Setelah pemakaman Long Feng selesai, seluruh penghuni istana dan juga rakyat Haidong melakukan perkabungan. Namun, dalam perkabungan itu pengadilan terkait pembunuh sang kaisar tetap harus dilaksanakan.
“Aku memang memberikan biji itu pada Kaisar Long Feng. Namun, itu aku lakukan atas permintaan dari Yang Mulia. Aku sama sekali tidak berinisiatif untuk memberikannya karena semalaman aku berjaga di depan sel tahanan Tabib Wu untuk membuktikan bahwa biji itu tidak berbahaya. Tabib Wu-lah saksinya.”
“Apakah itu benar Tabib Wu?” tanya Menteri Peradilan yang memimpin langsung jalannya sidang.
“Benar hakim, saat itu aku berada di tempat kejadian. Kasim Qiang memberikan biji itu setelah Kaisar Long memintanya,” jawab Tabib Wu membuat sang kasim yang sedari tadi menatapnya merasa lega.
“Apakah benar Tabib Wu juga meminum biji itu?”
“Benar.”
“Lalu, apa yang Tabib Wu rasakan sekarang?”
“Aku merasa baik, bahkan sangat baik. Aku meminum bi
VOTE please. Terima kasih.
“Ampun Hakim yang terhormat, aku sungguh tidak bermaksud melakukannya. Jika aku tahu itu adalah biji Saga Bulan, aku pasti tidak akan memberikannya pada Yang Mulia. Aku akui aku memang bersalah karena telah lalai dan tidak memperhatikan biji itu terlebih dahulu sebelum memberikannya pada Kaisar Long. Tapi sekali lagi aku tegaskan, bukan aku pelakunya. Pelaku sebenarnya adalah orang yang mengganti biji Kacang Dewa dengan Saga Bulan,” ucap Kasim Qiang dengan tubuh bergetar dan napas tersengal. Kasim Qiang tidak tahu siapa yang menjadi dalang pembunuhan Long Feng. Yang lelaki itu inginkan adalah terkuaknya pelaku sebenarnya. Oleh sebab itu, ia hanya mengatakan yang sebetulnya terjadi. Kasim Qiang tentu tidak ingin menjadi kambing hitam. “Benar, Hakim. Kasim Qiang tidak mungkin melakukannya. Aku melihat sendiri bagaimana Kasim Qiang berusaha untuk selalu menjaga kesehatan Kaisar Long.” Kasim Qiang melihat Tabib Wu yang memberikan pernyataan baik tentang dir
"Bukankah dia terlalu muda untuk menjadi pemimpin pasukan yang menyerang Menteri Wang?" "Lalu apa keterlibatannya dalam kematian Kaisar Long?" Dalam keributan ruang persidangan, tiba-tiba seorang lelaki berambut perak mengatakan, "Sebentar, sepertinya aku pernah melihatnya bersama Yang Mulia di luar istana. Ah ... ya, ya, aku ingat! Itu adalah salah satu pengawal kesayangan Kaisar Long." "Benarkah? Mengapa aku belum pernah melihatnya di istana sebelumnya?" "Dia pengawal rahasia Kaisar Long," ucap lelaki itu dengan kebanggaan tersendiri karena mengetahui hal yang menjadi rahasia sang kaisar. Hal itu menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan yang lebih dekat dengan orang paling dihormati di Haidong. "Tuan Liu, jelaskan siapa orang yang menyebabkan kekacauan di persidangan ini?" sergap sang hakim menyumpal dugaan-dugaan yang terlontar dari para pejabat. "Dia adalah Zhang Bingjie, pengawal rahasia Kaisar Long. Hari sebelum Kaisar Long tewas,
“Benar, Hakim yang terhormat.” Kasim Qiang menggeleng tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Namun, ia berusaha keras untuk mengendalikan diri mengingat peringatan sang hakim yang akan mengusirnya keluar kalau tidak mampu menjaga sikap. Dengan suara disabar-sabarkan, Kasim Qiang bertanya, “Hakim yang terhormat, jika apa yang dikatakan Zhang Bingjie benar, kapan dia memberikan Saga Bulan padaku? Juga kapan aku menukar Kacang Dewa dengan biji itu, padahal semalaman aku mengawasi Tabib Wu di penjara?” Zhang Bingjie tampak bingung atas pertanyaan Kasim Qiang. Kedua bola matanya bergerak ke kanan ke kiri sebelum akhirnya lelaki itu menundukkan kepala. “Soal itu ....” “Hahaha, pasti kau tidak bisa menjawabnya bukan?” Kasim Qiang membungkukkan badan pada hakim, lalu berkata, “Hakim yang terhormat, Zhang Bingjie tentu tidak bisa menjelaskan semuanya karena apa yang dia katakan bukanlah hal yang sebenarnya. Dia telah memberikan kesaksian palsu
