Yang Zhi terdiam. Kepalanya berpikir keras. Apa yang dikatakan Tabib Jia menjadi semakin masuk akal. Semua penjaga membicarakan Xiu Zhangjian yang sekarat diseret ke ruangan Chen Long, lalu diselamatkan Chen Yufei dan dibawa ke balai pengobatan tahanan.Yang Zhi masih sangat ingat dirinya membentak rekannya sendiri yang mengatakan Nona Chen mulai tertular kebodohan budak lemah itu."Yang Zhi, ketika Nona Chen membawanya ke balai pengobatan, dia baik-baik saja. Aku bersumpah tidak melakukan kesalahan saat memeriksanya. Buktinya, di malam hari dia bisa mengancamku dengan racun itu."Yang Zhi memegang lengan Tabib Jia. "Kau pasti sudah mengalami waktu-waktu yang sulit. Sekarang katakan, bagaimana kondisimu? Apa racun itu ...."Tabib Jia menggeleng. "Dia sudah memberikan penawarnya karena aku telah memberikan laporan palsu pada kepala penjaga.""Syukurlah kalau begitu. Aku tidak akan mengampuni diriku sendiri jika kau sampai terbunuh oleh budak itu.""Yang Zhi, aku mohon, katakan semua in
Di bawah remang bulan, ada sesosok misterius berdiri di depan pintu. Sosok tersebut mencoba menyamarkan diri dengan pakaian serba hitam. Tampak pula sebuah pedang terhunus di samping pinggangnya.Budak itu mungkin memang licik akalnya, tapi tentu tidak dengan kemampuan bertarungnya. Lihat saja, aku akan memenggal kepalanya. Dia pikir, dia siapa? Berani-beraninya meracuni Jia Li!Tepat sekali. Sosok yang mengoceh dalam diam itu memang Yang Zhi. Kini dengan kunci yang diberikan Tabib Jia, dia hendak membuka pintu utama balai pengobatan."Tidak perlu merepotkan diri."Sudah barang tentu sebuah suara yang mendadak terdengar itu membuat jantung Yang Zhi lepas sesaat. Dia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu meski kunci telah dimasukkan. Matanya kini menatap tajam pada sosok yang berpakaian sama persis dengannya."Siapa kau?!" Yang Zhi meningkatkan kewaspadaan. Tangannya mengenggam erat gagang pedang.Lelaki misterius berjalan pelan saja menghampiri Yang Zhi. Tidak tampak ketakutan dari
Mengapa Yang Zhi tidak kunjung menemuiku? Apa dia tidak jadi ke mari?! Dia tidak jadi membunuh budak itu?! Tidak, tidak, Yang Zhi sudah berjanji padaku. Dia pasti akan datang! Tapi ... kenapa begitu lama?Tabib Jia duduk lagi setelah sebelumnya berjalan mondar-mandir di kamar. Dia mengigit bibirnya sendiri akibat cemas yang sudah memenuhi batin.Selama Xiu Zhangjian masih hidup, Tabib Jia tidak akan pernah bisa tenang. Jangankan tidur nyenyak di malam hari, merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur saja tidak.Bagaimana mungkin dia bisa bersantai di bawah atap yang sama dengan orang yang nyaris membunuhnya? Bahkan meski Xiu Zhangjian tidur seperti orang mati, Tabib Jia tidak akan bisa untuk sekadar memejamkan matanya."Apa sebaiknya aku melihat ke depan saja? Mungkin saja Yang Zhi sudah melumpuhkan budak sialan itu. Ya, sebaiknya aku lihat saja!"Tabib Jia berdiri dengan asa seadanya. Akan tetapi, belum sampai perempuan itu melangkah, sebuah keganjilan terlintas di kepalanya.Tidak. Ji
Tabib Jia menelan ludah. Jelas-jelas telinganya mendengar suara ketukan pintu, tetapi setelah pintu dibuka, tidak ada satu pun orang di depan kamarnya.Tabib Jia memberanikan diri untuk melangkah ke depan satu kali, berdiri di ambang pintu untuk menengok keluar. Namun, pandangan langsung beralih ke bawah setelah merasakan kakinya menabrak sesuatu.Apa ini?Tabib Jia menatap lekat buntelan kain hitam yang ada di depan pintu kamarnya. Lagi-lagi kengerian membuatnya menelan ludah.Perempuan itu kembali menengok keluar, melihat ke kanan dan kiri, kalau-kalau tampak bayangan seseorang yang mungkin meninggalkan buntelan hitam itu. Namun, tetap tak ada.Tabib Jia membungkuk dan menyipitkan mata demi melihat secarik kertas kecil yang ada di atas buntelan tersebut. Dengan ragu-ragu dia memungutnya."Hadiah dariku untukmu?" Dahi Tabib Jia berkerut ketika membaca karakter yang tertulis pada kertas. Perlahan kerutan di keningnya memudar dan seulas senyum tipis terkembang.Mungkinkah ini dari Yang
