Share

4. Panglima Long Feng

Author: Iro Magenta
last update Last Updated: 2021-08-30 16:02:48

Semua pasang mata yang ada di ruang pertemuan menatap tajam ke arah orang asing yang sepertinya berasal dari golongan bangsawan itu. Lelaki tersebut memiliki perawakan yang tinggi dan tegap dengan pakaian khas orang kerajaan yang didominasi warna emas. Dari caranya masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk atau membuka pintu, mendadak muncul begitu saja tanpa ada satu pun orang yang tahu dari mana, jelas menunjukkan bahwa ia bukan orang sembarangan.

"Siapa kau berani masuk ke sini tanpa izin?" bentak Dong Wei sambil berdiri.

"Tenang. Aku datang membawa kabar baik untuk kalian," jawab orang asing itu sambil berjalan santai ke arah sebuah kursi. 

Tanpa ragu lelaki itu langsung duduk sebelum dipersilakan. Tidak ada gurat takut sedikit pun di wajahnya. Bahkan ia terkesan sedang menantang orang-orang yang ada di dalam ruangan dengan memandang mereka satu per satu.

Tak ayal tingkah lelaki asing yang begitu congkak dan tidak tahu sopan santun itu membuat tangan orang-orang Aliansi Jing Quo gatal ingin menyerangnya. Mereka memberikan tatapan yang sangat tajam, nyaris tanpa berkedip.

"Aku tidak tahan lagi!" ucap salah seorang ketua sekte yang secara tiba-tiba melakukan penyerangan. Ia melemparkan rantai yang ujungnya terdapat golok besar yang tampak sangat tajam. Secepat kilat golok itu menyasar tamu asing yang tidak diundang. 

Brak!

Sebuah kursi kayu remuk menjadi patahan-patahan kecil yang berhamburan. Benar, golok yang dilempar Ju Shen bukannya menghujam tubuh orang yang diincar, melainkan hanya menghancurkan kursi yang sebelumnya diduduki oleh orang asing itu.

Semua orang cukup terkejut dengan aksi tamu asing yang mampu menghindar meski serangan Ju Shen begitu cepat. Mata mereka pun kemudian mencari di mana tamu asing itu berada. Seketika itu pula keterkejutan para anggota Aliansi Jing Quo mencapai batas tertinggi lantaran melihat si tamu asing sudah mengalungkan pedangnya ke leher Ju Shen.

Ju Shen mati kutu! Ia tidak berani bergerak karena tahu benar kalau pedang yang menempel di lehernya sangat tajam.

"Orang ini! Siapa dia? Kenapa serangannya sangat tidak terduga seperti ..." ucap Wang Weo dalam hati. 

"Tenanglah, aku tidak akan mengganggu pertemuan kalian. Sebaliknya, aku datang sebagai sekutu," ucap orang asing itu sambil menarik pedangnya tanpa menggores leher Ju Shen. Membuat ketua dari Sekte Golok Beracun yang tadi berwajah pucat seperti melihat malaikat maut, kini bisa bernapas lagi. Ju Shen pun berdeham untuk melegakan tenggorokannya yang tadi terancam akan putus.

"Aku adalah Panglima Long Feng. Orang yang memimpin pasukan Kerajaan Haidong." 

Mendengar perkenalan singkat dari tamu asing itu, orang-orang Aliansi Jing Quo menoleh ke kiri dan ke kanan, saling memandang dengan tatapan tidak percaya. Mereka juga saling berbisik, meragukan kebenaran dari ucapan Long Feng. 

Pikir mereka, jika memang Long Feng adalah panglima kerajaan, tentulah ia datang membawa banyak pasukan untuk menangkap semua orang yang hadir dalam pertemuan rahasia para petinggi sekte aliran hitam itu. Bukan malah datang menawarkan bantuan. Selain itu, yang mereka tahu, panglima kerajaan bernama Lin Dan. Bukan Long Feng!

"Mungkin kalian belum mengenalku. Aku baru saja diangkat sebagai panglima di Kerajaan Haidong, menggantikan Panglima Lin Dan. Sebenarnya sikap kalian ini sedikit menyinggungku. Tapi tidak masalah. Aku telah mengampuni wawasan kalian yang payah."

