Share

04. Semua tercengang

"Sebenarnya siapa dia? Apa yang dia inginkan dariku?" Zero menggaruk tengkuk kepalanya karena bingung.

Ternyata Vivi masih berada di sekitar sana dan bersembunyi.

'Apakah dia benar-benar anak Master Odin?' gumam Vivi dalam hati sambil mengintip Zero yang sedang berlatih.

Akhirnya, karena langit mulai terlihat gelap Zero pun kembali ke tempat tinggalnya. Zero merasa sangat senang karena ia akhirnya berhasil menguasai jurus pertama yang ada pada kitab miliknya itu. Hari ini, di akhir latihannya Zero mampu menebaskan pedangnya yang menghasilkan kekuatan hebat. Tebasan pedang itu mampu menebas beberapa batang pohon berukuran sedang.

Setelah Zero selesai membersihkan dirinya, ia berniat mencari keberadaan gurunya. Ia ingin menceritakan hasil latihanya hari ini.

Tak lama kemudian Zero bertemu dengan gurunya di salah satu kedai. Sambil makan malam bersama di kedai kecil, Zero sangat antusias menceritakan pengalamannya hari ini pada Kioda. Kioda awalnya tidak percaya, dan akhirnya ia mengajak Zero untuk menunjukkan hasil latihannya yang tadi. Tapi sayangnya, Zero menolak ajakan gurunya karena tubuhnya masih merasa lelah dan ia juga berniat ingin beristirahat malam ini. Zero berjanji pada gurunya akan menunjukkan hasil latihan mandirinya itu ketika nanti diadakan tanding di aula latihan.

***

Seminggu kemudian Zero mulai terlihat ada perbedaan. Selama satu minggu penuh ini, Zero masih mempelajari jurus pertamanya. Zero tidak mau lanjut ke jurus kedua karena merasa masih belum benar-benar menguasai jurus pertamanya. Karena terkadang Zero masih melakukan gerakan yang salah.

Zero bisa dianggap sebagai anak yang jenius. Karena ia dapat menguasai jurus pertama hanya dalam kurun waktu satu minggu saja. Dan Zero tidak lagi berlatih menggunakan ranting kayu. Zero sempat meminta satu pedang kayu lagi pada gurunya. Kioda juga merasa tercengang saat mendengar Zero yang ternyata ingin berlatih menggunakan dua pedang. Aliran dua pedang adalah keahlian dari ayah Zero. Hal ini membuat Kioda merasa penasaran. Apakah kitab yang Zero miliki itu akan membuat Zero menjadi Pendekar Dua Pedang hebat seperti ayahnya juga?

Kebetulan hari ini adalah hari kembali diadakannya tanding di aula latihan. Tetapi wajah Zero nampak berbeda hari ini. Ada raut wajah senang yang terukir di wajahnya.

Dan di sudut aula, ternyata ada Yuji yang menatap Zero dengan tatapan benci.

'Lihatlah Zero, hari ini aku akan mempermalukanmu seperti biasa!' Yuji sudah memiliki niat akan menjadi lawan Zero hari ini. Ia masih kesal karena teringat kejadian kemarin.

Setelah semua murid selesai melakukan pemanasan, akhirnya acara tanding kembali dilakukan. Beberapa murid mendapat giliran bertanding satu persatu. Dan setelah beberapa menit kemudian, tibalah giliran Yuji yang maju untuk memilih lawannya bertarung hari ini.

"Zero, apakah kau berani melawanku?" Yuji menunjuk Zero seraya menyeringai.

"Hem..., tentu saja aku berani. Apakah kau mau melawanku hari ini?" Zero menjawab dengan ekspresi wajah tersenyum.

"Jangan berlagak sok kuat kau, pecundang! Cepat kemari, aku akan menghajarmu! Cih!" Dengan sombongnya, Yuji seperti biasa meremehkan Zero.

"Baiklah kalau begitu. Kali ini aku tidak akan kalah seperti sebelumnya," ujar Zero seraya berjalan maju membawa dua pedang kayunya.

Dan suara gelak tawa kembali terdengar memenuhi aula mendengar ucapan Zero yang mereka anggap konyol karena tahu bagaimana buruknya kemampuan Zero selama ini.

"Baiklah, apakah kalian berdua siap? Kalau sudah siap, ayo segera mulai. Masih banyak yang ingin bertanding," ujar pelatih.

Dan dari kejauhan, Kioda menunggu apa yang akan dilakukan oleh Zero hari ini. Sebab, Zero berjanji padanya akan menunjukkan hasil latihannya selama satu minggu ini saat tanding di aula latihan.

'Jangan kecewakan aku, Zero.' gumam Kioda

"Siap!" teriak Zero serempak bersama Yuji.

"Mulai!" teriak pelatih.

Siuw..., prak!

Dua pedang kayu akhirnya saling beradu.

