Tak terasa oleh Candaka kalau dia sudah sebulan lamanya berada di dalam gua dan melatih ilmu silatnya. Selama itu tidak ada gangguan berarti yang dialaminya. Kekhawatiran diserang makhluk penghuni Kampung Misterius juga tidak terjadi. Rasa rindu kepada teman-temannya membuatnya siap untuk meninggalkan gua yang sudah dianggapnya sebagai rumah sendiri. Dia mulai mempersiapkan bekal yang akan dibawanya beserta minuman dari mata air agar cukup untuk perjalanannya.
“Nanti aku mampir lagi ya guaku tersayang, saat aku menjenguk nenek nanti”, katanya sebelum turun dari gua menuju perjalanan pulang. Candaka sudah merasa gua ini yang selalu menemaninya selama ini, sehingga dia agak berat meninggalkannya.Pagi yang sangat cerah membuat langkah kaki Candaka terasa ringan. Tidak terlihat lagi pemuda dekil dan serampangan seperti sebelumnya, hanya terlihat pemuda tegap dengan penampilan yang bersih dan rapi menuruni lereng gua menuju ke arah hutan. Dengan lincah pemuda ini mUntuk memeriahkan bebasnya Desa Kabut Hitam dari Kabut Hitam yang selalu mengganggu aktifitas penduduk desa, Bagaskara sebagai pimpinan Perguruan Tapak Naga mengadakan Turnamen Pendekar yang bisa diikuti pendekar-pendekar dari seantero negeri tidak terkecuali Pendekar Naga dari wilayah lain maupun benua lain.Turnamen diadakan selama sebulan lamanya dengan melibatkan pertandingan-pertandingan pendekar kelas tinggi. Para peserta diberi kesempatan untuk tinggal daan menunggu selama sebulan terlebih dahulu di Desa Kabut Hitam sebelum turnamen ini dimulai untuk menyesuaikan diri.Tampak kesibukaan di Perguruan Tapak Naga untuk menyiapkan event yang cukup besar ini. Halaman perguruan yang sangat luas dijadikan arena pertandingan untuk pendekar-pendekar ternama yang mengikuti turnamen ini. Bangku-bangku untuk penonton sudah disusun rapi mengelilingi arena.Umbul-umbul dan panji-panji dari pendekar yang mewakili perguruannya juga sedang dipasang di tempat ini. Sementar
Candaka yang ketiduran setelah sampai di penginapan mengalami mimpi yang aneh baginya. Kali ini dia melihat Isyana yang menatapnya kosong kemudian meninggalkan dirinya walaupun dia sudah berteriak-teriak memanggil namanya tapi gadis ini tidak mempedulikannya dan pergi begitu saja meninggalkannya.Belum hilang rasa kagetnya, tahu-tahu dia sudah berada di dalam ruangan bawah tanah yang asing baginya. Tampak olehnya beberapa orang yang sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Candaka berusaha mendengarkan pembicaraan mereka.“Kamu yakin Tuan mengadakan acara besar ini sekarang?”, tanya pria yang wajahnya tirus dan dalam keremang-remangan terlihat menyeramkan. Sementara pria yang dipanggil Tuan tampak lebih terpelajar yang membelakanginya. Candaka merasa kenal dengan pria yang disebut Tuan ini tapi dia tidak tahu dimana dia melihat pria ini.“Aku sudah merencanakan ini matang-matang. Sementara calon Pendekar Naga yang bernama Candaka itu pergi, kita harus
HuaammmmCandaka menguap sejadi-jadinya saat terbangun di tempat tidur yang empuk. Matanya melihat ke arah bawah. Dilihatnya gadis cantik yang menawari kamarnya untuknya beristirahat sementara gadis ini rela tidur di lantai.Candaka menjadi bimbang dengan mimpinya. Apa memang benar Mala yang menjadi mata-matanya selama ini yang selalu menguntit kemana dirinya pergi? Kalau begitu kenapa dia tetap terlelap tidur sementara aku sudah bangun? Harusnya kan dia mengawasiku terus menerus jika dia adalah anak buah si wajah tirus tadi.Gadis ini perlahan-lahan membuka matanya. “Hei kakak..Sudah bangun kok tidak bangunin Mala?”, tanyanya manja. “Kak Candaka sudah sehat kembali?”Tidak mungkin Mala. Sikapnya tidak seperti dibuat-buat terhadapnya, apa gadis ini mahir berpura-pura di depannya. Biarlah jika memang dia, jika aku di dekatnya aku juga lebih mudah mengawasinya.“Kakak hari ini mau kemana? Biar Mala temenin ya kak..&rdquo
Penduduk desa beramai-ramai menuju ke arah Perguruan Tapak Naga untuk melihat pendekar-pendekar kenamaan bertanding memperebutkan hadiah yang fantastis. Banyak pedagang musiman yang berjualan makanan apa saja di depan gerbang masuk arena pertandingan ini.Candaka dan Kumalasari termasuk dalam kerumunan warga yang antri untuk masuk menyaksikan pertandingan-pertandingan silat yang bermutu. Dengan susah payah mereka berhasil masuk juga ke dalam bangku penonton.Tujuan Candaka dan Kumalasari berbeda untuk event ini. Candaka terus mengawasi sekitar arena pertandingan untuk melihat apakah ada yang tidak beres yang akan membuktikan kebenaran mimpinya. Sedangkan Kumalasari memang berniat untuk menonton pertandingan ini sambil bersenang-senang. Candaka juga masih tidak mempunyai bukti kalau Kumalasari merupakan mata-mata yang mengawasinya, karena gadis ini selalu bersikap baik padanya.Pertandingan di arena tampaknya sudah dimulai. Pertandingan menggunakan sistem gugur.