"Mengerikan! Bulu kudukku langsung berdiri saat pintu terbuka. Aku melihat kepala Yang Zhi di atas tempat tidur, di atas kain hitam. Kondisinya ...." Seorang penjaga menggelengkan kepala seolah tak sanggup untuk melanjutkan ceritanya.Terang saja hal itu membuat para penjaga lainnya yang telah duduk bergeming mendengarkan ceritanya turut begidik ngeri. Namun semua sudah kepalang tanggung, mereka telah mendengar bagian dari cerita itu dan sudah sangat ingin mendengarkan kelanjutannya hingga tuntas. Oleh sebab itu, mereka pun mendesak dengan kompak. "Bagaimana kondisinya?""Bayangkan, mata Yang Zhi berwarna merah, menyembul seperti mau keluar. Selain itu, mulutnya juga terbuka seperti sedang mengeluarkan suara yang sangat kesakitan sebelum tewas. Belum lagi kalau kalian mencium bau anyir darah dari lehernya yang terbebas itu. Sungguh .... Jika Tabib Jia yang biasa menangani orang sekarat karena terluka saja sampai tak sadarkan diri, jelas sudah seberapa mengenaskan mayat Yang Zhi."Heni
Mata Tabib Jia membesar. Dia sadar benar bahwa ucapan lelaki sialan di depannya adalah benar. Jika Yang Zhi terbunuh, bukan tidak mungkin jika dirinya pun bisa terbunuh. "Tuan Chen, ampuni aku karena sudah bersikap bodoh. Ketika itu, ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku kira itu perawat yang mungkin ingin memberitahukan ada keadaan darurat dari pasien di balai ini." Tabib Jia sedikit berbohong. Meski batinnya sangat terguncang, akalnya masih waras. Tidak mungkin dia mengaku kalau saat itu dia berpikir Yang Zhi-lah yang mengetuk pintu. "Tapi saat pintu kubuka, ada sebuah buntelan kain hitam di atas lantai. Sumpah demi apa pun saat itu aku tidak melihat siapa pun, Tuan. Lalu aku pun mengambil buntelan itu dan membawanya masuk. Saat kubuka, ternyata isinya adalah ...." Tabib Jia tidak mampu melanjutkan kalimatnya karena memang isi buntelan itu terlalu pedih untuk dikalimatkan. Hanya air mata yang lagi-lagi jatuh begitu saja. "Lalu?" Alis Chen Long kembali bertaut seperti hendak men
Mata Xiu Zhangjian tampak membesar melihat Chen Yufei berjalan mendekat. Wajahnya langsung memerah seketika diikuti detak jantung yang mendadak kencang. Bagaimana mungkin dia lupa pada perempuan yang mengambil ciuman pertamanya? Satu hal yang menjadi tanda tanya besar di kepala Xiu Zhangjian adalah mengapa dia tidak muntah? Jelas-jelas kelakuan keponakan kepala penjaga itu sudah melampaui batasan yang terjaga konsisten selama ini. Lalu, mengapa rasa entah yang dia rasakan tidak tergolong sebagai sesuatu yang memicu datangnya mual? Sebuah napas kabur dari mulut Xiu Zhangjian teringat bagaimana dirinya muntah-muntah karena Li Yingying. "Jangan, jangan, tidak perlu duduk. Rebahkan saja tubuhmu Kakak Jian." Chen Yufei memegang kedua lengan Xiu Zhangjian, lalu membimbingnya untuk kembali berbaring. Sial! Detik itu angin lembut terasa seperti membelai wajah Xiu Zhangjian. Terlebih ketika matanya bertemu dengan mata indah Chen Yufei, rasanya seperti ada yang berdenyut dalam hatinya. "
Xiu Zhangjian menatap lelaki kekar yang sedang memanggul batu besar di pundaknya. Dia tersenyum miring, tak mengira jika dirinya akan merindukan lelaki yang membuat hidupnya banyak diisi dengan omelan dan pukulan-pukulan kecil itu. Padahal baru beberapa hari tidak bertemu. Lagipula, mereka tetap berada di tempat yang sama dengan status yang sama pula, di penjara Quzhou, tetap sebagai budak. Sepertinya aku memang sedikit berlebihan."Kak Li Min!"Li Min meletakkan batu dari pundaknya sebelum menoleh pada suara yang begitu familier. "Bocah itu ...." desisnya sambil mengepalkan tangan. Namun, wajah yang biasanya dingin itu terlihat sedikit menyunggingkan senyum. Bukankah itu mencurigakan?Xiu Zhangjian pun berjalan cepat menghampiri Li Min. Sungguh, dia berusaha keras untuk tidak berlari. Pikirnya, akan terlihat aneh jika seseorang yang baru keluar dari balai pengobatan sudah berlari-lari. Padahal, detik ini juga Xiu Zhangjian sudah sangat ingin memeluk kakak angkatnya itu.Pemuda itu j