LOGIN"Uuhhg...!"
Kemudian terlihat sekelebat tubuh gemuk terlempar dari semak itu, jatuh berguling di depan kaki si rambut pirang. Gembong Alas tak bisa bersembunyi lagi. la terkapar di depan si rambut pirang. Dan kaki si rambut pirang segera diangkat untuk menginjak dada Gembong Alas.
"Tahan...!" seru Baraka yang membuat kaki berbetis indah itu tak jadi dihentakkan ke dada Gembong Alas.
Pendekar Kera Sakti bergegas dekati rambut pirang. Saat itu tangan si rambut pirang mencengkeram baju Gembong Alas dan mengangkatnya dengan ringan sekali hingga Gembong Alas berdiri. Pande Bungkus terperangah dan membatin, "Gila! Dia angkat Gembong Aias yang gemuk begitu seperti mengangkat jemuran jatuh saja?! Pakai tenaga apa gadis itu, ya?"
Tangan kiri rambut pirang ingin menghantam dada Gembong Alas, tapi Pendekar Kera Sakti segera cekal tangan itu dari samping.
Taab...! Mereka beradu pandang.
"Jangan!" kata Baraka.
"Dia ingin membunuhmu!"
&ldquo
"Memangnya kepalaku ini tungku, kok mau dikepret! Aku cuma mau kenalan sama dia. Soalnya aku sering mendengar cerita kependekarannya dan aku sangat mengagumi tokoh muda itu!"Sebenarnya Baraka mendengar kasak-kusuk orang berbaju kuning itu, tapi Baraka diam saja dan berlagak tidak mendengarnya, ia memesan makanan kesukaannya, ayam geprek sambel setan."O, baiklah kalau begitu. Hmmm... apa Kisanak mau menikmati arak paling enak disini?""Kalau ada... boleh!" jawab Baraka bersemangat.Orang berbaju kuning tadi akhirnya benar-benar mendekati Baraka dan menyapa dengan keramahan dan kesopanan seorang pengagum."Maaf, apakah kau yang bernama Baraka, Pendekar Kera Sakti itu?""Benar," jawab Baraka dengan senyum tipis. "Kau siapa?""Aku pengagummu. Namaku; Panurata."Baraka menyambut uluran tangan si Panurata, mereka bersalaman. Panurata tampak senang sekali menerima sikap ramah Baraka, karena semula ia menyangka Baraka orang yang somb
Zuuubbb...!Sesuatu berkelebat ke arah Raja Kera Putih, membuat ucapan Raja Kera Putih terhenti. Benda yang bergerak cepat dari arah belakangnya itu segera dihindari dengan gerakan kepala membungkuk ke depan sambil berseru, "Awas...!"Dengan membungkuknya Raja Kera Putih, benda yang meluncur cepat itu menjadi mengarah ke dada Pendekar Kera Sakti. Raja Kera Putih bagaikan menyerahkan urusan itu kepada sang murid, sehingga dengan gerak tangkasnya Baraka segera memiringkan badan dan mengelebatkan tangannya ke depan.Teeb...!Sesuatu yang bergerak itu kini terjepit di antara dua jari tangan Baraka. Dengan wajah tegang Baraka memandangi benda tersebut yang ternyata sebatang paku berwarna hitam baja. Panjang paku itu seukuran sekelingking orang dewasa. Ujungnya runcing dan memancarkan sinar hijau kecil mirip kunang-kunang."Baraka, kejar orang yang menyerang kita dari kerimbunan seberang sungai itu! Dia adalah lawan utamamu!""Maksud Guru... dia a
"Mengapa justru pancaran dendam yang kulihat memancar dari dalam batinmu! Mengapa begitu, Baraka!""Tiba-tiba aku terbayang wajah musuhku, Guru!""Rawana Baka, maksudmu?""Benar, Guru. Rawana Baka alias Siluman Selaksa Nyawa membayang terus dalam ingatanku, sehingga batinku memancarkan dendam dan kejengkelan. Aku gemas sekali dan ingin buru-buru mencarinya lagi, Guru!" Raja Kera Putih menarik napas, mencoba memaklumi perasaan muridnya yang sudah lama mengejar-ngejar Siluman Selaksa Nyawa, sang tokoh aliran hitam yang sering dijuluki manusia paling sesat itu.Raja Kera Putih pun berkata kepada muridnya dengan memunggungi sang murid. "Itu memang tugasmu; menghancurkan kelaliman, meleburkan manusia sesat demi menyelamatkan umat manusia di bumi. Tetapi seharusnya kau bisa mengendalikan pikiranmu dan bisa menempatkan kapan saatnya kau berpikir tentang Siluman Selaksa Nyawa, kapan saatnya kau memusatkan pikiranmu dan pelajaran ini! Kelak jika jurus 'Awan Ki
