Home / Pendekar / Pendekar Pedang Suci / Bab 9_ Serangan Bola Api

Share

Bab 9_ Serangan Bola Api

Author: Khoirul N.
last update Last Updated: 2021-11-11 13:37:18

"Ada apa, Tetua Feng?"

"Aku telah menyinggung utusan Aliansi Gongliao. Ketua Li, berikan daftar itu pada Zhangjian!"

"Baik, Tetua!" Li Min pun menyerahkan gulungan kertas dari lengan bajunya kepada Xiu Zhangjian. "Cepat kumpulkan mereka di sini!"

Xiu Zhangjian membuka gulungan kertas dari Li Min. Di dalamnya tertulis 10 nama anggota muda Sekte Harimau Putih. Ia pun berlari keluar dengan jantung berdebar kuat.

Sebenarnya Xiu Zhangjian masih belum mengerti apa yang terjadi. Namun, keadaan bahkan tidak memberi waktu padanya untuk sekadar bertanya. 

Beberapa saat kemudian, Xiu Zhangjian telah kembali ke dalam ruang pertemuan bersama 10 orang yang ada di dalam daftar. Kebingungan tampak jelas di wajah mereka semua. Akan tetapi, sama seperti Xiu Zhangjian, mereka juga tidak menanyakan apa pun dan hanya saling menatap. Melihat ekspresi wajah Li Min dan Feng Yin yang penuh kerut di dahi, cukup menunjukkan bahwa situasinya tidak sedang baik-baik saja.

"Tetua Ho, bawa mereka pergi sejauh mungkin. Jangan pernah kembali sampai ada surat perintah datang," tegas Feng Yin membuat orang-orang saling menoleh, beberapa di antaranya sampai menganga mulutnya.

"Baik, Tetua!" jawab Tetua Ho mantap tanpa bertanya. Ia pun mengajak 10 anggota muda sektenya untuk keluar dari markas.

"Tunggu!" pekik seorang gadis menghentikan rombongan yang hendak pergi. "Ayah, aku tidak akan pergi! Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi aku tidak akan meninggalkan Ayah."

"Xinyue ... pergilah," lirih Feng Yin sembari memejamkan mata. Xinyue merupakan satu di antara 10 anggota terpilih. Ia terus menggeleng dengan mata mulai berkaca-kaca.

Saat ketegangan antara ayah dan anak itu terjadi, seseorang menerobos masuk ke dalam ruang pertemuan, mengejutkan semua orang. Itu adalah lelaki yang sebelumnya ditugasi Feng Yin untuk menutup dan mengunci gerbang. Dengan wajah pucat ia berkata, "Te-tetua ... prajurit istana sudah sampai di depan gerbang."

"Apa? Kurang ajar! Mereka datang lebih cepat," ujar Feng Yin sembari menggerakkan giginya. "Tetua Ho, bawa mereka pergi dari sini!"

"Tidak! Aku tidak mau pergi!" Xinyue meraih tangan ayahnya. Ia menggenggamnya erat. "Ayah, aku mohon, biarkan aku tetap bersamamu."

Feng Yin mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rahangnya mengeras sebelum membentak, "Kalian, seret keluar gadis ini!"

Xiu Zhangjian menatap Xinyue yang terisak saat ditarik pergi dari ruangan itu. Ia hanya mengepalkan tangan tanpa bisa membantu sahabatnya. Sampai akhirnya manik keduanya bertemu. 'Zhangjian ... bantu aku.' Begitulah pesan dari tatapan yang diberikan Xinyue padanya.

Xiu Zhangjian tidak kuat melihat Xinyue demikian. Ia pun memalingkan wajah, menghindari tatapan Xinyue. "Maafkan aku. Aku bersumpah, mereka tidak akan lagi membuat seorang anak kehilangan ayahnya!" janjinya dalam hati.

Setelah rombongan Tetua Ho meninggalkan markas melalui pintu belakang, Li Min meminta semua orang untuk mengambil peralatan perang dan berkumpul di halaman utama. Sementara itu, ia dan para tetua langsung pergi ke halaman utama.

"Cepat buka!" Sebuah teriakan dari depan gerbang terdengar diikuti gedoran kasar.

Di dalam markas, para anggota Sekte Harimau Putih telah berbaris agak jauh dari gerbang. Di barisan depan terlihat Li Min dan para tetua, juga Xiu Zhangjian yang mengenggam erat pedangnya. Semuanya bersiap dengan kuda-kuda mantap.

"Dobrak gerbangnya!" 

Li Min mengangkat tangan kanannya ketika komando dari luar kembali terdengar, memberi isyarat agar para anggotanya bersiap. Sesaat kemudian bunyi benturan benda padat pada gerbang memekak beberapa kali. Semua mata anggota Sekte Harimau Putih langsung tertuju pada kunci gerbang yang mulai rusak.

