Lingkaran merah bertabur cahaya bintang terpancar dari paruh Gatra, bergerak turun menyerang semua siluman raksasa yang sedang bertarung.
“Hentikan pertarungan ini!” Gatra sangat murka karena Hutan Raksasa Putih dirusak oleh penghuninya sendiri.
Wedara Toya tidak kuat melanjutkan pertarungan. Serangan Gatra berdampak banyak pada tubuhnya, bahkan sayap kebiruannya hampir patah. Beruntung Prabu Wusanggeni bergerak lebih cepat memindah tubuh naga air itu ke dimensi lain.
Namun kerusakannya terlalu berbahaya mengingat Ilusi Mayapada membutuhkan energi sangat besar sesuai tubuh dan kekuatan makhluk yang dipindahkan.
“Asoka, aku sudah memindahkan Wedara Toya ke tempat aman, tapi untuk sementara, tolong jaga jasadku karena aku harus istirahat untuk memulihkan energi.” Prabu Wusanggeni langsung ambruk di hadapan Asoka.
Memindahkan tubuh gurunya ke tempat aman, ternyata Empu Nara dan Ki Mangun Tapari sudah siap membantu Asoka di bela
Bunar Kumbara yang merasakan energi hitam yang mulai muncul dalam diri Asoka, segera meminta Gatra pergi menuju gubuk Ki Damardjati lantas mengambil pusaka Sabuk Zamrud Hijau yang tergantung di dalamnya.“Maaf karena membuat kalian bertiga khawatir. Untuk sementara waktu, tetaplah tinggal di sini dan lindungi Prabu Wusanggeni,” pesan gagak itu pada Empu Nara dan Ki Mangun Tapari.Abah Suradira bersama Ki Damawangsa ternyata berangkat menuju Hutan Raksasa Putih setelah merasakan energi api yang sangat besar seolah tingkatannya sudah berada di angka amplifi tujuh, tingkatan paling tinggi dari semua tingkatan elemen.“Kakak, ini terlalu berbahaya jika kekuatan ini tidak kita segel. Efek kehancurannya bisa merusak satu hutan dengan dua jurus saja.” Ki Damawangsa sebenarnya bukan khawatir dengan pendekar yang memiliki elemen api amplifi tujuh, tapi khawatir dengan keselamatan dua rekannya.Abah Suradira mengetahu hal tersebut, sebagai s
Beberapa hari sebelumnya, pasukan Wusasena menyadari ada keanehan di Hutan Raksasa Putih.Mbah Mijan selaku penasehat tertinggi Perguruan Elang Hitam memperingatkan Wusasena bahwa pendekar Nusantara sudah bergerak melindungi anak dalam ramalan.“Yang bisa kita lakukan hanya mencari energi hitam sebanyak mungkin. Pasukan telik sandi kita mendapat informasi mengenai titik-titik yang mengandung energi hitam besar, lebih-lebih ada dua titik yang juga mengandung aura iblis merah.”Fusena Rama menyela ucapan Mbah Mijan, dia berhak bicara selaku wakil ketua perguruan. “Bagaimana pendapat Anda mengenai terbunuhnya dua telik sandi kita yang diutus untuk mencuri informasi dari Perguruan Api Abadi?”“Tidak masalah.” Ucapan Mbah Mijan menimbulkan kontroversi. “Mereka terbunuh karena mereka lemah, tidak bisa menandingi kekuatan Asoka Basundara.”Wusasena ikut menambahi. “Informasi mereka sudah sampai ke perg
Pasukan Elang Hitam melihat tsunami api merah diiringi petir merah di tengah-tengah hutan, mereka tidak lebih dulu berangkat dan menunggu sampai tsunami itu reda.Ekadanu tidak mau ambil resiko, akan ada banyak pasukan yang terbunuh apabila memaksakan diri berangkat ke sana. “Kemukakan pendapat kalian, apa kita harus pergi sekarang, atau menunggu sampai Asoka dan rekan-rekannya lemah?”Dari tujuh pasukan telik sandi, tiga di antaranya setuju berangkat sekarang dengan alasan, mereka harus bergegas sebelum Asoka dibawa kabur oleh petinggi perguruan.Namun empat lainnya tidak setuju, salah satu mengacungkan tangan dan segera mengemukakan pendapatnya. “Ini pendapatku pribadi … aku tidak ingin salah satu dari kita terbunuh. Apa kalian lupa, Ye Qiu yang dulu terkenal sebagai murid cerdik saja kalah di tangan Asoka, lalu bagaimana dengan kita-kita ini?”“Benar kata Naruma, kita tidak boleh gegabah dalam membuat keputusan. Ter
Ki Damawangsa dan Abah Suradira dikejutkan dengan kehadiran Ki Mangun Tapari.“Ikut aku … Prabu Wusanggeni membutuhkan pertolongan kalian.” Ki Mangun Tapari ambruk di hadapan dua seniornya.Ki Damawangsa menyuntikkan sedikit energi ke tubuh pria berjenggot tipis itu hingga kembali siuman. Ki Mangun Tapari menunjuk ke arah Timur Laut tempat Empu Nara dan Prabu Wusanggeni berada.“Kita harus cepat sebelum bola cakra itu meledak.” Abah Suradira meloncat turun dari salah satu pohon paling tinggi di hutan. Mereka bergegas menyembuhkan Prabu Wusanggeni.Empu Nara hampir saja kehilangan nyawa jika saja Abah Suradira tidak menahan detak jantung rekannya menggunakan ilmu Totok Jari Api Biru.Mengambil cawan dan beberapa daun kuning kering, Abah Suradira membaca mantra lalu memadatkan kembali Garam Lingar yang telah dicampur air. Garam itu bisa digunakan lagi, tapi harus direbus dulu bersama serbuk matahari merah.Tidak