"Kurang ajar!" pekik Liu Yang, ketua Sekte Bambu Hitam, sambil berdiri. Darahnya mendidih melihat tingkah Long Feng yang semakin di atas angin.

"Tsut! Aku tahu siapa kalian semua. Terutama kau Wang Weo, orang yang sangat berambisi memiliki Kitab Naga Bertuah agar menjadi pendekar pedang tanpa tanding!" imbuhnya sambil menatap tajam ke arah Wang Weo.

Wang Weo tetap diam dengan ekspresi wajah yang cenderung konstan. Tidak seperti ketua dari sekte lain, Wang Weo memang tidak begitu reaktif dengan kelakuan Long Feng. Ia hanya diam membiarkan Long Feng menuntaskan maksudnya.

"Asal kalian tahu, hanya aku yang bisa membantu kalian memusnahkan Sekte Teratai Putih. Kenapa? Karena aku adalah pendekar dari Sekte Teratai Putih!" ujar Long Feng yang menepuk dadanya berulang-ulang.

Semua pasang mata yang sebelumnya mengintai tajam gerak-gerik Long Feng, kini tampak terbelalak. Bahkan ada anggota aliansi yang matanya nyaris keluar karena kaget.

"Mengapa kami harus percaya pada bualanmu?" tanya Dong Wei menelisik. 

Semuanya menjadi semakin tidak masuk akal. Pertama, Long Feng mengaku sebagai panglima kerajaan. Kedua, orang angkuh itu mengaku sebagai bagian dari Sekte Teratai Putih. Logikanya, Long Feng memiliki alasan sempurna untuk menyerang Aliansi Jing Quo. Akan tetapi, lelaki itu justru datang sebagai sekutu.

Long Feng tersenyum miring. Ia tidak menjelaskan apa-apa. Namun, Long Feng menunjukkan jati dirinya dengan menggunakan jurus teleportasi. 

Long Feng berhasil membuat orang-orang melirik bahkan menoleh ke kanan dan ke kiri demi melihat perpindahan posisi dari lelaki itu, yang dilakukan tanpa menempuh jarak yang ada. Long Feng berpindah-pindah dengan sangat cepat. Awalnya berpindah ke belakang Wang Weo, lalu tiba-tiba berada di samping pintu. Lantas berpindah lagi hingga beberapa kali. Terakhir, Long Feng berdiri di atas meja pertemuan.

"Bagaimana? Masih tidak percaya?" seru Long Feng yang berkacak pinggang di tengah-tengah para anggota aliansi.

Sudah tentu jika aksi Long Feng berhasil membuat orang-orang tertegun, bahkan hingga ternganga mulutnya. Semua orang tahu, jurus teleportasi hanya dimiliki oleh pendekar yang menjadi anggota Sekte Teratai Putih. Tidak ada alasan lagi bagi anggota Aliansi Jing Quo untuk tidak percaya pada lelaki yang kini melompat turun dari atas meja.

Plok! Plok! Plok!

Wang Weo bertepuk tangan sambil berdiri dari tempat duduknya. Ia yang sejak kemunculan Long Feng telah menduga kalau lelaki itu berasal dari Sekte Teratai Putih, sekarang tersenyum lebar. Wang Weo melihat peluang emas untuk mendapatkan informasi yang bisa digunakan untuk mengalahkan Sekte Teratai Putih.

"Saya ketua dari Aliansi Jing Quo memberi hormat pada Panglima Long Feng," kata Wang Weo sambil membungkukkan badan. 

Hal itu jelas membuat para anggotanya mengerutkan kening. Sebagai ketua, tentu saja Wang Weo menjadi panutan. Tapi para ketua dari sekte aliran hitam itu tidak sudi merendahkan diri dengan memberi hormat pada Long Feng yang sejak awal sudah memancing amarah mereka.

"Apa yang kalian lakukan? Ayo berikan hormat pada Panglima Long Feng!" seru Wang Weo menunjukkan tatapan mengintimidasi. Maka, dengan terpaksa para anggota Aliansi Jing Quo serempak berdiri dan membungkukkan badan.