CAHAYA langit senja berwarna tembaga. Seolah-olah atap bumi itu sedang dipanggang api raksasa yang menebarkan panas kemana-mana. Namun nyatanya warna merah tembaga di langit tidak membuat pemuda tampan berbadan kekar itu menjadi hangus. Padahal sudah sejak tadi ia berada di tempat terbuka, ia bertelanjang dada, duduk bersila di atas sebongkah batu datar warna hitam. Kedua tangannya menengadah ke kanan-kiri. Kedua tangan itu masing-masing menyangga dua bongkahan batu yang masing-masing ukurannya sebesar gentong. Otot-ototnya saling bertonjolan, membuat dadanya tampak keras bagaikan baja. Lengannya pun membengkak karena otot yang dikeraskan sejak tadi. Tapi tak setetes keringat pun yang keluar dari pori-pori kulit tubuhnya."Pengerasan otot dan pengerahan tenaga untuk jurus ini tidak boleh menggunakan kekuatan luar. Tetapi kekuatan batinmu yang harus bekerja untuk mengeluarkan tenaga sebesar gunung."Seorang lelaki tua berkata begitu kepada si pemuda tampan tersebut. Lel
"Aku hanya menyelamatkan orang yang memang berhak memiliki pusaka itu!""Tak perlu banyak mulut, terimalah golok maut ini! Hiaaah...!"Maling Sakti melompat menerjang Pendekar Kera Sakti. Goloknya berkelebat merobek tangan sang pendekar tampan. Tapi gerakan tangan Pendekar Kera Sakti cukup gesit. Dengan sedikit bergeser ke kanan, golok itu berhasil membentur Suling Naga Krishna.Blaaarrr...!Benturan golok dengan Suling Naga Krishna mengakibatkan ledakan besar yang mementalkan tubuh Pendekar Kera Sakti. Tubuh itu kontan ke samping dan kepala sang pendekar tampan membentur batang pohon.Duuurr...!Pohon besar itu berguncang, daunnya berjatuhan karena mendapat benturan hebat dari kepala Baraka. Mestinya kepala itu pecah, sedikitnya bocor karena benturannya sangat kuat. Tapi karena kepala itu juga dialiri tenaga dalam, maka yang dialami Baraka hanya pusing dan berkunang-kunang. Pandangan matanya sedikit kabur. Sedangkan tubuh Maling Sakti terpe
Claap...! Jleeb...!Sinar itu bagaikan masuk menembus telapak tangan. Tiba-tiba tangan tersebut menyentak ke depan dan keluarlah sinar biru tadi beriringan dengan sinar merah sejajar.Sraaab...!Melesatnya kedua sinar dihadang oleh kibasan tangan sang Resi yang menghadirkan semburan asap putih. Sinar-sinar itu masuk ke dalam asap putih, terbungkus menggumpal sekejap, lalu meledak dengan dahsyatnya, sangat diluar dugaan Baraka dan Teratai Kipas.Glegaaarrrr...!Gelombang hentakannya begitu kuat, menyebar ke berbagai penjuru, membuat Pendekar Kera Sakti dan Teratai Kipas nyaris terpelanting jatuh. Untung keduanya segera saling berpegangan dan bertahan pada batang pohon, sehingga mereka tak sampai terkapar seperti yang dialami Resi Pakar Pantun. Sedangkan Maling Sakti sendiri tersentak mundur dan membentur dinding gugusan cadas. Jika tidak ia pasti akan jatuh terkapar seperti Resi Pakar Pantun dan Kadal Ginting yang tadi sempat terpekik kaget itu.







