Home / Pendekar / Pendekar Pedang Terhebat / 04. Semua tercengang

Share

04. Semua tercengang

Author: Rendi OP
last update Last Updated: 2023-06-01 12:14:03

"Sebenarnya siapa dia? Apa yang dia inginkan dariku?" Zero menggaruk tengkuk kepalanya karena bingung.

Ternyata Vivi masih berada di sekitar sana dan bersembunyi.

'Apakah dia benar-benar anak Master Odin?' gumam Vivi dalam hati sambil mengintip Zero yang sedang berlatih.

Akhirnya, karena langit mulai terlihat gelap Zero pun kembali ke tempat tinggalnya. Zero merasa sangat senang karena ia akhirnya berhasil menguasai jurus pertama yang ada pada kitab miliknya itu. Hari ini, di akhir latihannya Zero mampu menebaskan pedangnya yang menghasilkan kekuatan hebat. Tebasan pedang itu mampu menebas beberapa batang pohon berukuran sedang.

Setelah Zero selesai membersihkan dirinya, ia berniat mencari keberadaan gurunya. Ia ingin menceritakan hasil latihanya hari ini.

Tak lama kemudian Zero bertemu dengan gurunya di salah satu kedai. Sambil makan malam bersama di kedai kecil, Zero sangat antusias menceritakan pengalamannya hari ini pada Kioda. Kioda awalnya tidak percaya, dan akhirnya ia mengajak Zero untuk menunjukkan hasil latihannya yang tadi. Tapi sayangnya, Zero menolak ajakan gurunya karena tubuhnya masih merasa lelah dan ia juga berniat ingin beristirahat malam ini. Zero berjanji pada gurunya akan menunjukkan hasil latihan mandirinya itu ketika nanti diadakan tanding di aula latihan.

***

Seminggu kemudian Zero mulai terlihat ada perbedaan. Selama satu minggu penuh ini, Zero masih mempelajari jurus pertamanya. Zero tidak mau lanjut ke jurus kedua karena merasa masih belum benar-benar menguasai jurus pertamanya. Karena terkadang Zero masih melakukan gerakan yang salah.

Zero bisa dianggap sebagai anak yang jenius. Karena ia dapat menguasai jurus pertama hanya dalam kurun waktu satu minggu saja. Dan Zero tidak lagi berlatih menggunakan ranting kayu. Zero sempat meminta satu pedang kayu lagi pada gurunya. Kioda juga merasa tercengang saat mendengar Zero yang ternyata ingin berlatih menggunakan dua pedang. Aliran dua pedang adalah keahlian dari ayah Zero. Hal ini membuat Kioda merasa penasaran. Apakah kitab yang Zero miliki itu akan membuat Zero menjadi Pendekar Dua Pedang hebat seperti ayahnya juga?

Kebetulan hari ini adalah hari kembali diadakannya tanding di aula latihan. Tetapi wajah Zero nampak berbeda hari ini. Ada raut wajah senang yang terukir di wajahnya.

Dan di sudut aula, ternyata ada Yuji yang menatap Zero dengan tatapan benci.

'Lihatlah Zero, hari ini aku akan mempermalukanmu seperti biasa!' Yuji sudah memiliki niat akan menjadi lawan Zero hari ini. Ia masih kesal karena teringat kejadian kemarin.

Setelah semua murid selesai melakukan pemanasan, akhirnya acara tanding kembali dilakukan. Beberapa murid mendapat giliran bertanding satu persatu. Dan setelah beberapa menit kemudian, tibalah giliran Yuji yang maju untuk memilih lawannya bertarung hari ini.

"Zero, apakah kau berani melawanku?" Yuji menunjuk Zero seraya menyeringai.

"Hem..., tentu saja aku berani. Apakah kau mau melawanku hari ini?" Zero menjawab dengan ekspresi wajah tersenyum.

"Jangan berlagak sok kuat kau, pecundang! Cepat kemari, aku akan menghajarmu! Cih!" Dengan sombongnya, Yuji seperti biasa meremehkan Zero.

"Baiklah kalau begitu. Kali ini aku tidak akan kalah seperti sebelumnya," ujar Zero seraya berjalan maju membawa dua pedang kayunya.