"Hahaha, bagus-bagus. Kalian masih tahu diri. Duduklah, hormat kalian aku terima. Tenang saja, dengan bantuanku, kalian akan mampu menyingkirkan Sekte Teratai Putih dari Haidong. Aku akan memberi tahu rahasia penting dari Sekte Teratai Putih. Tentunya dengan syarat!" tutur Long Feng merasa di atas angin karena berpikir aliansi sekte hitam telah berada dalam kendalinya.

"Apa syarat yang kau ajukan?" tanya Dong Wei memicingkan mata. Ia bisa melihat, sejak awal Long Feng memiliki maksud tertentu. Lelaki itu hanya ingin memanfaatkan Aliansi Jing Quo saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   119. Kekuatan Cinta atau Dendam?

    Saat Chen Wuji mendapat gilirannya, Wang Shixian kian rajin merapal doa supaya pemuda itu gagal. Dia bahkan sampai memejamkan mata sebab terlalu takut untuk menyaksikan kebenaran.Wang Weo pun tersenyum melihat putrinya demikian. Sayangnya, apa yang dia pikirkan tentang Wang Shixian justru berbanding terbalik dengan yang sebenarnya.Tepat sekali, sang kaisar tersenyum lantaran berpikir kalau gadis itu menyimpan perasaan istimewa untuk Chen Wuji. Hal itu membuat Wang Weo memberikan penilaian lebih pada pengawal baru putrinya itu."Berhasil!"Seketika itu pula Wang Weo bertepuk tangan selagi kerutan memenuhi dahi putrinya. Dia tampak sangat senang melihat 'jagoannya' mampu menyelesaikan tantangan kedua dengan sempurna."Dia benar-benar pemuda yang unggul. Tidak hanya ahli panah, tetapi juga sangat kuat. Bukankah dia lelaki yang sempurna untuk menikah denganmu, Putri?"Wang Shixian menoleh pada sang ayah untuk memberikan tatapan mengintimidasi. Dengan suara rendah saja dia berkata, "Yang

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   118. Firasat Ayah

    Semua orang menatap batu Yangtze dengan mata terbuka lebar. Benak mereka pasti sibuk membayangkan, apakah mampu mengangkat batu sebesar itu?Jangankan mengangkat, menggesernya saja tampak sulit.Beberapa di antara peserta itu juga tampak sangat tegang. Mereka mungkin membayangkan, apa jadinya jika mereka mampu mengangkat tetapi tidak kuat menahan batu dengan kedua tangan?Mereka bisa mati konyol tertimba batu!"Baiklah, supaya aturan dari ujian kedua ini lebih jelas, aku sampaikan hal yang perlu kalian perhatikan. Pertama, kalian harus mengangkat Yangtze dengan tangan kosong, seperti yang telah aku katakan di awal tadi. Kedua, kalian harus mengangkat batu setelah hitungan ketiga. Ketiga, batu harus terangkat di atas kepala dengan kedua tangan selama lima ketukan."Pernyataan ketiga dari Wang Shixian membuat para peserta dengan refleks menelan ludah. Lima ketukan jelas akan terasa sangat berat untuk dilakukan. Jangankan lima ketukan, satu ketukan saja perlu usaha yang sangat keras."Ji

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   117. Tantangan Kedua

    Tidak seperti hari kemarin, pagi ini wajah Wang Shixian tampak berseri. Senyumnya tidak turun sedikit pun akibat kebahagiaan yang tidak terkalimatkan. "Xian'er, sepertinya kau terlihat sangat senang hari ini." Wang Weo tersenyum lebar melihat sang putri begitu bersemangat."Tentu saja, Ayah. Aku tidak mengira jika mengadakan sayembara akan terasa sesenang ini. Rasanya sudah tidak sabar ingin menyampaikan tantangan berikutnya pada mereka." Wang Shixian menyesap tehnya dengan penuh kenikmatan. Padahal, apa yang dia sampaikan pada sang ayah tidak sepenuhnya benar. Faktanya, dia menjadi sangat senang setelah mendengar jawaban Genjo Li atas pertanyaan yang dikirimkan melalui Mingyue. Jawaban manis itu membuatnya menjadi begitu ingin bertemu dengan Genjo Li. Jika saja hubungan keduanya telah diketahui khalayak ramai, Wang Shixian bahkan tidak akan berpikir dua kali untuk memeluk sang kekasih di depan semua orang.Sayang sekali karena dia masih harus bersabar."Jadi, apa tantangan berikutn

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   116. Curang?