"Serbu!" seru pemimpin pasukan kerajaan saat gerbang benar-benar terbuka. Detik itu juga para prajurit istana berlari melewati gerbang. Namun, mereka dikejutkan dengan serangan puluhan anak panah yang mendadak melesat ke arah mereka.

Rupa-rupanya, Sekte Harimau Putih memiliki pasukan khusus yang para anggotanya merupakan pemanah andal. Mereka bertengger di atas atap bangunan dan membidik para prajurit istana.

Tong Mu yang memimpin langsung pasukan istana sampai terbelalak kedua matanya melihat prajuritnya tumbang terlalu mudah. "Kurang ajar!" umpatnya. "Lemparkan bola api!"

Mendengar komando itu, para prajurit yang berdiri di samping tiga batu besar, langsung memercikkan api. Mereka membuat batu besar yang telah dilumuri bahan bakar itu berkobar. Batu tersebut berada di atas besi berbentuk sendok. 

Cara kerja alat itu seperti ketapel. Ketika pegas mulai bekerja, batu api melenting dan mendarat di dalam markas, membuat bangunan rusak. Ada pula batu api yang diarahkan ke pasukan lawan, membuat para anggota Sekte Harimau Putih kocar-kacir menghindar. Selagi ketapel raksasa itu digunakan, puluhan prajurit istana kembali memasuki markas.

Dengan sigap, para pemanah Sekte Harimau Putih melompat turun, memperkuat barisan pasukan pedang sambil terus memanah hingga habis. "Maju!" teriak Feng Yin sangat keras.

Perang pun pecah. Para anggota sekte terus mengayunkan pedang mereka, memberikan perlawanan tanpa henti. Dari segi jumlah, mereka jelas kalah telak. Pasukan dari istana banyaknya hingga tiga kali lipat dari jumlah mereka.

"Matilah, kalian!" pekik Xiu Zhangjian sambil melayangkan pedang ke para musuh di hadapannya. Dalam saat-saat menegangkan itu, benak Xiu Zhangjian dipenuhi oleh bayangan ketika desanya diserang dan dibakar habis. Juga ingatan tentang kepala ayahnya yang dipertontonkan di depan para penduduk, mencuat satu per satu dalam benaknya. 

Xiu Zhangjian menggertakkan giginya. Sesekali ia berteriak meluapkan amarah selagi pedangnya terayun lebih kuat. Ia menusuk perut, memotong leher, bahkan juga membelah tubuh musuh tanpa belas kasihan.

Beberapa lama perang itu berlangsung, sebuah teriakan mengatasi bunyi bising pedang yang beradu, "Berhenti!" Namun, tampaknya semua orang sedang fokus pada pertempuran sehingga tidak ada yang mengindahkan perintah itu. "Berhenti atau tetua kalian akan mati?"

Ancaman itu menyadarkan para anggota Sekte Harimau Putih. Mereka menghentikan perlawanan saat melihat Feng Yin berada dalam penguasaan musuh. Tong Mu menekan pedangnya yang menempel di leher Feng Yin, membuat darah segar mulai keluar. "Buang senjata kalian atau leher lelaki tua ini akan putus!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 231_ Pertaruhan Manis

    Begitu keluar dari ruang rahasia, Xiu Zhangjian disambut oleh Feng Xinyue yang terlihat menunggunya. Yuan Shi dan Wang Tian Lin segera pamit dan pergi dari tempat itu. Xiu Zhangjian mendekati Feng Xinyue dengan wajah dipenuhi senyuman. Entah mengapa, kakinya terasa berat menyebabkan dia tidak bisa bergerak dengan cepat. Sementara Feng Xinyue, wajahnya sudah merona saat melihat senyuman di wajah suaminya. Feng Xinyue tidak tahu apakah ini sungguh terjadi atau matanya yang salah, Xiu Zhangjian terlihat lebih tampan dari biasanya. Mengangkat wajah Feng Xinyue dengan ujung jarinya, Xiu Zhangjian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Cup! Keduanya hanya bisa memejamkan mata karena merasa hal ini terasa lain. Apakah setelah menikah semuanya menjadi lebih nikmat? Xiu Zhangjian membuka matanya dan melepas ciumannya. Tubuh Xiu Zhangjian membungkuk sementara kedua tangannya meraih kaki dan punggung wanitanya. !! Pasangan yang baru saja meresmikan pe

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 230_ Bulan Darah?