Dan suara gelak tawa kembali terdengar memenuhi aula mendengar ucapan Zero yang mereka anggap konyol karena tahu bagaimana buruknya kemampuan Zero selama ini.

"Baiklah, apakah kalian berdua siap? Kalau sudah siap, ayo segera mulai. Masih banyak yang ingin bertanding," ujar pelatih.

Dan dari kejauhan, Kioda menunggu apa yang akan dilakukan oleh Zero hari ini. Sebab, Zero berjanji padanya akan menunjukkan hasil latihannya selama satu minggu ini saat tanding di aula latihan.

'Jangan kecewakan aku, Zero.' gumam Kioda

"Siap!" teriak Zero serempak bersama Yuji.

"Mulai!" teriak pelatih.

Siuw..., prak!

Dua pedang kayu akhirnya saling beradu.

Namun semua orang terdiam dan terperangah ketika melihat Zero yang mampu mengimbangi Yuji. Biasanya Zero akan kalah dengan cepat setiap ia melawan Yuji saat bertanding. Bukan hanya melawan Yuji, tapi saat melawan murid lain hasilnya akan sama seperti itu.

Dan yang tak disangka lagi oleh semua orang, bahwa Zero lah yang justru berhasil menyerang Yuji.

"Sialan!" Yuji merasa kesal. Ia pun kembali bangkit dan menyerang Zero. Namun lagi-lagi, tubuh Yuji kembali terpental.

"Hehehe...," Seringai Zero membuat amarah Yuji bertambah.

Zero benar-benar menggunakan jurus pertama yang ia pelajari dengan fasih. Alhasil, berapa kali pun Yuji bangkit ia tidak akan berhasil menyerang Zero.

Sampai akhirnya Zero sedikit merasa lelah.

"Baiklah, akan aku akhiri," ujar Zero.

'Jurus Pertama!' gumam Zero.

Zero menyelesaikan gerakan terakhirnya. Dan gerakan terakhir itu mengeluarkan kekuatan yang sangat kuat. Sampai-sampai pedang kayu milik Yuji patah, dan tubuhnya terpental sangat jauh sampai membentur dinding di ujung aula.

"Argh...!" teriak Yuji kesakitan. Setelah berteriak, Yuji langsung tak sadarkan diri. Sungguh, ini pertama kalinya Zero membuat semua orang benar-benar terdiam.

"Kurang ajar!" teriak Erji.

"Kakak, biarkan aku yang menghajarnya!" Saniji juga marah ketika melihat apa yang dilakukan Zero terhadap Yuji.

"Pemenangnya adalah Zero!" teriak pelatih..

"Pelatih, aku akan menantang Zero!" teriak Saniji.

Semua mata langsung tertuju ke arah Saniji. Menurut peraturan latih tanding, itu sah-sah saja.

"Baiklah. Zero, apakah kau bersedia bertarung lagi?" tanya pelatih itu. Karena kalau Zero tidak bersedia, maka pertarungan tidak dapat dilakukan.

"Hem..., baiklah. Aku bersedia." Dengan santainya Zero menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Satu detik setelah pelatih mengatakan bahwa pertandingan kembali dimulai, Saniji langsung maju menyerang Zero dengan beringas.

Dan ternyata, Zero dapat mengimbangi Saniji.

Zero juga membalas serangan Saniji dan membuat Saniji tersudut.

Sampai akhirnya satu serangan kuat berhasil mengenai Saniji dengan telak.

"Uhuk, uhuk!" Saniji memuntahkan darah dari mulutnya setelah perutnya terkena tebasan pedang kayu..

Biasanya, saat Zero bertanding, aula akan dipenuhi gelak tawa untuk menertawai Zero yang dipukuli oleh lawannya. Namun hari ini, tawa itu tidak terdengar satupun. Mereka semua merasa terkejut menyaksikan kemampuan Zero yang tiba-tiba meningkat drastis.

'Bagus, Zero! Kau tidak membuatku kecewa.' Dari kejauhan Kioda tersenyum dan memuji Zero dalam hati.

Pertandingan belum berakhir karena Saniji belum mau mengaku kalah. Ia pun kembali bangkit dan menyerang Zero.

"Baiklah, akan aku akhiri saja," ujar Zero.

'Jurus Pertama!' gumam Zero.

