Dua pasang mata saling menatap tajam. Tidak ada suara yang terlontar dari keduanya. Masing-masing bergelayut dengan pikiran sendiri, merangkai kata untuk menjadi kalimat yang pas untuk diucapkan.
"Yang Mulia, apa sekiranya yang bisa aku lakukan untuk Yang Mulia?" kata Wang Weo lebih dulu menghentikan keheningan yang terjadi. Dari wajahnya terlihat sebuah senyum, tetapi ada sedikit kerutan di dahinya. Sorot matanya yang tenang tampak menyembunyikan setitik kecemasan akan sesuatu.
"Katakan padaku, kenapa kau memberikan bunga Persik Surga padaku?" tanya Long Feng tanpa senyum. Wajahnya begitu dingin dengan aura yang mencekam. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Wang Weo darinya.
Kalau diingat-ingat, dirinya mulai jatuh sakit setelah menghirup langsung bunga yang dihadiahkan Wang Weo padanya. Meski tabib istana mengatakan bahwa dirinya hanya kelelahan, rasanya itu terlalu berlebihan.
Sebelumnya, sebagai seorang panglima kerajaan, Long Feng ha
Zhouyang Hong meletakkan sebuah karung di atas meja. "Ambil dan tanam! Terserah padamu bagaimana caranya!" ucapnya tanpa mengatakan apa-apa lagi. Lelaki tua itu langsung beranjak keluar rumah tanpa menghiraukan suara Genjo Li yang terus memanggilnya."Apa ini?" Genjo Li memandangi karung di depannya. Wajahnya tampak kesal karena Zhouyang Hong tidak mengatakan dengan jelas apa tugas kedua untuknya.Genjo Li mengeluarkan pedangnya dari dalam sarung. Ia kemudian memotong sedikit salah satu bagian ujung karung. "Benih padi? Untuk apa Tuan Zhouyang memberiku benih padi? Tunggu, apa ini berarti syarat keduanya adalah menanam benih padi?" gumamnya menebak-nebak.Dahi Genjo Li mulai mengernyit. Ia yakin bahwa tadi Zhouyang Hong mengatakan padanya untuk mengambil dan menanam sesuatu di dalam karung itu. 'Apa lelaki tua itu sedang ingin mengajari seorang pendekar menjadi petani?' benaknya tidak habis pikir. Akan lebih masuk akal jika Zhouyang Hong memintanya untuk berlati
Ruangan itu menjadi begitu hening tanpa suara. Padahal di dalamnya masih ada orang-orang yang sama. Semuanya tampak kaget dengan aksi Liu Xingshen yang seolah sengaja 'menirukan' apa yang pernah dilakukan Long Feng sebelum sakit, tanpa ada ragu sedikitpun."Tu-tuan Liu, apa yang Tuan lakukan?" tanya Fangyuan lirih mewakili Long Feng dan Wang Weo.Liu Xingshen melepaskan bunga dari pegangannya, lalu tersenyum pada semua orang. Ia berjalan santai mendekati Long Feng. "Maafkan aku karena tidak langsung menjawab pertanyaan Yang Mulia dan malah membuat Yang Mulia menunggu lama. Aku hanya ingin menunjukkan pada Kaisar Long bahwa bunga Rubah Ungu sama sekali tidak beracun."Long Feng tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Kedua matanya terbelalak atas pernyataan Liu Xingshen. Beberapa detik lalu ia sangat yakin kalau ahli botani itu akan memberikan kesaksian yang memberatkan Wang Weo. Namun sekarang, Liu Xingshen justru mematahkan semua kecurigaannya.Long F
Genjo Li membungkuk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Napasnya terengah-engah dengan pandangan yang mulai kabur. Dalam kondisi menyedihkan itu Genjo Li bisa mendengar suara keroncongan dari perutnya.Benar, Genjo Li memang belum makan sejak tiba di Wufong. Entah Zhouyang Hong yang terlalu tak acuh atau terlalu pelit, Genjo Li bahkan seperti tidak punya waktu untuk lapar."Bagaimana? Apa kau akan mati sekarang?" teriak Zhouyang Hong dari bawah pohon. Padahal tidak demikian yang ada dalam benaknya. Sejujurnya ada kecemasan dalam hati Zhouyang Hong terhadap calon muridnya. Namun, pendekar sejati harus mampu mengendalikan kecemasan, kapan harus ditunjukkan dan disimpan!Genjo Li mencengkeram kedua lututnya. Rahangnya pun mengeras. Pemuda itu menegakkan tubuhnya dan melihat ke arah Zhouyang Hong. "Tidak semudah itu, Tuan!"Dalam kondisi amarah yang sedikit terpancing, mendadak kedua mata Genjo Li membulat, lalu disusul dengan sebuh senyum. "Aku tahu apa
