Share

Bab 9_ Serangan Bola Api

"Ada apa, Tetua Feng?"

"Aku telah menyinggung utusan Aliansi Gongliao. Ketua Li, berikan daftar itu pada Zhangjian!"

"Baik, Tetua!" Li Min pun menyerahkan gulungan kertas dari lengan bajunya kepada Xiu Zhangjian. "Cepat kumpulkan mereka di sini!"

Xiu Zhangjian membuka gulungan kertas dari Li Min. Di dalamnya tertulis 10 nama anggota muda Sekte Harimau Putih. Ia pun berlari keluar dengan jantung berdebar kuat.

Sebenarnya Xiu Zhangjian masih belum mengerti apa yang terjadi. Namun, keadaan bahkan tidak memberi waktu padanya untuk sekadar bertanya. 

Beberapa saat kemudian, Xiu Zhangjian telah kembali ke dalam ruang pertemuan bersama 10 orang yang ada di dalam daftar. Kebingungan tampak jelas di wajah mereka semua. Akan tetapi, sama seperti Xiu Zhangjian, mereka juga tidak menanyakan apa pun dan hanya saling menatap. Melihat ekspresi wajah Li Min dan Feng Yin yang penuh kerut di dahi, cukup menunjukkan bahwa situasinya tidak sedang baik-baik saja.

"Tetua Ho, bawa mereka pergi sejauh mungkin. Jangan pernah kembali sampai ada surat perintah datang," tegas Feng Yin membuat orang-orang saling menoleh, beberapa di antaranya sampai menganga mulutnya.

"Baik, Tetua!" jawab Tetua Ho mantap tanpa bertanya. Ia pun mengajak 10 anggota muda sektenya untuk keluar dari markas.

"Tunggu!" pekik seorang gadis menghentikan rombongan yang hendak pergi. "Ayah, aku tidak akan pergi! Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi aku tidak akan meninggalkan Ayah."

"Xinyue ... pergilah," lirih Feng Yin sembari memejamkan mata. Xinyue merupakan satu di antara 10 anggota terpilih. Ia terus menggeleng dengan mata mulai berkaca-kaca.

Saat ketegangan antara ayah dan anak itu terjadi, seseorang menerobos masuk ke dalam ruang pertemuan, mengejutkan semua orang. Itu adalah lelaki yang sebelumnya ditugasi Feng Yin untuk menutup dan mengunci gerbang. Dengan wajah pucat ia berkata, "Te-tetua ... prajurit istana sudah sampai di depan gerbang."

"Apa? Kurang ajar! Mereka datang lebih cepat," ujar Feng Yin sembari menggerakkan giginya. "Tetua Ho, bawa mereka pergi dari sini!"

"Tidak! Aku tidak mau pergi!" Xinyue meraih tangan ayahnya. Ia menggenggamnya erat. "Ayah, aku mohon, biarkan aku tetap bersamamu."

Feng Yin mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rahangnya mengeras sebelum membentak, "Kalian, seret keluar gadis ini!"

Xiu Zhangjian menatap Xinyue yang terisak saat ditarik pergi dari ruangan itu. Ia hanya mengepalkan tangan tanpa bisa membantu sahabatnya. Sampai akhirnya manik keduanya bertemu. 'Zhangjian ... bantu aku.' Begitulah pesan dari tatapan yang diberikan Xinyue padanya.

Xiu Zhangjian tidak kuat melihat Xinyue demikian. Ia pun memalingkan wajah, menghindari tatapan Xinyue. "Maafkan aku. Aku bersumpah, mereka tidak akan lagi membuat seorang anak kehilangan ayahnya!" janjinya dalam hati.

Setelah rombongan Tetua Ho meninggalkan markas melalui pintu belakang, Li Min meminta semua orang untuk mengambil peralatan perang dan berkumpul di halaman utama. Sementara itu, ia dan para tetua langsung pergi ke halaman utama.

