"Kenapa Tetua Li?" sahut seorang anggota yang merasa apa yang diusulkan Dong Wei sudah tepat.
"Kita semua tahu seberapa besar keinginan Sekte Iblis Neraka untuk memiliki Kitab Naga Bertuah. Jika kita mendatangi mereka untuk mengemis bantuan, sudah pasti mereka akan menertawakan kita. Bukannya membantu, mereka malah akan menghina kita karena telah berani mencoba mendapatkan kitab pusaka yang bahkan tidak bisa mereka dapatkan," kata Tetua Li memaparkan alasannya.
Mendengar penjelasan sang tetua, beberapa anggota Sekte Taring Setan yang menghadiri pertemuan itu mengangguk setuju. Mereka membenarkan pendapat Tetua Li dan mulai berpikir kalau meminta bantuan pada Sekte Iblis Neraka bukanlah solusi yang tepat.
Kondisi malam itu pun mendadak menjadi tegang dan gaduh. Orang-orang yang sama-sama menyimpan amarah itu berselisih, antara yang mendukung Dong Wei dengan yang membenarkan pendapat Tetua Li.
"Cukup!" tegur Dong Wei tidak senang melihat anggotanya ribut. Orang-orang dalam pertemuan itu pun diam, tidak berani membuka mulut lagi.
"Aku mengenal ketua dari Sekte Iblis Neraka dengan baik. Aku pastikan mereka tidak akan menolak kita. Bahkan sebenarnya beberapa hari sebelum penyerangan kita ke Jinchang, Wang Weo telah menawarkan gagasan untuk membentuk aliansi sekte aliran hitam. Wang Weo menginginkan kekuasaan di Haidong dan menghentikan dominasi Sekte Teratai Putih," tutur Dong Wei penuh wibawa.
"Kita semua tahu, sejak Kaisar Han Chen meminta Sekte Teratai Putih untuk membantu menjaga keamanan wilayah Haidong, pemasukan untuk Sekte Taring Setan menjadi sangat berkurang. Kesulitan itu juga dirasakan oleh sekte aliran hitam lainnya. Kita menjadi golongan minoritas yang terpaksa tunduk pada titah kaisar!" seru Dong Wei penuh penekanan.
Dong Wei berdiri dengan pandangan menerawang. Ia tersenyum miring atas rencana yang terbesit di pikirannya. "Jika bergabung dengan Sekte Iblis Neraka dan sekte aliran hitam lainnya yang kuat, kita tidak hanya bisa membalas dendam atas tewasnya saudara-saudara kita, tetapi juga menyingkirkan Sekte Teratai Putih untuk selamanya. Lebih dari itu, kita bahkan bisa mengambil alih kekuasaan dan mendapatkan kejayaan lebih dari yang kita bayangkan. Wilayah Haidong akan berada di bawah kendali sekte aliran hitam."
Senyum Dong Wei lekas merembet dan menyebar pada wajah semua orang. Para anggota Sekte Taring Setan sangat tergiur atas penjelasan sang ketua yang terdengar begitu menjanjikan. Maka, putusan untuk bergabung dengan Sekte Iblis Neraka langsung disepakati semua orang.
Dengan segera Dong Wei mengutus salah seorang anggotanya untuk mengirim surat kepada Sekte Iblis Neraka. Ia mengirimkan pesan yang berisi persetujuan untuk menggabungkan kekuatan demi melenyapkan Sekte Teratai Putih.
Sebelumnya Sekte Iblis Neraka memang telah mengirimkan pesan kepada lima ketua sekte aliran hitam untuk bersedia bergabung dalam aliansi yang akan dibentuk. Namun, banyak sekte aliran hitam yang menduga bahwa tujuan pembentukan aliansi itu hanyalah alibi agar Wang Weo mendapat bantuan untuk mendapatkan Kitab Naga Bertuah yang selama ini diincar. Alhasil, tidak ada sekte aliran hitam yang tertarik untuk menjadi bergabung.
Sampai akhirnya, satu demi satu dari sekte aliran hitam yang dianggap kuat di wilayah Haidong, menjajal sendiri kekuatan Sekte Teratai Putih. Setelah kalah telak, mereka sadar bahwa apa yang dikatakan Sekte Iblis Neraka tentang kekuatan Sekte Teratai Putih memang benar adanya, bukan hanya bualan untuk menakut-nakuti saja. Termasuk Dong Wei yang akhirnya menghendaki sektenya untuk bergabung dalam aliansi sekte aliran hitam yang dipelopori Sekte Iblis Neraka.
***
Seminggu setelah deklarasi Sekte Taring Setan sebagai anggota baru aliansi diumumkan, diadakanlah pertemuan yang dihadiri lima ketua dari masing-masing sekte aliran hitam. "Terima kasih saudara-saudaraku telah hadir dalam pertemuan yang menjadi awal dari kebangkitan sekte aliran hitam," ucap Wang Weo menyapa para ketua sekte aliran hitam yang berkumpul di ruang pertemuan markas Sekte Iblis Neraka.
