Share

03. Jurus pertama

Penulis: Rendi OP
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-01 10:59:17

Zero benar-benar tidak diberi kesempatan sedikitpun untuk menyerang balik. Nafas Zero mulai terengah karena terus bergerak menghindari tebasan pedang dari Beiji. Tebasan pedang Beiji itu bisa saja merenggut nyawa Zero jika mengenai lehernya.

Gedebugh!

Tubuh Zero akhirnya terjatuh karena tersandung batu.

"Kena kau!" teriak Beiji.

Namun ketika Beiji ingin menebaskan pedangnya pada Zero, tubuhnya malah terpental. Ternyata Vivi lah yang dengan cepat maju dan menusukkan pedang kayunya ke perut Beiji. Bukan hanya itu, Vivi juga menebaskan pedang di tangan kirinya pada pergelangan tangan Beiji yang memegang pedang sungguhan. Alhasil, pedang itu terlempar dari tangan Beiji.

Vivi kemudian menginjak tubuh Beiji yang terjatuh dan memukulkan pedang kayu ke bagian kepala Beiji.

Suara pedang kayu yang menyentuh kepala Beiji terdengar sangatlah keras. Kemudian Vivi mengarahkan kedua pedang kayunya tepat ke ke arah mata Beiji.

"Apakah kau masih belum mengerti juga? Hem?" tanya Vivi.

"Ba-baiklah, baiklah. Aku mengaku kalah," jawab Beiji.

"Kalau begitu pergilah! Dan jangan lagi berani mengganggu orang lain di sini!" ucap Vivi dengan mata melotot.

Vivi memukulkan sekali lagi pedang kayu miliknya pada tubuh Beiji. Setelah itu Beiji berlari dan bergegas pergi dari tempat itu.

"Terima kasih. Oh iya, namaku adalah Koziki Zero." Zero mengulurkan tangannya.

"Namaku Vivi. Berhati-hatilah." Namun Vivi tidak menyambut uluran tangan Zero dan kemudian pergi begitu saja. Zero pun menggaruk kepalanya karena merasa malu.

'Tapi..., lihat saja. Aku juga pasti akan memiliki kemampuan hebat sepertimu, Vivi.' Zero mengepalkan kedua tangannya sambil menatap punggung Vivi yang menjauh pergi.

Setelah kembali dari pasar, Zero langsung mengambil kitab yang ia dapatkan kemarin. Zero memperhatikan isi dari lembaran pertama. Setelah itu Zero pergi ke pinggiran hutan berniat untuk berlatih dengan serius.

"Baiklah, aku akan mencobanya." Setelah merasa sudah mengerti, Zero mempraktikkan jurus pedang yang ia baca pada kitab itu.

Namun beberapa menit kemudian Zero berhenti.

"Tunggu, rasanya gerakanku ini ada yang salah." Zero merasa ada yang salah dengan caranya mempraktikkan gerakan yang digambarkan pada kitab dan kembali memperhatikan kitabnya.

Zero yang kembali memperhatikan kitabnya baru sadar kalau gambar pada kitab itu terlihat ada seseorang yang memegang dua pedang.

"Apakah aku juga harus menggunakan dua pedang? Tapi..., aku hanya memiliki satu pedang kayu saja," ujar Zero.

Zero berpikir seraya mengedarkan pandangannya ke area sekitar. Zero memikirkan sesuatu, bagaimana kalau sementara pedang yang satunya ia ganti dengan ranting kayu? Setelah memutuskan menggunakan ranting kayu, Zero pun kembali melanjutkan latihannya.

Sedangkan di dekat tempat Zero berlatih, ada seseorang yang mendekati Zero. Orang itu penasaran karena mendengar suara Zero yang berteriak beberapa kali ketika mengayunkan pedang kayunya.

'Dia? Bukankah dia orang yang tadi?' Ternyata orang itu adalah Vivi. Saat melihat siapa orang yang berisik itu, Vivi mengernyitkan alisnya.

Vivi juga tidak langsung mendekati Zero. Tapi Vivi penasaran lalu memperhatikan bagaimana cara Zero berlatih. Vivi juga kembali mengingat nama Zero. Setelah Vivi mengingatnya, kedua mata Vivi terbelalak.