"Cepat buka!" Sebuah teriakan dari depan gerbang terdengar diikuti gedoran kasar.

Di dalam markas, para anggota Sekte Harimau Putih telah berbaris agak jauh dari gerbang. Di barisan depan terlihat Li Min dan para tetua, juga Xiu Zhangjian yang mengenggam erat pedangnya. Semuanya bersiap dengan kuda-kuda mantap.

"Dobrak gerbangnya!" 

Li Min mengangkat tangan kanannya ketika komando dari luar kembali terdengar, memberi isyarat agar para anggotanya bersiap. Sesaat kemudian bunyi benturan benda padat pada gerbang memekak beberapa kali. Semua mata anggota Sekte Harimau Putih langsung tertuju pada kunci gerbang yang mulai rusak.

"Serbu!" seru pemimpin pasukan kerajaan saat gerbang benar-benar terbuka. Detik itu juga para prajurit istana berlari melewati gerbang. Namun, mereka dikejutkan dengan serangan puluhan anak panah yang mendadak melesat ke arah mereka.

Rupa-rupanya, Sekte Harimau Putih memiliki pasukan khusus yang para anggotanya merupakan pemanah andal. Mereka bertengger di atas atap bangunan dan membidik para prajurit istana.

Tong Mu yang memimpin langsung pasukan istana sampai terbelalak kedua matanya melihat prajuritnya tumbang terlalu mudah. "Kurang ajar!" umpatnya. "Lemparkan bola api!"

Mendengar komando itu, para prajurit yang berdiri di samping tiga batu besar, langsung memercikkan api. Mereka membuat batu besar yang telah dilumuri bahan bakar itu berkobar. Batu tersebut berada di atas besi berbentuk sendok. 

Cara kerja alat itu seperti ketapel. Ketika pegas mulai bekerja, batu api melenting dan mendarat di dalam markas, membuat bangunan rusak. Ada pula batu api yang diarahkan ke pasukan lawan, membuat para anggota Sekte Harimau Putih kocar-kacir menghindar. Selagi ketapel raksasa itu digunakan, puluhan prajurit istana kembali memasuki markas.

Dengan sigap, para pemanah Sekte Harimau Putih melompat turun, memperkuat barisan pasukan pedang sambil terus memanah hingga habis. "Maju!" teriak Feng Yin sangat keras.

Perang pun pecah. Para anggota sekte terus mengayunkan pedang mereka, memberikan perlawanan tanpa henti. Dari segi jumlah, mereka jelas kalah telak. Pasukan dari istana banyaknya hingga tiga kali lipat dari jumlah mereka.

"Matilah, kalian!" pekik Xiu Zhangjian sambil melayangkan pedang ke para musuh di hadapannya. Dalam saat-saat menegangkan itu, benak Xiu Zhangjian dipenuhi oleh bayangan ketika desanya diserang dan dibakar habis. Juga ingatan tentang kepala ayahnya yang dipertontonkan di depan para penduduk, mencuat satu per satu dalam benaknya. 

Xiu Zhangjian menggertakkan giginya. Sesekali ia berteriak meluapkan amarah selagi pedangnya terayun lebih kuat. Ia menusuk perut, memotong leher, bahkan juga membelah tubuh musuh tanpa belas kasihan.

Beberapa lama perang itu berlangsung, sebuah teriakan mengatasi bunyi bising pedang yang beradu, "Berhenti!" Namun, tampaknya semua orang sedang fokus pada pertempuran sehingga tidak ada yang mengindahkan perintah itu. "Berhenti atau tetua kalian akan mati?"

Ancaman itu menyadarkan para anggota Sekte Harimau Putih. Mereka menghentikan perlawanan saat melihat Feng Yin berada dalam penguasaan musuh. Tong Mu menekan pedangnya yang menempel di leher Feng Yin, membuat darah segar mulai keluar. "Buang senjata kalian atau leher lelaki tua ini akan putus!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status