Share

Pendekar Pedang Tanpa Tanding
Pendekar Pedang Tanpa Tanding
Penulis: Iro Magenta

1. Perisai Bulu Emas

Dalam malam yang pekat dan diselimuti kabut, terdapat segerombolan orang berpakaian serba hitam. Wajah dan kepala mereka tertutup, hanya menyisakan mata yang tampak tajam mengintai dan siap untuk melakukan penyerangan ke desa di bawah bukit tempat mereka sekarang berdiri.

Tampak pemimpin dari gerombolan tersebut memberikan isyarat dengan mengangkat tangan kirinya dan menggerak-gerakkan jari telunjuknya ke arah desa tempat Sekte Teratai Putih berada. Dengan sigap semua pasukan bergerak melompat dari pohon ke pohon menuju desa tersebut. Mereka berubah menjadi serigala yang sangat besar. 

"Suara apa itu?" Dari dalam rumah, Patriark Yong Yuwen yang merupakan pendiri Sekte Teratai Putih, terbangun dari tidurnya karena mendengar ada pergerakan dari arah bukit. Ia pun bersicepat membangunkan istrinya dan memintanya untuk membawa anak mereka bergegas masuk ke ruangan bawah tanah.

Dengan tatapan nanar istrinya mengangguk. Ia tahu benar bahwa perintah untuk bersembunyi ke ruang bawah tanah hanya diberikan jika situasinya sangat berbahaya. Namun, perempuan itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia langsung menggendong anaknya yang masih tertidur pulas di punggungnya.

Melihat istri dan anaknya sudah masuk ke ruang bawah tanah, Patriark Yong Yuwen memberikan isyarat kepada semua anggota Sekte Teratai Putih dengan kekuatan telepati yang dimilikinya. Ia memukulkan gagang pedangnya ke tiang penyangga rumah. Getarannya menjadi tanda untuk seluruh warga desa bahwa ada bahaya yang mengintai keselamatan mereka.

Desa Jinchang memang terkenal sebagai markas para pendekar pedang. Semua penduduk merupakan anggota Sekte Teratai Putih. Setidaknya mereka menguasai sejumlah ilmu pedang yang tertulis dalam Kitab Api Bertuah, yakni sebuah kitab keramat yang bisa membuat seseorang menjadi pendekar pedang tiada tandingan.

Dalam sekejap, isyarat yang dikirimkan Patriark Yong Yuwen telah menyebar ke seluruh rumah warga Jinchang. Kini para warga bergegas bangun dan mengambil pedang masing-masing. Sebagaimana yang dilakukan oleh Patriark Yong Yuwen, mereka pun menyuruh anak dan istri mereka pergi ke ruang bawah tanah masing-masing untuk berlindung.

"Aau ...."

"Aau ...."

Suara lolongan serigala yang bersahut-sahutan dari arah bukit, membuat malam yang pekat menjadi semakin mencekam. Para warga Jinchang pun meningkatkan kewaspadaan.

Angin kencang berkali-kali berhembus. Lompatan kaki dari makhluk yang sangat besar juga terdengar dari arah bukit menuju ke desa secara berbondong-bondong hingga menggoyangkan pepohonan. 

Suara-suara aneh yang mencurigakan itu semakin lama semakin mendekat. Para warga yang masih berada di dalam rumah pun bungkam, tidak berani bicara, apa lagi menyalakan obor rumah mereka. Mereka hanya melakukan pergerakan perlahan menuju pintu rumah saja.

"Argh ... " lenguh panjang serigala kesakitan. Bugh! Tak lama berselang, serigala itu pun terjatuh dari atas pohon dengan sangat keras. 

Ternyata secepat kilat Patriark Yong Yuwen sudah melakukan penyerangan terhadap salah satu manusia serigala. Dengan jurus teleportasi yang dimilik, sekejap saja Patriark Yong Yuwen mampu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa terlihat. Bahkan kecepatannya lebih cepat dari kedipan mata. Patriark Yong Yuwen telah menebaskan pedangnya tepat di leher manusia serigala. 

Mengetahui hal itu, manusia serigala lainnya pun terkejut dan menghentikan pergerakan. Mereka menyadari adanya serangan yang dilakukan secara diam-diam.

"Aau ...." 

Pemimpin manusia serigala melolong. Hal itu seolah menjadi tanda kewaspadaan atas sosok yang menyelinap di antara mereka, yang membuat satu anak buahnya tewas terkapar. Pemimpin rombongan manusia serigala lantas menggunakan salah satu jurus andalannya, yakni jurus Perisai Bulu Emas, yang juga diikuti oleh anak buahnya. Dengan jurus tersebut, bulu mereka bisa memanjang hingga menyelimuti tubuh dengan warna kuning keemasan. Kini, tubuh para manusia serigala terlihat menyala di tengah kegelapan.  

"Aku harus waspada," batin Patriark Yong Yuwen melihat perubahan yang terjadi pada bulu manusia serigala. Secepat kilat ia segera melakukan penyerangan. Patriark Yong Yuwen berusaha menebaskan kembali pedangnya ke salah satu manusia serigala. Akan tetapi, ia dibuat kaget lantaran pedangnya sama sekali tidak mampu memotong sehelai bulu lawan. 

Patriark Yong Yuwen mencobanya lagi dan lagi, tetapi hasilnya tetap nihil. Tidak ada satu pun di antara manusia serigala itu yang terluka. 

Meskipun demikian, tidak lantas membuat rombongan manusia serigala memenangkan pertarungan begitu saja. Mereka bahkan kesulitan untuk bisa menyerang Patriark Yong Yuwen yang bergerak sangat cepat. 

Berkali-kali manusia serigala mencoba melawan dengan cakarnya yang tajam. Mereka juga melemparkan jarum-jarum emas yang terbentuk dari bulu emas mereka. Namun, tetap saja Patriark Yong Yuwen bisa leluasa bergerak ke sana ke mari untuk menghindar sembari menangkis serangan dengan pedangnya.

"Kurang ajar!" umpat pemimpin manusia serigala. Butuh waktu cukup lama baginya untuk bisa memberikan serangan yang tepat pada Patriark Yong Yuwen. Sampai akhirnya ia memilih untuk fokus menghentikan pergerakan Patriark Yong Yuwen lebih dulu. Pemimpin manusia serigala menggunakan terkaman dan cengkeraman cakarnya yang kuat dan tajam.

Begitu mendengar adanya keributan di atas bukit, satu per satu orang-orang di Desa Jinchang bergegas menuju tempat Patriark Yong Yuwen bertarung melawan manusia serigala. Lantas, dengan cepat mereka pun turut melawan kawanan manusia serigala yang hendak menyerang desa mereka.

Mengetahui ketua sekaligus guru mereka sudah berada dalam bahaya, para warga pun langsung menyerang manusia serigala itu secara bertubi-tubi. Akan tetapi, tentu saja serangan mereka itu percuma belaka. Mereka sama sekali tidak dapat melukai manusia serigala atau sekadar melepaskan cengkeraman dari Patriark Yong Yuwen. 

Berkali-kali Patriark Yong Yuwen mencoba menggunakan jurus teleportasinya supaya bisa berpindah ke tempat lain dan terbebas dari belenggu musuh. Namun, selalu gagal.

"Tidak ada cara lain!" ucap Patriark Yong Yuwen. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Affad DaffaMage
Perisai kebal kah yang digunakan musuh?
goodnovel comment avatar
Bisnis Internet Marketing
Masih memantau...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status