'Tunggu! Bukankah namanya tadi adalah Koziki Zero?! Apakah dia...?' Vivi tidak asing dengan nama depan Zero yang tak lain adalah Koziki.

Prak!

Terdengar suara pedang dan kayu yang Zero gunakan menebas sebatang pohon besar.

Tiba-tiba terjadi sesuatu dengan sebatang pohon itu.

"Eh...? I-ini..., gawat...!" ujar Zero.

Boom!

Zero pun berlari. Ternyata pohon besar itu tumbang dan hampir saja menimpanya.

Tebasan terakhir yang Zero lakukan mampu menebas sebatang pohon besar itu. Alhasil, Zero merasa sangat terkejut. Ia tidak percaya kalau dirinya mampu melakukan itu.

"Apakah aku berhasil menguasai lembar pertama? Bukankah ini sangat mudah?" Kedua mata Zero berbinar.

Dari balik semak-semak, Vivi merasa terkejut.

'Hah?! Apakah dia sehebat itu?! Ini...?' gumam Vivi dalam hati.

Setelah itu Zero kembali melihat kitab miliknya. Ia masih penasaran apakah gerakannya sudah sama persis dengan yang ada dalam kitabnya. Namun saat Zero kembali melakukannya, ia tidak berhasil melakukan yang seperti tadi. Pohon yang ia tebas menggunakan pedang dan ranting kayu yang ia pegang tidak tumbang seperti tadi.

"Apakah ada yang kurang? Padahal tadi aku berhasil, huft!" Rasa lelah akhirnya menghampiri Zero. Dia pun duduk sejenak untuk beristirahat.

Namun Zero dikejutkan dengan kehadiran seseorang di hadapannya yang mengunakan topeng.

"Lawan aku!" Orang itu langsung menodongkan pedang kayu miliknya ke wajah Zero yang sedang duduk.

"Hah?! Siapa kau?!" Zero mundur karena terkejut. Lalu ia langsung berdiri.

"Lawan aku! Cepat ambil pedangmu!" Namun orang itu berteriak untuk mengajak Zero berduel.

"Apakah kita saling mengenal?" tanya Zero penasaran. Namun jawaban yang ia terima adalah sabetan pedang.

"Kau gila!" teriak Zero.

Zero langsung meraih pedang kayu di sampingnya. Dan Zero juga meraih ranting kayu yang ia gunakan untuk berlatih tadi.

Orang itu ternyata adalah Vivi. Tapi tentu saja Zero tidak mengenalinya. Sebab pakaian Vivi berbeda dengan yang ia lihat ketika pertama kali bertemu.

Kemudian Vivi kembali menyerang Zero. Kali ini, Zero tidak hanya menghindar. Ia mencoba mengingat apa yang ia pelajari pada kitabnya tadi. Namun gerakan yang Zero lakukan masih belum sempurna. Tapi itu sudah cukup membantunya saat melawan Vivi.

Vivi pun tidak mau berhenti dan berusaha terus menyerang Zero. Padahal Vivi sudah berhasil beberapa kali memukul Zero. Namun sepertinya Vivi masih merasa belum puas juga.

"Berhentilah, aku mengaku kalah! Hey!" teriak Zero.

Namun teriakannya itu tidak didengar oleh Vivi. Berulang kali Zero terjatuh dan bangkit, ia harus terus menerima semua serangan dari Vivi.

Karena merasa terdesak, Zero akhirnya memfokuskan daya ingatnya. Ia kembali mencoba melakukan jurus pertama yang ia pelajari dari kitabnya itu.

'Jurus Pertama!' gumam Zero.

Zero menebaskan pedangnya mengikuti gerakan terakhir yang ia pelajari dari kitab.

Dan ternyata, tubuh Vivi kali ini berhasil terpental oleh serangan Zero.

Tubuh Vivi tak sanggup menahan serangan Zero sehingga ia terpental dan menghantam sebatang pohon besar.

"Uhuk, uhuk...!" Vivi terbatuk seraya memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Zero khawatir.