Pria bertopi berdiri dengan santai di atas sebatang pohon. Ia tersenyum melihat pertarungan di bawahnya. "Kita lihat, seberapa kuat mereka!" desisnya.Pertarungan antara para pengawal Wang Weo melawan penyusup jelas tak seimbang. Dilihat dari jumlah saja, penyusup jauh lebih banyak. Selain itu, mereka tidak hanya membawa pedang, para penyusup itu bisa dibilang merupakan pasukan pemanah andal.Satu demi satu pengawal Wang Weo yang masih tersisa tumbang juga. Mereka pada akhirnya mengakui keunggulan lawan setelah kaki, lengan, tubuh, bahkan juga kepala mereka tertusuk panah. Tanpa terkecuali si pemimpin pengawal yang tewas terlentang dengan anak panah tertancap di tengah-tengah alisnya.Di dalam kereta, Wang Weo masih duduk bermenung, memikirkan siapa sebenarnya orang yang ingin menyingkirkannya. 'Apa ini semua ulah lelaki sekarat itu?'"Keluar! Cepat keluar!" bentak seseorang dari luar kereta diikuti suara pukulan pada pintu kereta.Walaupun s
"Apa kau tidak pernah makan?""Apa?!" tanya Genjo Li setengah berteriak. Ia sangat yakin kalau kelelahan mulai membuat pendengaran bermasalah. Oleh karena itu, bukannya menjawab pertanyaan aneh Zhouyang Hong, ia justru bertanya dengan suara seperti membentak. Sebetulnya, ia jelas tidak berniat demikian. Ia hanya ... tersentak kaget. Genjo Li lalu membungkuk dan berkata, "Maafkan aku, Tuan.""Aku lapar. Ayo pulang dan makan dulu!" Zhouyang Hong berjalan meninggalkan sawah.Genjo Li masih terpaku di tempatnya. Dari semua kemungkinan 'salah dengar' mengapa ia mendengar Zhouyang Hong mengatakan hal yang biasa dikatakan oleh para kaum dermawan? 'Ah, sepertinya aku terlalu lapar hingga mulai berhalusinasi. Tidak mungkin Tuan Zhouyang bermurah hati membagi makanannya padaku. Minum saja aku tidak boleh,' batin Genjo Li tidak mau kecewa karena terlalu berharap bisa makan gratis.Setelah memikirkan hal itu, Genjo Li pun memutuskan untuk kembali membajak tanah. Seti
“Apa kabar, Menteri Wang? Aku harap, aku tidak datang terlambat.”Wang Weo bergeming beberapa saat melihat lelaki yang terus menghunuskan pedang ke para penyusup yang menyerangnya. Segala pertanyaan yang sejak tadi menganggu benaknya bahkan belum terpecahkan. Kini lelaki yang masih menjadi misteri baginya telah muncul dan ‘menolongnya’. Lagi?Tepat sekali, lelaki yang telah menyelamatkan Wang Weo kali ini tidak lain adalah Liu Xingshen, si ahli botani. Terang saja jika Wang Weo menjadi sangat terkejut. Pengakuan Liu Xingshen sebagai ahli tanaman menyoal bunga Rubah Ungu di istana saja sudah cukup mengagetkan menteri pertahanan itu. Sekarang, lelaki itu juga datang untuk membantunya, bahkan menyelamatkannya dari serangan anak panah.“Tenang, Menteri Wang. Kita berada dalam satu kubu,” ucap Liu Xingshen tiba-tiba seperti mampu membaca pikiran Wang Weo.Meski Wang Weo masih belum begitu mengerti, pada akhirnya ia memutuska
Tidak ada yang bisa Genjo Li lakukan selain memejamkan mata beberapa saat atas reaksi yang diberikan Zhouyang Hong. Memangnya seberapa besar kesalahan yang ia lakukan sampai lelaki tua itu mengumpat padanya? Sejujurnya Genjo Li bahkan tidak tahu perkataannya yang mana yang salah!“Memangnya kau pikir kau itu siapa? Apa aku harus mempersilakanmu dengan ramah dan lembut untuk setiap hal? Aku bahkan tidak bersikap begitu kepada para pejabat!”“Ma-maaf, Tuan.”“Bodoh! Apa selain tidur kau hanya bisa minta maaf?!” bentak Zhouyang Hong dengan kedua mata nyaris keluar. Masih dengan nada yang sama ia kemudian berteriak, “Makan!”Genjo Li tidak tahu apakah kakek di hadapannya itu sebelumnya pernah kehilangan kewarasan atau tidak sehingga menjadi begitu ‘berbeda’. Ia mencoba mengabaikan kebingungannya dan mulai makan saja. Sampai kapan pun pikirannya tidak akan mampu mencerna segala tingkah aneh calon guru
Zhouyang Hong beranjak dari duduknya. Ia berjalan meninggalkan ruangan itu dengan wajah dingin tanpa menjawab pertanyaan Genjo Li. Sesampainya di ambang pintu lelaki tua itu berhenti. Tanpa menoleh ia berkata, “Pergi dan selesaikan tugas keduamu. Jangan lupa bereskan perabot makan itu.” Zhouyang Hong mengambil jeda. Lalu ia tersenyum dan menoleh. “Tanganku sudah gatal ingin memukul murid malas.” Genjo Li masih diam di tempatnya hingga Zhouyang Hong berlalu. Ia berusaha mencerna segala perkataan Zhouyang Hong. Ia bisa mendengar dengan jelas kalau lelaki tua yang sangat kasar itu berbicara seolah memberi pertanda baik pada Genjo Li. Bukankah Zhouyang Hong selalu menyebut Genjo Li sebagai ‘pemalas’? Apa yang dipikirkan Zhouyang Hong sangat sulit untuk ditebak. Awalnya lelaki itu bersikap seperti mempersulit Genjo Li agar berhenti meminta diangkat menjadi murid. Namun, kemudian apa yang dilakukan Zhouyang Hong seolah menunjukkan kalau lelaki itu ‘mempermudah’ Genjo