    Malam tahun baru dilewati dengan meriah. Setelah sesi makan pangsit dilalui, banyak orang yang menunggu malam pergantian tahun dengan bermain kembang api, bermain catur dan lainnya. Ketika tengah malam hampir tiba, satu rombongan pria berkuda memasuki wilayah Aliansi Naga Suci yang membuat beberapa anggota Aliansi yang berjaga menjadi waspada. Namun, begitu melihat plakat kekaisaran yang rombongan tersebut bawa, mereka langsung dipersilakan masuk. Dalam tradisi kekaisaran Quzhou, Kaisar akan mengirimkan kudapan kepada para pejabatnya yang tahun itu bekerja dengan giat dan menyelesaikan tugas penting. Dalam hal ini, makanan yang dikirimkan bukanlah hal yang paling utama, tetapi gengsi saat menerimanya yang begitu tinggi. Orang-orang yang menerima hadiah tahun baru dari kaisar adalah orang yang begitu berjasa dan bekerja keras sepanjang tahun. Tidak heran, pada pemerintahan sebelumnya, ada banyak pejabat yabg suka menjilat Huang Fu demi hadiah tahun baru ini.Xiu Zhangjian setelah m

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 229_ Lentera 

    Setelah berjalan beberapa saat, Xiu Zhangjian akhirnya mendapat sebuah penginapan. Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" "Aku memesan satu kamar biasa dan satu kamar terbaik." Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan dua plakat kecil. "Penjaga akan mengantar kalian." Feng Xinyue mengangguk dan meraih dua plakat tersebut. "Terima kasih." Xiu Zhangjian tersenyum tipis ketika menyadari kekasihnya sedang merasa cemburu. "Xinyue, jangan berpikiran sempit." "Aku tidak berpikiran sempit, aku hanya mengantisipasi gadis itu patah hati." Xiu Zhangjian mengangguk dengan senyuman. "Baiklah ... tetapi kau harus ingat satu hal, jangankan pelayan, seorang kaisar saja tidak berhasil merebut hatiku." "Huh ... sombong." Seorang penjaga mengantar Xiu Zhangjian dan Feng Xinyue ke kamar terbaik sebelum mengantar kusir kereta ke kamar yang Feng Xinyue pesankan untuknya. "Satu minggu lagi perayaan tahun baru, kira-

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 228_ Kunci Teh Enak

    Jantung Kaisar Xiang berdebar kencang. Ini adalah belati Naga dan Phoenix yang pernah menjadi miliknya selama belasan tahun. Dia masih begitu ingat jika belati ini dia berikan kepada Xiu Zhangjian dan Li Min beberapa waktu lalu ketika mereka akan mengambil Pedang Naga Suci di istana Tian Shang. Yuan Shi yang melihat keterkejutan di wajah Kaisar Xiang langsung bisa menebak isi dari pikiran sang kaisar. "Yang Mulia ... Belati Naga dan Phoenix merupakan warisan keluarga kekaisaran. Jika Yang Mulia menginginkannya, saya dengan senang hati akan menyerahkannya pada Yang Mulia." Alih-alih mengangguk, Kaisar Xiang menggeleng dengan senyuman. "Beberapa waktu lalu aku sudah memberikan belati ini pada seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu sudah menyukai barang yang lain." "Terima kasih karena kemurahan hati yang mulia." "Sudahlah ... di mana Nona Chen?" tanya Kaisar Xiang seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari pengantin wanita yang belum terlihat batang hidungnya. "Chen Yufei menya

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 227_ Salju Hangat

    Butiran-butiran putih turun dari langit, begitu lembut, terasa dinging dan mencair seketika saat menyentuh tangan. Ini adalah hari di mana puncak musim dingin sedang berlangsung. Namun, dinginnya udara hari ini seolah tak terasa di kediaman keluarga Chen yang sedang bahagia.Kediaman mewah keluarga Chen dihiasi kain-kain berwarna merah, banyak orang berlalu-lalang dengan mantel bulu yang melingkar di leher mereka. Asap putih mengepul dari mulut setiap orang, menandakan jika udara benar-benar dingin.Sebuah kereta kuda berwarna coklat yang terlihat polos tetapi elegan berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Chen. Tirai kereta dibuka, muncul seorang pemuda yang mengenakan jubah hitam, membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran cantik yang mengelilinginya. Tangan lain pemuda itu menggenggam tangan seorang gadis cantik dengan begitu erat, seolah takut kehilangan gadis itu. "Xinyue, berhati-hatilah, jalanan sedikit licin.""Aku tidak perlu khawatir selama ada Kakak Jian di sampingku."S