Zero justru merasa khawatir dan merasa bersalah terhadap Vivi. Yah..., begitulah Zero. Dia memiliki kebaikan hati yang luar biasa.

Namun ketika Zero berjalan mendekati Vivi, tanpa mengucapkan kata apapun Vivi langsung bergerak dan segera pergi meninggalkan Zero begitu saja. Zero benar-benar dibuat bingung oleh kehadiran Vivi yang secara tiba-tiba dan juga pergi begitu saja meninggalkannya.

"Sebenarnya siapa dia? Apa yang dia inginkan dariku?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Terhebat   165. Akhir

    Dengan memusatkan kekuatannya pada telapak tangan, Orion mengumpulkan energinya kemudian ia langsung melancarkan serangan terkuatnya ke arah Thanos. Saat tubuh Thanos yang terkena serangan Orion, tubuhnya langsung hilang menjadi serpihan debu."Sepertinya aku hanya bisa melakukan sebatas ini saja, Zero. Kalau begitu aku akan kembali beristirahat." Orion kemudian kembali masuk ke dalam pedang.Akan tetapi, baru saja Zero merasa senang bahwa satu musuhnya telah berhasil dikalahkan oleh Orion, Raja Kegelapan akhirnya muncul!Suasana jadi terasa lebih mencekam saat sosok Raja Kegelapan hadir di tempat itu. Bahkan, kedua kaki Zero terasa seperti ada tekanan yang beratnya seperti gunung saat merasakan tekanan yang sangat kuat yang sengaja dipancarkan oleh Raja Kegelapan."A-apa ini?" tanya Zero pada dirinya sendiri, dengan posisi wajahnya saat ini menatap ke lantai.Beberapa detik kemudian terdengarlah suara tawa Raja Kegelapan yang menggema. Mendengar suara tawa dari Raja Kegelapan, membuat

  • Pendekar Pedang Terhebat   164. Thanos yang licik

    Saat situasi semakin sulit dan Nino serta Ratu Vivi terluka parah, Zero merasa perlu untuk mengambil tindakan yang tepat untuk menyelamatkan mereka. Setelah mempertimbangkan beberapa opsi, dia memutuskan untuk membawa Nino dan Ratu Vivi ke dalam dimensi lain yang ada pada pedangnya.Dalam dimensi tersebut, Zero dapat memberikan perawatan medis yang lebih baik dan memastikan bahwa Nino dan Ratu Vivi pulih sepenuhnya dari luka-luka mereka. Meskipun memasukkan teman-temannya ke dalam dimensi tersebut memerlukan kekuatan dan energi yang besar, Zero yakin bahwa itu adalah keputusan yang tepat untuk menyelamatkan nyawa mereka. Ketika tinggal Zero dan Panglima perang kegelapan dalam pertempuran, Zero menatap musuhnya dengan tajam dan penuh kemarahan. Dia merasa sangat marah besar karena teman-temannya telah terluka dan musuhnya telah mengancam nyawa Vivi.Zero mengeluarkan suara yang tegas dan penuh keberanian, dia mengatakan, "Kau telah melakukan kesalahan besar dengan mengancam nyawa Istri

  • Pendekar Pedang Terhebat   163. Tak sadarkan diri

    Pertarungan antara Zero, Ratu Vivi, Nino, dan para Orge yang dihidupkan kembali sangat sengit. Para Orge terus menerus menyerang dengan kekuatan dan kecepatan yang luar biasa, membuat pertempuran semakin sulit.Zero menggunakan pedangnya untuk melawan Orge yang menyerang dari jarak dekat, sedangkan Ratu Vivi menggunakan sihirnya untuk memanipulasi elemen dan menyerang dari jarak jauh. Nino juga menggunakan kekuatan Kutukan Klan Kupu-kupu Surga untuk memberikan perlindungan dan kekuatan tambahan kepada teman-temannya.Namun, mereka tidak hanya berjuang melawan para Orge. Mereka juga harus menghadapi Necromancer yang berbahaya. Necromancer itu menggunakan sihir hitam untuk menyerang dan mencoba mengendalikan pikiran mereka.Setelah bertarung dengan gigih, akhirnya mereka berhasil mendekati Necromancer. Akan tetapi, tiba-tiba mereka diserang dari arah lain oleh pasukan kegelapan yang dipimpin oleh seorang panglima perang yang nampak sangat kuat. Terlihat jelas bahwa Panglima perang itu m