Hi Readers, Kisanak-Nisanak sekalian. (Bab ini tidak mengurangi koin/bonus) Pada kesempatan kali ini, Author ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada kalian yang sudah mengikuti kisah receh yang masih banyak kekurangan ini. Terima kasih juga untuk kalian yang berkenan memberi gem, Kang Fadly, Kang Ihwan Hariri, Kang Azmell Aken, Kang Randi Saputra, dan yang lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Juga kalian yang membuka bab menggunakan koin non bonus. Dukungan apapun sangat berarti bagi author. Arc latihan telah selesai, kedepannya alur cerita akan fokus pada petualangan dan pengembaraan Asoka mencari kekuatan sejati Pedang Naga Sulong hingga pertarungan terakhir saat era kehancuran bumi terjadi. Semoga ceritanya tidak terlalu panjang dan melebar ke mana-mana. (Perkiraan tamat 200-300an bab, tidak sampai ribuan) Author juga usahakan update rutin setiap hari, dan update dua kali lipat lebih banyak entah hari Sabtu atau Ahad, minimal
Serikat Zhang Ze memiliki tradisi yang patut dicontoh, terlebih dalam hal pengkaderan pendekar. Dari ribuan anggota serikat yang tersebar di seluruh daratan Tiongkok, empat puluh di antaranya terpilih untuk menjadi murid khusus yang dididik langsung oleh ketua serikat.Mereka adalah kader pendekar muda yang usianya belum mencapai angka dua puluh lima.Empat puluh orang yang lolos seleksi akan diberi kekayaan tiada tara, hidup terjamin, dan keluarga diberi perlindungan maksimal oleh serikat. Emas dan barang mewah lain dihadiahkan bagi mereka yang berhasil menjadi kader penerus serikat.Enam bulan setelahnya, mereka akan diseleksi lagi oleh petinggi serikat sampai jumlah mereka tersisa dua puluh orang. Hanya orang-orang terpilih dan benar-benar menunjukkan tekad serta kanuragan hebat yang bisa menjadi penerus titah Meng Khi.Lima dari dua puluh orang akan dipilih khusus oleh Meng Khi sebagai calon penerus mustika emas. Mereka diberi pendidikan khusus langsu
Tiga hari berlalu setelah pertarungan dahsyat yang terjadi di Hutan Raksasa Putih.Ratusan pendekar -dari segala penjuru -datang ke tanah Jawa untuk mengikuti turnamen yang hadiahnya terbilang sangat mewah. Beberapa dari mereka berangkat jalan kaki, ada juga yang berangkat menggunakan kereta kuda.Kerajaan Segoro Kidul mengirim dua wakilnya untuk mengikuti turnamen kali ini. Pangeran Kundalini minta maaf karena saat babak penyisihan dia tidak bisa hadir mengingat ada konflik internal di kerajaan.Tomina dan Respati berangkat bersama Raden Maskara, adipati wilayah Pulungan, ditemani dua pleton pasukan berkuda. Mereka sampai lebih dulu di perguruan.“Lama tidak bertemu, Tomina.” Lelanang Mana yang menjadi penerima tamu, segera menyambut kehadiran wakil Segoro Kidul dengan pelukan dan senyuman hangat. “Sudah lima tahun sejak pertarungan kita waktu itu.”“Dan setelah lima tahun, berat badanmu sepertinya bertambah. Apa kare
Suasana hati Putri Kumala sedang tidak baik, wajah cemberutnya seolah menunjukkan kalau dia tidak berusaha menutupi kesedihannya. Semua disebabkan karena dia tidak diberi izin oleh Raja Syailendra untuk berangkat ke Perguruan Api Abadi.Melihat kakak kandungnya berangkat bersama Tomina dan satu wakil istana lainnya, Putri Kumala berencana kabur, sembunyi di dalam kereta kuda yang tertutup tirai mewah.Sementara itu di perguruan, Asoka sedang ditemani seorang pendekar wanita bernama Rara yang dulu pernah menodongkan tombak tepat di lehernya. Wajah Rara tampak canggung, tapi Asoka menanggapinya biasa saja.Untuk ukuran perempuan dewasa, Rara tergolong cantik, bahkan banyak murid perguruan bilang, Rara adalah wanita tercantik kedua di perguruan ini. Sayang, tidak ada yang berani mendekatinya karena dia merupakan salah satu murid lencana giok dari kalangan wanita.Rara ditugaskan khusus oleh Ki Setyo Waringin untuk menjaga Asoka jika saja aura hitam pemuda it