengan wajah yang tidak percaya. "Konon hanya seorang Pendekar kelas Dewa saja yang mampu mengeluarkan kekuatan sedahsyat itu dari atas langit. Apakah ini kekuatan Siluman Pohon yang Ki Ireng maksud?" tanya Abinyana. "Bukan... Ini adalah kekuatan Bimasena... Kekuatan asli miliknya," ucap Gerbang Hitam dengan perasaan takjub. "Mampu mengeluarkan Pedang Es raksasa sebanyak itu, bukankah kekuatannya sungguh tak bisa di jajagi?" batin Gerbang Biru. Ratu Azalea menatap ke langit dengan wajah tenang. Bibirnya tersenyum. "Kakang sudah sangat berkembang, bahkan kekuatan ini sudah seharusnya menjadi milik seorang Pendekar Ranah Batara..." batin Ratu Azalea. Seratus pedang raksasa itu pernah Iblis Es ciptakan di pulau kecil yang ada di tengah danau gunung wilayah Klan Elang Dewa. Pedang raksasa itu juga yang membunuh Raja Elang Dewa. Pedang Raksasa itu turun ke tanah dengan cepat. Suaranya bergemuru

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    279.Seratus Pedang Es Dewa

    Subali segera menggunakan perisai miliknya. Namun pedang es itu sangat kuat. Meski tidak menembus tubuhnya, Pedang Es itu berhasil menyayat dada dan bahunya. Darah hijau mengucur dari dua luka tersebut. "Setan! Ternyata kau menginginkan pertarungan gila! Baiklah..." geram Subali lalu menghentakkan kaki kanan ke tanah. Dari dalam tanah muncul akar pohon yang mengelilingi dirinya. Akar itu bersinar hijau terang. Sinar itu membungkus tubuh Subali. "Kau menginginkan pertarungan yang keras...aku akan melayani mu," ucap Subali dengan suara berbeda. Bima yang sudah dalam wujud Iblis Es sempurna hanya menyeringai. Dia angkat pedangnya lalu di acungkan ke depan. "Hujan Es Abadi!" ucap Bima pelan. Subali terkejut saat tubuhnya tiba-tiba terasa kaku. Dari atas langit muncul lingkaran putih seperti cincin raksasa. Aura dingin luar biasa menekan tubuh Subali. "Apa yang akan kau lakukan!?" teriak Subali. Bima kembali menyeringai. "Kau yang bilang bukan? Bahwa aku menginginkan pertarungan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    278.Jurus Pembalik Serangan

    Tubuh Bima terpental setelah terkena serangan aneh dari Subali. Darah keluar dari mulutnya pertanda Bima terluka di bagian dalam. "Uhuk!" Bima mengeluarkan darah dari mulutnya. "Sial... Bagaimana bisa serangan tangannya menembus benda padat dan berhenti setalah mengenai tubuhku...? Apakah dia mengendalikan ruang dan waktu sampai membuatku tak sadar...!?" batin Bima sambil berdiri. Subali tersenyum dengan tangan yang masih terbuka seolah menanti serangan dari Bima. Bima yang mulai kesal karena mendapatkan serangan aneh, segera melesat lagi ke arah Subali. Pedangnya bergerak lebih cepat dan ganas. Setiap tusukannya akan memancarkan sinar biru yang melesat lurus hingga menabrak rumah. Setiap tebasan nya membuat sinar biru yang menghantam tanah hingga meledak. Subali menangkis semua serangan itu dengan tenang. Bima semakin tak bisa menahan amarahnya. Serangan nya sudah yang paling cepat namun bisa di patahkan begitu saja oleh Subali membuat Bima merasa semakin aneh. "Bima hati-hati!

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    277.Taruhan

    Bima tersenyum kecil. "Ini urusan kita, tak ada hubungannya dengan istriku. Kau akan menyesal jika sampai mengusiknya. Kau tidak tahu dia siapa dan sekuat apa dia. Aku menyuruhnya pergi agar kita bisa membuat taruhan. Tapi kau terlalu muluk rupanya..." kata Bima. Subali tersenyum sinis. "Aku tak peduli siapa wanita itu. Yang jelas, tanpa taruhan pun aku akan tetap jadikan dia pemuas napsu!" ucap Subali lalu tertawa terbahak-bahak. "Sudah gila kau rupanya, aku sendiri tak berani mengusik hatinya, kau malah merendahkan dirinya, ckckck... Aku yakin jika dia mendengar ini kau akan jadi makhluk yang tidak berguna," sahut Bima. "Peduli setan dengan ucapan mu! Memangnya siapa wanita yang kau anggap sebagai istrimu itu!?" tanya Subali yang cukup penasaran kenapa Bima begitu mengagungkan Ratu Azalea. Bima tersenyum lebar. "Dia selangkah lagi memasuki Ranah Batara, apakah kau puas?" jawab Bima membuat Subali terkejut. "Ranah Batara...!? Tidak mungkin! Kau sangat berkhayal!" seru Subali

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status