  • Pendekar Pedang Terhebat   162. Orge

    Setelah pertempuran yang sengit, Zero, Ratu Vivi, dan Nino berhasil mengalahkan semua musuh yang dikirim oleh Thanos. Namun, ketika mereka sedang bernapas lega dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan mereka, tiba-tiba tanda kutukan Klan Kupu-kupu Surga di tubuh Nino memancarkan cahaya yang sangat terang.Cahaya ini memenuhi seluruh area sekitar dan membuat semua musuh yang tersisa langsung lenyap tanpa bekas. Zero, Ratu Vivi, dan Nino terkejut dengan apa yang terjadi dan terus memandang ke arah cahaya itu.Setelah cahaya redup, Nino berkata, "Apa yang terjadi? Apa itu yang baru saja terjadi?"Zero dan Ratu Vivi melihat ke arah Nino, dan mereka terkejut melihat bahwa tanda kutukan Klan Kupu-kupu Surga telah mengeluarkan kekuatan yang sangat besar dan mematikan.Ratu Vivi berkata, "Itu adalah kekuatan yang luar biasa. Tanda kutukanmu telah memberikan kita perlindungan dan kekuatan yang luar biasa selama perjalanan kita, Nino. Terima kasih."Zero menambahkan, "Tapi kita tetap

  • Pendekar Pedang Terhebat   161. Tanda kutukan

    Nino, yang awalnya merasa terbebani oleh tanda kutukan Klan Kupu-kupu Surga, kini mulai melihatnya sebagai anugrah. Dia menyadari meskipun kutukan ini mungkin memiliki sisi negatif, kekuatan dan bantuan yang telah diberikan oleh kutukan ini telah menjadi berkat bagi mereka semua dalam perjalanan mereka.Dengan senyum di wajahnya, Nino berkata, "Kau benar, Zero. Aku tidak pernah menyangka bahwa kutukan ini akan membantu kita sebanyak ini. Aku merasa bersyukur bahwa kita bisa menggunakannya untuk kebaikan."Ratu Vivi, yang juga merasa terharu oleh perubahan sikap Nino, menambahkan, "Kadang-kadang, kekuatan sejati kita terletak pada kemampuan kita untuk mengatasi rintangan dan menggunakan semua sumber daya yang kita miliki, bahkan jika itu berasal dari tempat yang tidak terduga. Nino, kutukanmu telah membantu kita dalam banyak cara, dan aku yakin kita akan berhasil."Dengan dukungan dan kepercayaan dari Zero dan Ratu Vivi, Nino merasa lebih kuat dan lebih termotivasi untuk melanjutkan pe

  • Pendekar Pedang Terhebat   160. Peta

    Saat mereka dalam perjalanan, Nino tiba-tiba merasa sakit dan jatuh ke tanah. Zero dan Ratu Vivi bergegas ke sampingnya, melihat bahwa tanda kutukan Klan Kupu-kupu Surga di tubuh Nino mulai memancarkan cahaya yang kuat dan tampaknya menyakitinya.Zero, yang tahu sedikit tentang kutukan Klan Kupu-kupu Surga, memahami bahwa ini adalah tanda bahwa kutukan itu mulai aktif. Dia tahu bahwa kutukan ini bisa sangat berbahaya dan mereka harus segera mencari bantuan.Ratu Vivi, yang merasa khawatir tentang keadaan Nino, segera bergegas untuk mencari penyembuh terdekat. Sementara itu, Zero mencoba menenangkan Nino dan meyakinkannya bahwa mereka akan menemukan cara untuk membantu dia.Saat menunggu penyembuh tiba, Zero berusaha sebaik mungkin untuk merawat Nino dan meringankan rasa sakitnya. Ia berdoa dan berharap bahwa Nino akan pulih dan bisa melanjutkan perjalanan mereka.Ketika obat penyembuh tiba, Vivi segera memeriksa Nino dan memastikan bahwa dia bisa mengatasi kutukan Klan Kupu-kupu Surga

  • Pendekar Pedang Terhebat   159. Siapa Dalangnya?