    "Benarkah Tuan Putri?!"Wang Shixian mengangguk tanpa menoleh pada pelayannya. Dia tampak sibuk dengan kuas di tangannya, menulis karakter demi karakter di atas kertas putih. "Ta-tapi ... bagaimana caranya Tuan Li bisa tiba di istana secepat itu, Tuan Putri? Maksudku, itu sangat ... ajaib. Sangat mengejutkan." Meski Mingyue merasa sangat senang sekaligus lega karena lelaki yang dicintai majikannya tidak terlambat untuk mengikuti sayembara dan bahkan mampu lolos di tahap pertama, dia tetap merasa sulit untuk percaya. Pasalnya, secepat apa pun Genjo Li berlari, bahkan meski menunggangi kuda sekalipun, tidak akan bisa mengejar keterlambatan."Mulai sekarang, persiapkan dirimu untuk terkejut. Percayalah, lelaki yang aku cintai itu bukan sembarang." Wang Shixian tersenyum lebar sambil melipat kertas dan memasukkannya ke dalam amplop cokelat."Si-siapa dia sebenarnya Tuan Putri?""Waktu akan menjawabnya. Kau pasti akan sangat terkejut. Sudah, sekali juga antarkan surat ini pada Kakak Li. P

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   115. Peringatan

    Genjo Li hanya diam dan tersenyum tipis, tetapi daripada membalas tatapan lelaki yang mengejeknya, dia lebih memilih untuk membuang pandangan ke tanah, seolah tanah yang dia injak bahkan lebih layak untuk dipandang. Sebagai seorang yang sepertinya berasal dari kalangan terpelajar, lelaki di hadapan Genjo Li pun mendengkus kesal lantaran lawan bicaranya tidak mau melihatnya. "Karena persik itu belum tentu jatuh karena panahmu, menepilah. Kau masih bisa melihat sayembara ini.""Tunggu!"'Chen Wuji? Untuk apa dia ikut campur?!' desis Wang Shixian curiga. Tentu saja sudah sejak tadi dia ingin membela kekasihnya. Tidak peduli persik itu jatuh karena panah Genjo Li ataupun karena telah masak, yang dia pikirkan hanyalah, sang kekasih harus bisa lolos dalam tantang pertama itu.Melihat Chen Wuji angkat bicara, sudah pasti membuat hati Wang Shixian kian panas saja. Dia sangat yakin jika lelaki itu akan mendukung peserta yang ingin menyingkirkan Genjo Li. Tentu saja dengan cara yang sangat mem

  • Pendekar Pedang Tanpa Tanding   114. Putusan

    "Semua gagal!" teriak prajurit yang memimpin jalannya sayembara.Seketika itu pula Wang Shixian berusaha keras untuk tidak pingsan. 'Apa katanya? Semua gagal? Kakak Li gagal? Kekasihku gagal?!' batin perempuan itu tidak berhenti bertanya karena tidak percaya selagi kedua matanya masih terkatup, kian rapat.Wang Shixian tidak berani membuka matanya untuk melihat kenyataan yang terjadi. Dia bahkan tidak berhenti menyalahkan diri sendiri karena memilih tantangan sesulit itu di tahap awal hingga membuat kekasihnya gugur begitu saja.Mulanya dia berpikir pelayan kedai itu adalah seorang ahli panah karena Genjo Li mampu memanah para pembunuh bayaran itu dengan tepat dari jarak yang jauh dalam keadaan gelap ketika menyamar menjadi Pendekar Bertopeng. Namun, ternyata ...Sungguh, jika bukan karena ingin menjaga perasaan sang ayah, perempuan itu akan nekat memanah dirinya sendiri. 'Lebih baik mati daripada menikah dengan orang yang tidak dicintai!' Begitulah yang ada di dalam benak Wang Shixia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status