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 226_ Menerima Pinangan 

    "Aku bersedia, Yang Mulia."Wajah Kaisar Xiang merah merona. "Kalau begitu, berhenti memanggilku Yang Mulia.""Lalu?" "Panggil aku Shuang'er."Wang Tian Lin mengangguk pelan. "Baiklah Shuang'er. Lalu kapan pernikahan kita akan digelar?""Mungkin setalah kondisi Quzhou menjadi jauh lebih baik dan rakyat bisa hidup dengan tenang. Apa kau mau menunggu?" tanya Kaisar Xiang.Wang Tian Lin mengangguk sekali, "Tentu saja. Selain itu, aku juga harus memperkuat fondasi paviliun langit dan menanam akar di banyak tempat demi menunjang kemudahanmu di masa depan."Di dalam ruang rahasia, Qu Lingfeng dan Yang Guo tidak tahan untuk tidak tertawa sehingga Wang Tian Lin bisa mendengarnya walau suara tersebut terdengar begitu pelan."Ada yang menguping pembicaraan kita."Dia adalah Wang Tian Lin, penguasa Paviliun langit yang begitu misterius. Sejak kecil, dia sudah menelan begitu banyak informasi dan memecahkan ratusan sandi rahasia milik beberapa kekaisaran, membuatnya menjadi jauh lebih oeka dari k

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 225_ Teh atau Arak

    Di bawah kepemimpinan Kaisar Xiang, Quzhou mulai berkembang dan para rakyatnya tidak menderita seperti dulu. Tentu saja hal ini bukan karenana Kaisar Xiang seorang, tetapi karena kerja keras para pejabatnya yang menginginkan Quzhou menjadi wilayah makmur seperti dulu.Dalam kerja keras ini, Wang Tian Lin juga mengambil peran cukup besar. Karena hal itu juga, Kaisar Xiang mau menggelontorkan sedikit hartanya untuk membantu meringankan beban para bangsawan dan pedagang yang membeli gandum-gandum serta beras rakyatnya dengan harga tinggi dan menjualnya dengan harga yang sangat rendah.Hari itu, Kaisar Xiang mengundang Wang Tian Lin untuk mengunjungi tempatnya. Wang Tian Lin walaupun dia sibuk, tetapi dia tidak ada niatan untuk menolak sedikit pun. Dengan diantar oleh kasim pembawa pesan, Wang Tian Lin bisa masuk dengan mudah ke kediaman pribadi kaisar.Udara yang sangat dingin karena sebentar lagi puncak musim dingin datang membuat Wang Tian Lin sesekali menarik jubahnya untuk melindung

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 224_ Menengok Boushan 

    Sebuah kereta kuda membelah jalanan hutan dari Sekte Harimau Putih menuju ke timur, tempat dulunya Sekte Naga Suci berdiri. Xiu Zhangjian berangkat bersama Feng Yin dan Feng Xinyue serta satu orang anggota Aliansi Naga Suci sebagai kusir. Tirai kereta dibuka, tampak hutan yang dipenuhi pohon-pohon besar yang tinggi menjulang seolah mereka ingin menembus sang cakrawala biru. Setelah setengah hari menaiki kereta, akhirnya mereka sampai di Boushan. Xiu Zhangjian turun dari kereta, pemuda itu berdiri memunggungi kereta dengan mata terpejam dan kedua tangan yang terbuka. Menghirup napas dalam, Xiu Zhangjian mengembuskannya perlahan. 'Setelah sekian lama ... akhirnya aku kembali.'Feng Xinyue membantu ayahnya menuruni kereta sementara Xiu Zhangjian berjalan mendekati gundukan tanah yang dikelilingi batu-batu berukuran sebesar kepala manusia yang sudah ditumbuhi rumput liar hingga setinggi pinggang manusia dewasa.Tangan Xiu Zhangjian tidak tahan untuk tidak mencabut rumput yang tumbuh d

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 223_ Kuil Naga Suci 

    Satu per satu anggota Aliansi Naga Suci yang sudah pulih mulai kembali ke markas Sekte Harimau Putih. Di antara mereka, ada banyak yang kehilangan anggota tubuh seperti tangan, kaki, atau mata. Meskipun begitu, mereka tidak kehilangan semangat hidup dan harga diri mereka sebagai pendekar. Melihat Xiu Zhangjian sedang sibuk mengurusi pembangunan kuil, mereka tidak tinggal dan segera membantu sang ketua."Kalian sudah benar-benar sembuh?" tanya Xiu Zhangjian saat melihat beberapa orang mendatangi dengan membawa banyak peralatan."Jangan khawatirkan kami, Ketua. Walau kami tidak bisa bergerak secepat sebelumnya, tetapi semangat kami masih membara.""Benar, Ketua. Kami sudah sangat ingin menggerakan badan. Tolong jangan halangi kami."Xiu Zhangjian tersenyum tipis, "Baiklah jika seperti itu. Namun, jangan memaksakan diri. Jika kalian sudah tidak kuat, maka istirahatlah.""Baik, Ketua."Beberapa orang mulai mengambil posisi dan mengerjakan apa yang bise mereka kerjakan. Ada yang memecah b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status