    Setelah Zero membawa Razgor ke istana, dia diserahkan kepada penjaga kerajaan yang akan mengawasinya sementara persiapan pengadilan dilakukan. Ratu Vivi, yang telah diselamatkan oleh tindakan berani Zero, mengucapkan terima kasih kepadanya dan memerintahkan agar pengadilan diadakan secepat mungkin.Pengadilan diadakan di hadapan Ratu Vivi, para pejabat kerajaan, dan warga yang tertarik untuk menyaksikan proses hukum. Razgor dihadapkan dengan tuduhan berencana untuk membunuh Ratu Vivi dan berbagai kejahatan lain yang telah dia lakukan selama masa jabatannya sebagai pemimpin pembunuh bayaran.Selama pengadilan, jaksa menghadirkan bukti dan kesaksian yang menunjukkan kejahatan Razgor. Sementara itu, Razgor diberi kesempatan untuk membela diri dan menjelaskan alasannya melakukan tindakan jahat tersebut.Setelah semua bukti dan kesaksian telah disajikan, Ratu Vivi mempertimbangkan seluruh informasi dan memutuskan hukuman yang pantas untuk Razgor. Mengingat kejahatan serius yang telah dia l

  • Pendekar Pedang Terhebat   158. Trinitas Harmoni

    Zero yang telah melihat banyak pertempuran dan musuh, tidak terkejut oleh serangan bayangan Razgor. Dia telah belajar dari pengalaman masa lalu bagaimana cara menghadapi musuh yang mengandalkan bayangan dan tipu muslihat. Dia tahu bahwa dia harus tetap tenang dan fokus, dan tidak boleh terpancing oleh serangan bayangan Razgor.Saat Razgor menggunakan "Bayangan Menyerang," Zero menggunakan jurus "Cahaya Penyembuh" untuk melindungi dirinya dari serangan bayangan. Cahaya dari pedangnya menerangi area sekitarnya, mengungkap bayangan dan membuatnya lebih mudah untuk dihindari.Ketika Razgor mencoba menggunakan "Bayangan Kembar," Zero menggunakan jurus "Angin Badai" untuk mendorong bayangan itu pergi. Angin kencang dari pedangnya mampu memecah bayangan dan mengungkap posisi sebenarnya dari Razgor.Razgor, yang awalnya merasa yakin dengan kemenangannya, sekarang mulai merasa terpojok. Dia menyadari bahwa Zero bukanlah lawan yang bisa dia remehkan, dan bahwa dia mungkin telah meremehkan kekua

  • Pendekar Pedang Terhebat   157. Pembunuh bayaran

    Setelah mendapatkan Gleaming Scepter, Zero merasa lebih yakin dan siap untuk kembali ke istana dan melaporkan pencapaiannya kepada Ratu yang tak lain istrinya sendiri. Dia juga sangat berterima kasih kepada Tigreal, Eldrakon, dan Arion atas dukungan dan persahabatan mereka selama perjalanan ini.Untuk Tigreal, Eldrakon, dan Arion, mereka memutuskan untuk kembali bersemayam di dalam ketiga pedang yang Zero miliki saat ini. Mereka ingin tetap bersama Zero, membantunya dalam pertempuran dan memberinya petunjuk saat dia membutuhkannya. Zero merasa terharu oleh keputusan mereka dan berjanji untuk selalu menghormati kekuatan mereka. Dia berkata, "Terima kasih, teman-teman. Aku berjanji akan menggunakan kekuatan kita dengan bijaksana dan tentunya akan aku gunakan hanya untuk melindungi semua orang dari kejahatan. Mari kita bersatu untuk menghadapi kejahatan."Dengan perasaan gembira dan penuh harapan, Zero bersiap kembali ke istana, membawa ketiga pedang legendaris bersamanya. Sekarang, deng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status