Tidak banyak basa-basi, pertemuan pun berjalan sangat efektif. Dimulai dari pemilihan nama untuk aliansi. Dari semua usulan yang diberikan, disepakati bahwa nama untuk persatuan sekte aliran hitam tersebut adalah Aliansi Jing Quo. Kemudian diskusi dilanjutkan dengan pemilihan ketua aliansi. Karena Iblis Neraka dianggap sebagai sekte yang terkuat dari sembilan sekte yang bergabung, maka ditunjuklah Wang Weo sebagai ketua Aliansi Jing Quo.
Wang Weo yang dikenal sebagai satu-satunya pendekar yang mampu memanggil iblis, dinilai paling layak menjadi pemimpin aliansi. Ia pun dipersilakan untuk menyampaikan sambutan sebagai ketua aliansi.
"Kalian tahu pasti kenapa kita berkumpul di sini sekarang. Saya harap, kita bisa bersatu sebagai saudara yang solid. Kalian tentu sudah muak dengan keberadaan Sekte Teratai Putih yang sok berkuasa. Mereka telah memperlakukan kita seperti sampah. Untuk itu, mereka harus membayar semuanya. Nyawa harus diganti dengan nyawa. Kita harus menghancurkan Sekte Teratai Putih untuk menebus darah-darah saudara kita yang mereka bunuh! Patriark Yong Yuwen harus mati beserta seluruh anggotanya. Tidak ada satu pun warga Jinchang yang boleh hidup setelah ini! Kita hancurkan mereka dan merebut kekuasaan kaisar!" kata Wang Weo dengan suara yang lantang dan sedikit serak, menunjukkan kewibawaan yang membuat lawan bicaranya terpaku.
Pidato singkat Wang Weo mendapat tepuk tangan dari para anggota aliansi. Ucapannya telah membakar semangat para anggota untuk membumihanguskan Sekte Teratai Putih.
Setelahnya, mereka pun menyusun rencana penyerangan yang akan dilakukan terhadap Sekte Teratai Putih. Berbagai usulan dan saran silih berganti diajukan. Namun, semuanya selalu mentah dan urung menjadi kesepakatan.
"Begitu kuatnya mereka hingga kita tidak menemukan celah untuk melakukan penyerangan yang berarti," keluh Dong Wei dengan nada pesimis.
Semuanya hampir frustrasi memikirkan cara penyerangan yang mampu menakhlukkan Sekte Teratai Putih. Tidak heran, jika selama ini sekte tersebut selalu berjaya walau kerap mendapat serangan dari mana pun.
"Hahaha ..." gelak tawa seseorang terdengar. Tawa yang keras dan panjang itu begitu nyaring dalam keheningan orang-orang yang sedang fokus memikirkan kelemahan Sekte Teratai Putih. "Aku tahu apa kelemahan mereka," kata seseorang yang tidak dikenal, yang tetiba saja telah muncul dalam ruang pertemuan, tanpa ada yang tahu dari mana ia masuk.
Saat Chen Wuji mendapat gilirannya, Wang Shixian kian rajin merapal doa supaya pemuda itu gagal. Dia bahkan sampai memejamkan mata sebab terlalu takut untuk menyaksikan kebenaran.Wang Weo pun tersenyum melihat putrinya demikian. Sayangnya, apa yang dia pikirkan tentang Wang Shixian justru berbanding terbalik dengan yang sebenarnya.Tepat sekali, sang kaisar tersenyum lantaran berpikir kalau gadis itu menyimpan perasaan istimewa untuk Chen Wuji. Hal itu membuat Wang Weo memberikan penilaian lebih pada pengawal baru putrinya itu."Berhasil!"Seketika itu pula Wang Weo bertepuk tangan selagi kerutan memenuhi dahi putrinya. Dia tampak sangat senang melihat 'jagoannya' mampu menyelesaikan tantangan kedua dengan sempurna."Dia benar-benar pemuda yang unggul. Tidak hanya ahli panah, tetapi juga sangat kuat. Bukankah dia lelaki yang sempurna untuk menikah denganmu, Putri?"Wang Shixian menoleh pada sang ayah untuk memberikan tatapan mengintimidasi. Dengan suara rendah saja dia berkata, "Yang
Semua orang menatap batu Yangtze dengan mata terbuka lebar. Benak mereka pasti sibuk membayangkan, apakah mampu mengangkat batu sebesar itu?Jangankan mengangkat, menggesernya saja tampak sulit.Beberapa di antara peserta itu juga tampak sangat tegang. Mereka mungkin membayangkan, apa jadinya jika mereka mampu mengangkat tetapi tidak kuat menahan batu dengan kedua tangan?Mereka bisa mati konyol tertimba batu!"Baiklah, supaya aturan dari ujian kedua ini lebih jelas, aku sampaikan hal yang perlu kalian perhatikan. Pertama, kalian harus mengangkat Yangtze dengan tangan kosong, seperti yang telah aku katakan di awal tadi. Kedua, kalian harus mengangkat batu setelah hitungan ketiga. Ketiga, batu harus terangkat di atas kepala dengan kedua tangan selama lima ketukan."Pernyataan ketiga dari Wang Shixian membuat para peserta dengan refleks menelan ludah. Lima ketukan jelas akan terasa sangat berat untuk dilakukan. Jangankan lima ketukan, satu ketukan saja perlu usaha yang sangat keras."Ji
