Perguruan Tapak Naga kelihatan sebagai perguruan yang biasa saja, namun ternyata perguruan ini menyimpan misteri yang sangat besar yang tidak diketahui penduduk Desa Kabut Hitam.
Bagi penduduk desa, kehadiran perguruan ini memberikan rasa aman bagi mereka yang hanya orang biasa. Apalagi pemimpin perguruan ini sangat baik hati menolong sesama tanpa memandang kedudukan maupun harta.Bagaskara sebagai pemimpin perguruan ini sangat pintar menyembunyikan identitasnya. Penduduk desa hanya tahu dia adalah Pendekar Naga yang akan melindungi Desa Kabut Hitam dengan keahlian silatnya. Tidak ada yang tahu kalau dia juga ikut andil dengan bebasnya Naga Hitam.Awalnya Bagaskara memang dipengaruhi sedikit sihir Asmawati untuk menuruti seluruh keinginan istrinya ini dalam melayani Naga Hitam sebagai pimpinannya, tapi lambat laun Bagaskara sangat menikmati kegiatan sampingan ini membuatnya menjadi orang yang lebih jahat dari Asmawati karena keinginan berkuasanya yang sangat besar.Hari demi hari berlalu. Tak terasa sudah dua minggu turnamen pendekar ini berlangsung. Karena banyaknya peserta dari seluruh benua, maka turnamen ini masih dalam babak penyisihan. Pendekar-pendekar yang kalah dalam turnamen juga sudah ada yang kembali ke daerahnya masing-masing. Semuanya sehat-sehat saja tanpa kekurangan apapun. Jika memang benar kekuatan chi mereka diambil oleh organisasi Naga Hitam ini tentu saja mereka akan lemas tidak berdaya karena kehilangan tenaga.Selama dua minggu turnamen berlangsung, Candaka tidak pernah absen mengikutinya. Tapi tidak ada kejadian aneh yang dilihatnya yang bisa memperkuat kebenaran mimpinya kalau turnamen ini adalah muslihat dari Bagaskara saja untuk menguasai para pendekar. Dia juga tidak melihat munculnya Bagaskara, Asmawati, ataupun si Wajah Tirus yang dilihatnya dalam mimpi. Bahkan Candaka baru teringat kalau dia juga tidak pernah melihat Isyana sama sekali selama 2 minggu ini. “Kemana gadis ini? Padahal ini kan rumahnya juga. Kenapa ak
Candaka yang memutuskan untuk menyelidiki tuntas arti mimpinya harus berhadapan dengan Moghul, si pendekar raksasa yang kelihatannya sangat kuat. Niat Candaka yang awalnya hendak mengalah membuatnya berpikir ulang karena tampaknya Moghul bukan hanya ingin mengalahkannya tapi juga ingin membu*uhnya juga dalam pertandingan karena merasa diremehkan olehnya.“Jika tidak ada pertanyaan lagi, pertandingan akan segera dimulai”, tegas petugas pertandingan sambil menuju ke pinggir arena“Hei pemuda kurus kerempeng.. Aku berikan kamu kesempatan sekali lagi untuk berlutut minta ampun padaku. Jika tidak jangan salahkan bola besi duriku ini jika menghantam tu*uhmu dengan keras sampai tidak bersisa lagi”, teriak Moghul lagiCandaka menanggapinya dengan senyum. “Maaf Ki Sanak, tolong ajari aku ilmu menghantam tubuhmu”, katanya yang membuat Moghul makin marahMoghul mulai mengayunkan rantai bola besinya dengan mudahnya untuk diarahkan ke Candaka. Pemuda ini memasang kuda-kuda yang dipelajarinya dari
Candaka masih terkapar di lantai arena. Bukan dia tidak mau bangun tapi pukulan Moghul benar-benar membuatnya tidak bisa bagun dan berdiri, padahal tenaga pendekar raksasa ini paling hanya separuhnya saja yang dipakai untuk memukul dadanya. “Aku terlalu meremehkan pendekar-pendekar lainnya. Mulai sekarang aku harus lebih rendah diri dan banyak belajar dari mereka”, pikir CandakaTampak olehnya beberapa petugas arena mulai memasuki arena untuk membawanya dengan tandu menuju tempat perawatan yang disebut Moghul dengan ruangan khusus. “Kenapa raksasa ini memukul lumayan keras sehingga aku tidak bisa bergerak. Apa dia sengaja agar aku masih dalam kondisi sadar saat energi chi ku diambil?”, pikirnyaCandaka melihat dirinya dibawa ke ruangan yang ada di ujung lorong perguruan ini. Setelah memindahkan dirinya ke tempat tidur, petugas ini kemudian keluar dari ruangan khusus ini.Tidak tampak adanya petugas lainnya yang akan merawat dirinya yang terluka. Suasana ruangan ini sangat sunyi. Seand
Candaka merasakan hawa dingin yang menusuknya saat bertemu Isyana. Sekarang gadis yang dikenalnya suka menolong dan periang berubah menjadi gadis yang sangat dingin. Pakaian hitam yang membalut seluruh tubuhnya makin membuatnya tampak lebih menyeramkan. “Kenapa Isyana berubah drastis? Apa yang terjadi padanya setelah terakhir aku menemuinya?”, pikir Candaka“Isyana...”, kata Candaka dengan rasa kaget melihat penampilan baru gadis ini yang sangat berbeda dengan penampilannya sebelumnyaGadis yang dipanggil Isyana oleh Candaka ini hanya diam seribu bahasa. Tatapan matanya tajam melihat ke arah Candaka dengan ekspresi mukanya yang sedingin es membuat Candaka sedikit bergidik melihatnya. Rasa dingin yang menusuk di dalam ruangan membuat Candaka sedikit menggigil. “Apa ini? Kenapa aku merasakan rasa dingin yang sangat menusuk seluruh tubuhku?Tadi sebelum masuk ke dalam ruangan ini aku baik-baik saja, kenapa sekarang badanku jadi tidak beres begini? Apa ini ada kaitannya dengan Isyana?”, pi
