Sepasang mata mengendap-endap di atap sebelum melompat turun melewati tembok pembatas. Tampaknya sosok itu memiliki kemampuan meringankan tubuh hingga saat kedua kakinya berpijak pada tanah tidak mengeluarkan suara.Sosok berpakaian serba hitam tersebut terlihat mengembuskan napas berat sebelum beranjak meninggalkan tempat itu. Pergerakannya sangat cepat memakan jarak yang ada.Dia merapal doa dalam diam, 'Semoga Tetua Feng benar-benar ada di sana dan baik-baik saja.' Setibanya sosok itu di hutan bambu, kakinya berhenti secara tiba-tiba. Samar-samar dia mendengar pergerakan yang intens tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia memejamkan mata, memfokuskan diri untuk mempertajam pendengaran. Sesaat kemudian, matanya terbuka lebar. 'Siapa yang bertarung di sini? Aiya, bukan urusanku!'Sosok itu berbalik untuk mencari jalan lain sebab tidak ingin terlibat dalam pertarungan apa pun. Tujuan utamanya adalah menemukan Feng Yin. Itu saja!'Aku tidak punya waktu untuk mengurus hal semacam ini,' b
"Jika masih ingin melihat temanmu ini hidup, serahkan perhiasan itu sekarang juga!"Dua bandit saling menatap sesaat sebelum kembali menatap rekan mereka yang ada dalam penguasaan lawan. Tampak rekan mereka yang sudah ada di ujung tanduk menggelengkan kepala, memberi tanda supaya perhiasan itu tidak diberikan. Tentu saja dia khawatir, musuh akan berkhianat. Bukankah lebih baik mati dengan imbalan sepadan daripada mati sia-sia tanpa hasil apa pun?"Lepaskan dulu teman kami, maka kami akan memberikan ini padamu.""Tidak! Bunuh saja sampah itu sekarang. Kita bisa merebut perhiasan itu nanti," sahut seseorang yang tadi memprovokasi, lagi-lagi membuat rekannya mengangguk setuju.Tentu saja hal itu membuat lawan semakin terpojok. Tanpa ragu, bandit perempuan yang tadi berteriak mencegah agar rekannya tidak ditusuk tombak langsung melemparkan buntelan merah ke tanah. Seberharga apa pun perhiasan curian itu, tetap diberikan juga demi menebus nyawa rekannya. "Ambil ini dan lepaskan dia!" Taw
Ketiga bandit serempak memejamkan mata saat melihat lelaki misterius tanpa ampun menusukkan pedang ke perut lawan. Meski lawan sebenarnya sudah tidak berdaya, dia tidak ingin membiarkan mereka mendapat kesempatan untuk bertahan hidup. 'Tidak ada tempat sempurna untuk penjahat yang licik kecuali neraka!' Lelaki misterius tersenyum miring menatap tiga bandit bertombak terkapar di tanah tanpa nyawa. Dia pun mengambil buntelan merah dari tangan salah satu mayat. "Menyedihkan, susah payah memeluk erat harta, tetapi mati sebelum menggunakannya!" Ucapan menohok dari lelaki misterius membuat para bandit berpedang menggenggam erat senjata masing-masing. Dua di antaranya maju dan membuat bandit wanita berlindung di belakang mereka. Ketika lelaki misterius balik badan dan berjalan menghampiri mereka, dua bandit tadi menarik pedang untuk dihunuskan padanya. "Jangan mendekat atau kami akan membunuhmu!" gertak seorang bandit dengan suara bergetar. Sejujurnya hal tersebut membuat lelaki misteri
Xiu Zhangjian tersenyum ketika perempuan yang dia panggil Putri Xiang dengan cepat menarik buntelan merah dari tangannya. Tentu saja tanpa menurunkan tatapan dingin dari mata indah itu."Aku mengerti jika Tuan Putri tidak ingin mengatakan identitas yang sebenarnya. Kadang-kadang kebenaran memang lebih baik disembunyikan sebelum diungkapkan di waktu yang tepat." Xiu Zhangjian membicarakan dirinya sendiri, mengingat puluhan tahun dilewati bukan sebagai putra dari ketua Sekte Naga Suci. Hingga detik ini, dia hidup dengan marga lain sampai dengan waktu yang belum ditentukan.Pikirnya, jika benar bandit perempuan itu adalah Putri Xiang Shashuang, pasti dia telah melewati hari-hari yang sangat sulit sebagaimana dirinya. Dengan dendam membara tersimpan di hati, jangankan untuk membalas secepatnya, untuk bisa bertahan hidup saja harus menjadi orang lain terlebih dahulu. Sangat menyedihkan!"Baiklah, aku masih memiliki urusan yang harus diselesaikan. Apa kalian tahu di mana markas Aliansi Gong