Candaka masih penasaran dengan ketidak hadiran tokoh-tokoh Naga Hitam saat Turnamen Pendekar berlangsung. Dia juga tidak mengetahui para pendekar yang pingsan atau terluka dibawa kemana untuk berobat. Tadi dia tidak menemukan lokasi tempat pendekar yang kalah ini dirawat. Bisa jadi energi mereka sudah diserap orang-orang ini tanpa sepengetahuannnya. “Besok aku harus lebih teliti lagi mengamati setiap gerakan yang mencurigakan”, tekadnya dalam hatiSiapa sebenarnya si Wajah Tirus yang aku lihat bersama orangtua Isyana ini? Terlihat dia tidak begitu mempedulikan Tuan Bagaskara, berarti sosok ini mempunyai jabatan yang cukup tinggi di organisasi mereka. Tapi apa benar sosok Pendekar Naga ini menjadi jahat dan berpaling ke dunia hitam, sepertinya hal yang mustahil dilakukannya. Andai saja aku bisa mendapatkan mimpi-mimpi ini lagi, mungkin aku tahu jawabannya.“Kak Candaka sudah tidur?”, tanya Kumalasari yang sekarang tidur di atas tempat tidur semen
Tidak ada satupun peserta turnamen yang mencurigai muslihat diadakannya turnamen pendekar ini oleh pemimpin Perguruan Tapak Naga. Tujuan diadakannya turnamen yang menarik minat ribuan pendekar seantero negeri ini hanya satu yaitu menguasai pendekar-pendekar ini untuk mengabdi kepada Iblis Naga Hitam yang dipersiapkan melawan Pendekar Naga Terpilih.Iblis Naga Hitam saat ini masih dalam tahap pemulihan karena terluka parah oleh Ki Wicaksono yang membuatnya kembali ke wujud asapnya alih-alih wujud naga hitam sebenarnya. Iblis Naga Hitam memerlukan chi atau jiwa sakti para pendekar ini untuk memulihkan dirinya dan bisa kembali ke wujudnya semula lagi.Ternyata saat Ki Wicaksono mengeluarkan Tapak Naga Putihnya, pukulan jarak jauhnya mengenai Naga Hitam ini yang membuatnya melarikan diri. Tepat di saat Ki Wicaksono menerima pukulan dari sosok misterius yang diyakininya sebagai Kumaladewi.Luka Naga Hitam ini tidak main-main. Rupanya serangan K
Perguruan Tapak Naga kelihatan sebagai perguruan yang biasa saja, namun ternyata perguruan ini menyimpan misteri yang sangat besar yang tidak diketahui penduduk Desa Kabut Hitam.Bagi penduduk desa, kehadiran perguruan ini memberikan rasa aman bagi mereka yang hanya orang biasa. Apalagi pemimpin perguruan ini sangat baik hati menolong sesama tanpa memandang kedudukan maupun harta.Bagaskara sebagai pemimpin perguruan ini sangat pintar menyembunyikan identitasnya. Penduduk desa hanya tahu dia adalah Pendekar Naga yang akan melindungi Desa Kabut Hitam dengan keahlian silatnya. Tidak ada yang tahu kalau dia juga ikut andil dengan bebasnya Naga Hitam.Awalnya Bagaskara memang dipengaruhi sedikit sihir Asmawati untuk menuruti seluruh keinginan istrinya ini dalam melayani Naga Hitam sebagai pimpinannya, tapi lambat laun Bagaskara sangat menikmati kegiatan sampingan ini membuatnya menjadi orang yang lebih jahat dari Asmawati karena keinginan berkuasanya yang sangat besar.
Hari demi hari berlalu. Tak terasa sudah dua minggu turnamen pendekar ini berlangsung. Karena banyaknya peserta dari seluruh benua, maka turnamen ini masih dalam babak penyisihan. Pendekar-pendekar yang kalah dalam turnamen juga sudah ada yang kembali ke daerahnya masing-masing. Semuanya sehat-sehat saja tanpa kekurangan apapun. Jika memang benar kekuatan chi mereka diambil oleh organisasi Naga Hitam ini tentu saja mereka akan lemas tidak berdaya karena kehilangan tenaga.Selama dua minggu turnamen berlangsung, Candaka tidak pernah absen mengikutinya. Tapi tidak ada kejadian aneh yang dilihatnya yang bisa memperkuat kebenaran mimpinya kalau turnamen ini adalah muslihat dari Bagaskara saja untuk menguasai para pendekar. Dia juga tidak melihat munculnya Bagaskara, Asmawati, ataupun si Wajah Tirus yang dilihatnya dalam mimpi. Bahkan Candaka baru teringat kalau dia juga tidak pernah melihat Isyana sama sekali selama 2 minggu ini. “Kemana gadis ini? Padahal ini kan rumahnya juga. Kenapa ak