Isyana menatap pemuda yang pernah dicintainya. Ingin rasanya dia memeluk pemuda ini untuk menyatakan rasa suka dirinya padanya. Tapi kejadian pemuda ini dengan gadis yang sudah dia anggap adiknya sendiri membuat dia sakit hati. Tidak disangkanya pemuda lugu yang membuat hatinya tertarik ini ternyata tidak selugu yang diperlihatkannya.Rasa sakit hatinya membuat hawa kegelapan yang mati-matian dicegah kemunculannya oleh ibundanya bebas menguasai dirinya. Tubuhnya jadi sedingin es. Tidak ada lagi rasa bahagia yang ada dalam dirinya. Hanya ada hawa kegelapan yang terus menguasainya.Pandangannya terus ke arah pemuda yang tampaknya salah tingkah ini. “Dasar penipu..Aku mati-matian mempertahankan kondisiku yang periang ini agar bisa selalu bersamamu Candaka..Tapi ternyata kamu menyukai gadis lain yang tidak pernah aku sangka. Lebih baik aku kembali menjadi diriku yang dahulu lagi”Pemuda ini menyapanya seakan-akan tidak merasa bersalah. Ingin rasanya dia membu*uh pemuda ini membuatnya kaku
Isyana yang berusaha menyadarkan Gayatri yang tengah diras*ki hawa iblis naga hitam dihadapkan dengan kenyataan pahit yang harus diterimanya dari mulut gadis yang akan ditolongnya ini.“Kamu bilang kalau aku ini cucunya Naga Hitam? Semakin ngawur bicaramu Yatri..Kenapa kamu jadi begini?”, tutur Isyana“Sudah kubilang jangan sok baik Nona Naga Hitam. Kalau kelakuan sudah bus*k ya bus*k saja, tidak usah pura-pura baik hati”, kata Gayatri lagi sambil berkacak pinggang“Habis kesabaranku menghadapimu Yatri..kamu menyebar fitnah dengan mudahnya hanya karena masalah yang tidak bisa kamu atasi”“Aku tidak berdusta. Aku melihat ibundamu membangkitkan Iblis Naga Hitam saat aku berada di Hutan Terlarang. Kalau ibundamu bukan anaknya atau pengikutnya yang setia, kenapa harus membangkitkan Naga Iblis itu?”, jawab Gayatri tidak mau kalah“Sudah cukup bicaramu Yatri..Kamu sudah keterlaluan!”, seru Isyana sambil berusaha mencengkram pundak GayatriSecepat kilat Gayatri menghindari tangkapan tangan I
TraaangggTiba-tiba terdengar suara benturan dua senjata yang kuat. Tampak tongkat Gayatri terpental dari tangannya. Gadis ini tidak habis pikir dengan kejadian yang baru dirasakannya. Kenapa senjatanya bisa terpental dengan mudahnya padahal gadis ini sudah tidak berdaya. Apa yang sebenarnya terjadi? Sejenak gadis ini diam terpaku karena tidak percaya dengan kejadian yang menimpanya.Apa yang dilihatnya membuatnya lebih terkejut lagi. Isyana berdiri di hadapannya dengan wajah sedingin es menyeringai kepadanya. Tangan kanan gadis ini memegang pedang baja berwarna hitam. Tidak salah lagi, itu Pedang Iblis yang katanya sudah lenyap bertahun-tahun yang lalu. Ternyata benar kalau Isyana adalah Pendekar Pedang Iblis yang sempat menghebohkan jagad persilatan.Isyana yang semula tampak sudah tidak berdaya tampak berdiri dengan gagahnya. Tidak tampak kalau dia pernah terluka parah akibat serangan Gayatri. Perlahan-lahan gadis ini mulai ingat dengan masa lalunya yang sangat tidak disangkanya.J
Candaka masih tertidur pulas dalam tidurnya tanpa mengetahui kalau Gayatri sudah menghilang dari Hutan Terlarang yang akan dikunjunginya. Pemuda ini mengalami mimpi lagi mengenai petunjuk keberadaan Kitab Naga setelah sekian lama dia mengalami mimpi yang menyangkut Naga Hitam beserta organisasinya.Pemuda ini terbangun di padang rumput yang luas di tengah terik matahari yang menyoroti tubuhnya. “Aku ada di mana sekarang? Semoga ini bukan mimpi tentang recana jahat Naga Hitam di Turnamen Pendekar lagi. Atau aku memang tidak sedang bermimpi sekarang?, pikirnyaPerlahan-lahan dia membuka matanya yang masih silau oleh terik matahari. Tampak olehnya gunung yang menjulang tinggi di hadapannya. Gunung ini mempunyai lekukan lereng yang menyerupai tiga jari. Candaka tidak asing dengan gunung ini karena sering dilihatnya saat dia berada di Desa Kabut Hitam. “Apa aku ada di kaki pegunungan Tiga Jari sekarang? Tapi kenapa ada padang rumput yang luas di kaki gunung ini?”Candaka berusaha berdiri a