Namun semua orang terdiam dan terperangah ketika melihat Zero yang mampu mengimbangi Yuji. Biasanya Zero akan kalah dengan cepat setiap ia melawan Yuji saat bertanding. Bukan hanya melawan Yuji, tapi saat melawan murid lain hasilnya akan sama seperti itu.

Dan yang tak disangka lagi oleh semua orang, bahwa Zero lah yang justru berhasil menyerang Yuji.

"Sialan!" Yuji merasa kesal. Ia pun kembali bangkit dan menyerang Zero. Namun lagi-lagi, tubuh Yuji kembali terpental.

"Hehehe...," Seringai Zero membuat amarah Yuji bertambah.

Zero benar-benar menggunakan jurus pertama yang ia pelajari dengan fasih. Alhasil, berapa kali pun Yuji bangkit ia tidak akan berhasil menyerang Zero.

Sampai akhirnya Zero sedikit merasa lelah.

"Baiklah, akan aku akhiri," ujar Zero.

'Jurus Pertama!' gumam Zero.

Zero menyelesaikan gerakan terakhirnya. Dan gerakan terakhir itu mengeluarkan kekuatan yang sangat kuat. Sampai-sampai pedang kayu milik Yuji patah, dan tubuhnya terpental sangat jauh sampai membentur dinding di ujung aula.

"Argh...!" teriak Yuji kesakitan. Setelah berteriak, Yuji langsung tak sadarkan diri. Sungguh, ini pertama kalinya Zero membuat semua orang benar-benar terdiam.

"Kurang ajar!" teriak Erji.

"Kakak, biarkan aku yang menghajarnya!" Saniji juga marah ketika melihat apa yang dilakukan Zero terhadap Yuji.

"Pemenangnya adalah Zero!" teriak pelatih..

"Pelatih, aku akan menantang Zero!" teriak Saniji.

Semua mata langsung tertuju ke arah Saniji. Menurut peraturan latih tanding, itu sah-sah saja.

"Baiklah. Zero, apakah kau bersedia bertarung lagi?" tanya pelatih itu. Karena kalau Zero tidak bersedia, maka pertarungan tidak dapat dilakukan.

"Hem..., baiklah. Aku bersedia." Dengan santainya Zero menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Satu detik setelah pelatih mengatakan bahwa pertandingan kembali dimulai, Saniji langsung maju menyerang Zero dengan beringas.

Dan ternyata, Zero dapat mengimbangi Saniji.

Zero juga membalas serangan Saniji dan membuat Saniji tersudut.

Sampai akhirnya satu serangan kuat berhasil mengenai Saniji dengan telak.

"Uhuk, uhuk!" Saniji memuntahkan darah dari mulutnya setelah perutnya terkena tebasan pedang kayu..

Biasanya, saat Zero bertanding, aula akan dipenuhi gelak tawa untuk menertawai Zero yang dipukuli oleh lawannya. Namun hari ini, tawa itu tidak terdengar satupun. Mereka semua merasa terkejut menyaksikan kemampuan Zero yang tiba-tiba meningkat drastis.

'Bagus, Zero! Kau tidak membuatku kecewa.' Dari kejauhan Kioda tersenyum dan memuji Zero dalam hati.

Pertandingan belum berakhir karena Saniji belum mau mengaku kalah. Ia pun kembali bangkit dan menyerang Zero.

"Baiklah, akan aku akhiri saja," ujar Zero.

'Jurus Pertama!' gumam Zero.

Zero kembali melakukan gerakan jurus pertamanya. Alhasil, tubuh Saniji mengalami hal yang sama seperti Yuji. Ia terpental dan langsung tak sadarkan diri juga.

"Kurang ajar kau...!" Tanpa aba-aba, Erji langsung maju dan menyerang Zero.

Menurut peraturan latih tanding, Erji telah melanggar peraturan.

Dengan beringasnya pula Erji melampiaskan kemarahannya terhadap Zero.

Namun Zero tidak panik. Ia menghadapi Erji dengan tenang.

Dan kali ini, karena stamina Zero sudah cukup terkuras, Erji berhasil menyerang Zero. Untungnya, serangan itu tidak membuat Zero tumbang. Serangan itu hanya mengenai bahu kiri Zero. Setelah itu Zero bergerak untuk menyerang balik.

'Jurus Pertama!' Zero kembali mengucapkan jurusnya dalam hati.

Setelah itu tubuh Erji juga terpental. Kali ini, sepertinya kekuatan yang Zero kerahkan jauh lebih besar dibanding yang sebelumnya. Sehingga tembok yang dihantam oleh Erji pun sampai jebol. Tubuh Erji terpental sampai ke bagian luar aula.

Namun tiba-tiba tubuh Zero terkulai dan jatuh kelantai karena kehabisan stamina.

'Eh? Apa yang terjadi?' Kioda pun langsung bergegas mendekati Zero.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status