Tidak seperti hari kemarin, pagi ini wajah Wang Shixian tampak berseri. Senyumnya tidak turun sedikit pun akibat kebahagiaan yang tidak terkalimatkan. "Xian'er, sepertinya kau terlihat sangat senang hari ini." Wang Weo tersenyum lebar melihat sang putri begitu bersemangat."Tentu saja, Ayah. Aku tidak mengira jika mengadakan sayembara akan terasa sesenang ini. Rasanya sudah tidak sabar ingin menyampaikan tantangan berikutnya pada mereka." Wang Shixian menyesap tehnya dengan penuh kenikmatan. Padahal, apa yang dia sampaikan pada sang ayah tidak sepenuhnya benar. Faktanya, dia menjadi sangat senang setelah mendengar jawaban Genjo Li atas pertanyaan yang dikirimkan melalui Mingyue. Jawaban manis itu membuatnya menjadi begitu ingin bertemu dengan Genjo Li. Jika saja hubungan keduanya telah diketahui khalayak ramai, Wang Shixian bahkan tidak akan berpikir dua kali untuk memeluk sang kekasih di depan semua orang.Sayang sekali karena dia masih harus bersabar."Jadi, apa tantangan berikutn
"Benarkah Tuan Putri?!"Wang Shixian mengangguk tanpa menoleh pada pelayannya. Dia tampak sibuk dengan kuas di tangannya, menulis karakter demi karakter di atas kertas putih. "Ta-tapi ... bagaimana caranya Tuan Li bisa tiba di istana secepat itu, Tuan Putri? Maksudku, itu sangat ... ajaib. Sangat mengejutkan." Meski Mingyue merasa sangat senang sekaligus lega karena lelaki yang dicintai majikannya tidak terlambat untuk mengikuti sayembara dan bahkan mampu lolos di tahap pertama, dia tetap merasa sulit untuk percaya. Pasalnya, secepat apa pun Genjo Li berlari, bahkan meski menunggangi kuda sekalipun, tidak akan bisa mengejar keterlambatan."Mulai sekarang, persiapkan dirimu untuk terkejut. Percayalah, lelaki yang aku cintai itu bukan sembarang." Wang Shixian tersenyum lebar sambil melipat kertas dan memasukkannya ke dalam amplop cokelat."Si-siapa dia sebenarnya Tuan Putri?""Waktu akan menjawabnya. Kau pasti akan sangat terkejut. Sudah, sekali juga antarkan surat ini pada Kakak Li. P
Genjo Li hanya diam dan tersenyum tipis, tetapi daripada membalas tatapan lelaki yang mengejeknya, dia lebih memilih untuk membuang pandangan ke tanah, seolah tanah yang dia injak bahkan lebih layak untuk dipandang. Sebagai seorang yang sepertinya berasal dari kalangan terpelajar, lelaki di hadapan Genjo Li pun mendengkus kesal lantaran lawan bicaranya tidak mau melihatnya. "Karena persik itu belum tentu jatuh karena panahmu, menepilah. Kau masih bisa melihat sayembara ini.""Tunggu!"'Chen Wuji? Untuk apa dia ikut campur?!' desis Wang Shixian curiga. Tentu saja sudah sejak tadi dia ingin membela kekasihnya. Tidak peduli persik itu jatuh karena panah Genjo Li ataupun karena telah masak, yang dia pikirkan hanyalah, sang kekasih harus bisa lolos dalam tantang pertama itu.Melihat Chen Wuji angkat bicara, sudah pasti membuat hati Wang Shixian kian panas saja. Dia sangat yakin jika lelaki itu akan mendukung peserta yang ingin menyingkirkan Genjo Li. Tentu saja dengan cara yang sangat mem
"Semua gagal!" teriak prajurit yang memimpin jalannya sayembara.Seketika itu pula Wang Shixian berusaha keras untuk tidak pingsan. 'Apa katanya? Semua gagal? Kakak Li gagal? Kekasihku gagal?!' batin perempuan itu tidak berhenti bertanya karena tidak percaya selagi kedua matanya masih terkatup, kian rapat.Wang Shixian tidak berani membuka matanya untuk melihat kenyataan yang terjadi. Dia bahkan tidak berhenti menyalahkan diri sendiri karena memilih tantangan sesulit itu di tahap awal hingga membuat kekasihnya gugur begitu saja.Mulanya dia berpikir pelayan kedai itu adalah seorang ahli panah karena Genjo Li mampu memanah para pembunuh bayaran itu dengan tepat dari jarak yang jauh dalam keadaan gelap ketika menyamar menjadi Pendekar Bertopeng. Namun, ternyata ...Sungguh, jika bukan karena ingin menjaga perasaan sang ayah, perempuan itu akan nekat memanah dirinya sendiri. 'Lebih baik mati daripada menikah dengan orang yang tidak dicintai!' Begitulah yang ada di dalam benak Wang Shixia