Zero kembali melakukan gerakan jurus pertamanya. Alhasil, tubuh Saniji mengalami hal yang sama seperti Yuji. Ia terpental dan langsung tak sadarkan diri juga.

"Kurang ajar kau...!" Tanpa aba-aba, Erji langsung maju dan menyerang Zero.

Menurut peraturan latih tanding, Erji telah melanggar peraturan.

Dengan beringasnya pula Erji melampiaskan kemarahannya terhadap Zero.

Namun Zero tidak panik. Ia menghadapi Erji dengan tenang.

Dan kali ini, karena stamina Zero sudah cukup terkuras, Erji berhasil menyerang Zero. Untungnya, serangan itu tidak membuat Zero tumbang. Serangan itu hanya mengenai bahu kiri Zero. Setelah itu Zero bergerak untuk menyerang balik.

'Jurus Pertama!' Zero kembali mengucapkan jurusnya dalam hati.

Setelah itu tubuh Erji juga terpental. Kali ini, sepertinya kekuatan yang Zero kerahkan jauh lebih besar dibanding yang sebelumnya. Sehingga tembok yang dihantam oleh Erji pun sampai jebol. Tubuh Erji terpental sampai ke bagian luar aula.

Namun tiba-tiba tubuh Zero terkulai dan jatuh kelantai karena kehabisan stamina.

'Eh? Apa yang terjadi?' Kioda pun langsung bergegas mendekati Zero.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Terhebat   165. Akhir

    Dengan memusatkan kekuatannya pada telapak tangan, Orion mengumpulkan energinya kemudian ia langsung melancarkan serangan terkuatnya ke arah Thanos. Saat tubuh Thanos yang terkena serangan Orion, tubuhnya langsung hilang menjadi serpihan debu."Sepertinya aku hanya bisa melakukan sebatas ini saja, Zero. Kalau begitu aku akan kembali beristirahat." Orion kemudian kembali masuk ke dalam pedang.Akan tetapi, baru saja Zero merasa senang bahwa satu musuhnya telah berhasil dikalahkan oleh Orion, Raja Kegelapan akhirnya muncul!Suasana jadi terasa lebih mencekam saat sosok Raja Kegelapan hadir di tempat itu. Bahkan, kedua kaki Zero terasa seperti ada tekanan yang beratnya seperti gunung saat merasakan tekanan yang sangat kuat yang sengaja dipancarkan oleh Raja Kegelapan."A-apa ini?" tanya Zero pada dirinya sendiri, dengan posisi wajahnya saat ini menatap ke lantai.Beberapa detik kemudian terdengarlah suara tawa Raja Kegelapan yang menggema. Mendengar suara tawa dari Raja Kegelapan, membuat

  • Pendekar Pedang Terhebat   164. Thanos yang licik

    Saat situasi semakin sulit dan Nino serta Ratu Vivi terluka parah, Zero merasa perlu untuk mengambil tindakan yang tepat untuk menyelamatkan mereka. Setelah mempertimbangkan beberapa opsi, dia memutuskan untuk membawa Nino dan Ratu Vivi ke dalam dimensi lain yang ada pada pedangnya.Dalam dimensi tersebut, Zero dapat memberikan perawatan medis yang lebih baik dan memastikan bahwa Nino dan Ratu Vivi pulih sepenuhnya dari luka-luka mereka. Meskipun memasukkan teman-temannya ke dalam dimensi tersebut memerlukan kekuatan dan energi yang besar, Zero yakin bahwa itu adalah keputusan yang tepat untuk menyelamatkan nyawa mereka. Ketika tinggal Zero dan Panglima perang kegelapan dalam pertempuran, Zero menatap musuhnya dengan tajam dan penuh kemarahan. Dia merasa sangat marah besar karena teman-temannya telah terluka dan musuhnya telah mengancam nyawa Vivi.Zero mengeluarkan suara yang tegas dan penuh keberanian, dia mengatakan, "Kau telah melakukan kesalahan besar dengan mengancam nyawa Istri