Bandit perempuan menoleh pada rekannya yang bertanya. Tatapannya tajam seperti siap untuk menelan temannya hidup-hidup. Lalu dengan kesal dia memukul bahu pria itu kuat-kuat. Bugh!"Argh! Tuan Putri, kenapa anda memukulku?""Semua ini gara-gara kalian. Sudah berapa kali aku mengatakan, jangan pernah memanggilku Tuan Putri saat kita sedang bekerja atau ketika ada orang lain. Mengapa kalian mengabaikan perintahku!""Ma-maafkan kami, Tuan Putri. Tapi ... selama ini, kami memanggil Tuan Putri hanya jika tidak ada orang lain. Kalaupun saat bekerja kami mengatakannya, bisa dipastikan hanya kita saja yang mendengarnya. Jadi-"Bandit perempuan mencebik memotong ucapan rekannya. "Aku tidak peduli, mulai detik ini cukup panggil aku dengan sebutan 'Nona' atau panggil namaku saja!""Tapi Tuan Putri, itu melanggar aturan istana," jawab seorang bandit lelaki didukung dengan anggukan seorang lainnya."Kenapa kalian tidak sadar juga?! Kita tidak berada di dalam istana!" bentak bandit perempuan membua
Xiu Zhangjian berdiri menatap ke depan. Di hadapannya terhampar hutan yang luas dan lebat. Pohon-pohon rindang tinggi menjulang membuat sinar bulan kesulitan untuk menerobos masuk. Akibatnya, penglihatan menjadi semakin terbatas. 'Baguslah, langit benar-benar memberkatiku.' Mengingat peringatan dari bandit perempuan, Xiu Zhangjian memutuskan untuk pergi ke markas Aliansi Gongliao dengan melompat ke atas pohon, lantas melompat lagi dari satu dahan ke dahan lain. Dalam saat-saat demikian, wajah Feng Yin tergambar jelas di benaknya. 'Bersabarlah Tetua Feng, aku akan menyelamatkan anda,' tekad Xiu Zhangjian dalam hati perih. Tidak dipungkiri, sebenarnya terbesit ketakutan di hati pemuda itu. Dia takut terjadi sesuatu pada Feng Yin. Bukan tidak mungkin jika sang tetua disiksa atau bahkan dibunuh dengan cara dikubur hidup-hidup. Meski selama ini Feng Yin selalu percaya diri ketika mengatakan bahwa dia tidak akan mati karena Kaisar Huang menginginkannya tetap hidup, bisa saja suatu keada
Li Min menelan ludah ketika penjaga masuk ke dalam selnya. "Tunggu!" teriaknya menghentikan sang penjaga yang telah mengangkat tangan terkepal, bersiap untuk memukul gundukan yang dikira Xiu Zhangjian."Kenapa? Kau tidak terima aku membantu membangunkan adikmu?""Bukan seperti itu, Tuan." Li Min mencebik dalam hati karena tidak memiliki cara lain untuk sesaat mengatasi masalah ini, kecuali dengan meletakkan harga dirinya. Oleh sebab itu sekarang dia bersimpuh di depan sang penjaga. "Aku mohon, jangan kotori tangan Tuan. Biarkan aku sendiri yang memberi pelajaran padanya. Aku sangat malu untuk ini. Aku berjanji, sesudah ini, dia akan bangun bahkan sebelum lonceng berbunyi."Sang penjaga tersenyum miring. Rupa-rupanya, omong kosong Li Min berhasil memicu munculnya kebanggaan dalam hatinya. Biar bagaimanapun, orang yang kini memegangi kakinya, memohon belas kasihan adalah seorang ketua sekte. Tunduknya sang ketua sama artinya dengan tunduknya seluruh anggota.'Tidak kusangka, wibawaku se
Suasana di penjara Quzhou pagi ini terasa sangat berbeda tanpa adanya pidato pengantar dari Chen Long seperti biasanya. Tampaknya para tahanan sudah terlanjur terbiasa dibentak, diancam, dan dimaki oleh kepala penjaga itu, hingga ketiadaannya membuat orang-orang merasa ada yang kurang dari pagi mereka. Meskipun demikian, mereka tidak berani bergunjing di depan penjaga dan memilih untuk menelan tanda tanya yang bahkan lebih besar dari ukuran kepala mereka. Jadi, terbayang sudah 'penderitaan' para tahanan tanpa Chen Long. Namun, orang bodoh pun tahu, dalam 'penderitaan' itu ada syukur yang diam-diam mereka ucapkan atas berkat langit. "Bukankah penjara menjadi lebih damai, Kakak?" "Tidak penting." Xiu Zhangjian memanyunkan bibirnya dengan penuh kecewa karena Li Min sama sekali tidak berminat untuk bergosip. Padahal, dia sengaja ingin mengalihkan pembicaraan karena tidak mau memberikan kabar mengecewakan tentang sang tetua, yang sampai sekarang tidak dia ketahui kabar apa pun tentangn