“Hakim yang terhormat, ada seorang saksi yang akan membawa bukti kejahatan Kasim Qiang.” “Tuan Liu, kau tidak perlu repot menghadirkan saksi lagi. Kami hanya butuh bukti untuk percaya bahwa ucapanmu memang benar.” Kasim Qiang menarik sudut bibir kanannya. Dalam batinnya berkata, ‘Tidak semudah itu menyingkirkanku!’ “Tuan Liu, silakan!” Seorang perempuan berjalan memasuki ruang persidangan. Ia membawa sebuah buntelan berwarna hijau. Kepalanya tertunduk rendah tak kuat melihat orang-orang di tempat tersebut. “Yuanli ....” Hati Kasim Qiang bergetar melihat perempuan yang sangat ia kenal itu. “Itu ... pelayan Kaisar Long ‘kan? “Dia adalah Yuanli, pelayan di kediaman Kaisar Long,” kata Liu Xingshen mengenalkan perempuan itu secara singkat. Lalu ia melanjutkan, “Nona Yuanli, katakan semua yang kau ketahui dan tunjukkan bukti yang kau bawa.” Yuanli yang telah duduk di lantai mengangguk. Lantas ia meletakkan buntelan yang ia bawa. Saat
Suara gemericik teh yang dituang pada cangkir menjadi lebih jelas dalam kesenyapan. Padahal ada enam orang yang duduk melingkar di ruangan itu. Kesemuanya dengan kompak menahan diri untuk bicara.Setelah semua cangkir terisi, salah seorang di antara mereka mengangkat cangkir lebih dulu, lekas diikuti oleh yang lainnya. Kini mereka menyesap teh bersama-sama. Tampak ketenangan di wajah mereka atas aroma khas teh yang mengudara bersama kepulan asap.“Jadi, inikah kejutan yang Tuan Liu maksud tempo hari?”“Menteri Wang memang bijak.”“Hahaha, kalau begitu tunggu apalagi? Ketua Wang, ayo keluarkan semua anggurmu!” seru Ju Shen tanpa basa-basi, membuat Wang Weo mengangguk mantap dan memberi isyarat kepada para pelayan untuk mengambilkan anggurnya yang berharga.Sekejap saja ruangan yang semula hening itu menjadi ramai dan hangat. Gelak tawa terdengar di sela-sela pujian yang diberikan para anggota Aliansi J
Seorang lelaki dengan mahkota keemasan tampak begitu gagah duduk di singgah sananya. Ia tersenyum lebar menatap barisan orang-orang yang memberi hormat padanya.“Semoga Kaisar Wang panjang umur hingga seribu tahun lagi!”Benar, Wang Weo telah dinobatkan sebagai kaisar baru menggantikan Long Feng. Dengan pencapaiannya hari ini, menjadi langkah awal bagi aliansinya untuk menguasai Haidong sebagaimana tujuan mereka sejak awal. Tanpa terkecuali mengendalikan semua sekte yang ada di wilayah itu.‘Akhirnya, hari ini tiba juga,’ batin Wang Weo dengan senyum puas. ‘Mari kita lihat, bagaimana kekuasaan ini bisa membuat Jing Quo mendapatkan segalanya!’***“Kau telah berhasil!” ucap seorang lelaki memandangi hamparan tanah yang semula kering menjadi hijau ditumbuhi padi. Sawah itu tampak begitu mencolok di antara lahan lainnya yang tampak kering dan tandus.“Tuan Zhouyang ... terima kasih ban
“Kau sudah menyalin Kitab Naga Bertuah. Jika otakmu bekerja sedikit saja, tentu ada bagian dari kitab itu yang kau ingat."Genjo Li menatap Zhouyang Hong dengan pelipis berkedut. 'Tidak bisakah Guru bertanya dengan bahasa yang lebih manusiawi?'"Kau hanya perlu menjawab tanpa harus mengomentari cara berbicaraku," tegur Zhouyang Hong seolah mampu membaca pikiran Genjo Li."Oh ... em ... apa Guru baru saja membaca pikiranku?" Genjo Li tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Tubuhnya bahkan refleks mendekat pada Zhouyang Hong yang duduk di hadapannya.Zhouyang Hong meletakkan telunjuknya di dahi Genjo Li, lalu mendorongnya hingga pemuda itu nyaris berjungkal ke belakang. "Tidak perlu jurus apa pun untuk bisa mengerti apa yang kau pikirkan. Wajahmu sudah menunjukan segalanya.""Hehe, begitukah? Maafkan aku, Guru!" Genjo Li membungkuk seperti biasa."Hah ... kau bisa membuatku mati karena bosan mendengarmu meminta maaf." Zhouyang Hong mengus
Bruk!Sebuah cabang pohon tumbang setelah Genjo Li mengayunkan pedangnya. Dengan cepat pemuda itu memotong ranting-ranting dahan hingga menyisakan cabang dengan ukuran sebesar lingkar lengan orang dewasa.Benar, pada akhirnya Genjo Li memutuskan untuk menggunakan kayu dengan ukuran sedang. Jika dipikir-pikir besar atau kecil kayu yang digunakan untuk memecahkan batu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. ‘Dengan ini aku akan mematahkan bebatuan yang ukurannya lebih kecil dulu,’ batinnya dengan senyum lebar. Genjo Li pun kembali ke sungai dengan penuh percaya diri.Saat tiba di sungai, Genjo Li melihat Zhouyang Hong sedang menangkap ikan menggunakan batang kayu yang runcing di bagian ujungnya. Dengan alat menyerupai tombak sederhana itu, sang guru bisa mendapatkan banyak ikan dalam waktu sekejap saja.“Guru, apa yang Guru lakukan?”“Apa kau buta?!” jawab Zhouyang Hong tanpa menoleh.“H