  • Pendekar Pedang Terhebat   163. Tak sadarkan diri

    Pertarungan antara Zero, Ratu Vivi, Nino, dan para Orge yang dihidupkan kembali sangat sengit. Para Orge terus menerus menyerang dengan kekuatan dan kecepatan yang luar biasa, membuat pertempuran semakin sulit.Zero menggunakan pedangnya untuk melawan Orge yang menyerang dari jarak dekat, sedangkan Ratu Vivi menggunakan sihirnya untuk memanipulasi elemen dan menyerang dari jarak jauh. Nino juga menggunakan kekuatan Kutukan Klan Kupu-kupu Surga untuk memberikan perlindungan dan kekuatan tambahan kepada teman-temannya.Namun, mereka tidak hanya berjuang melawan para Orge. Mereka juga harus menghadapi Necromancer yang berbahaya. Necromancer itu menggunakan sihir hitam untuk menyerang dan mencoba mengendalikan pikiran mereka.Setelah bertarung dengan gigih, akhirnya mereka berhasil mendekati Necromancer. Akan tetapi, tiba-tiba mereka diserang dari arah lain oleh pasukan kegelapan yang dipimpin oleh seorang panglima perang yang nampak sangat kuat. Terlihat jelas bahwa Panglima perang itu m

  • Pendekar Pedang Terhebat   162. Orge

    Setelah pertempuran yang sengit, Zero, Ratu Vivi, dan Nino berhasil mengalahkan semua musuh yang dikirim oleh Thanos. Namun, ketika mereka sedang bernapas lega dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan mereka, tiba-tiba tanda kutukan Klan Kupu-kupu Surga di tubuh Nino memancarkan cahaya yang sangat terang.Cahaya ini memenuhi seluruh area sekitar dan membuat semua musuh yang tersisa langsung lenyap tanpa bekas. Zero, Ratu Vivi, dan Nino terkejut dengan apa yang terjadi dan terus memandang ke arah cahaya itu.Setelah cahaya redup, Nino berkata, "Apa yang terjadi? Apa itu yang baru saja terjadi?"Zero dan Ratu Vivi melihat ke arah Nino, dan mereka terkejut melihat bahwa tanda kutukan Klan Kupu-kupu Surga telah mengeluarkan kekuatan yang sangat besar dan mematikan.Ratu Vivi berkata, "Itu adalah kekuatan yang luar biasa. Tanda kutukanmu telah memberikan kita perlindungan dan kekuatan yang luar biasa selama perjalanan kita, Nino. Terima kasih."Zero menambahkan, "Tapi kita tetap

  • Pendekar Pedang Terhebat   161. Tanda kutukan

    Nino, yang awalnya merasa terbebani oleh tanda kutukan Klan Kupu-kupu Surga, kini mulai melihatnya sebagai anugrah. Dia menyadari meskipun kutukan ini mungkin memiliki sisi negatif, kekuatan dan bantuan yang telah diberikan oleh kutukan ini telah menjadi berkat bagi mereka semua dalam perjalanan mereka.Dengan senyum di wajahnya, Nino berkata, "Kau benar, Zero. Aku tidak pernah menyangka bahwa kutukan ini akan membantu kita sebanyak ini. Aku merasa bersyukur bahwa kita bisa menggunakannya untuk kebaikan."Ratu Vivi, yang juga merasa terharu oleh perubahan sikap Nino, menambahkan, "Kadang-kadang, kekuatan sejati kita terletak pada kemampuan kita untuk mengatasi rintangan dan menggunakan semua sumber daya yang kita miliki, bahkan jika itu berasal dari tempat yang tidak terduga. Nino, kutukanmu telah membantu kita dalam banyak cara, dan aku yakin kita akan berhasil."Dengan dukungan dan kepercayaan dari Zero dan Ratu Vivi, Nino merasa lebih kuat dan lebih termotivasi untuk melanjutkan pe

  • Pendekar Pedang Terhebat   160. Peta

    Saat mereka dalam perjalanan, Nino tiba-tiba merasa sakit dan jatuh ke tanah. Zero dan Ratu Vivi bergegas ke sampingnya, melihat bahwa tanda kutukan Klan Kupu-kupu Surga di tubuh Nino mulai memancarkan cahaya yang kuat dan tampaknya menyakitinya.Zero, yang tahu sedikit tentang kutukan Klan Kupu-kupu Surga, memahami bahwa ini adalah tanda bahwa kutukan itu mulai aktif. Dia tahu bahwa kutukan ini bisa sangat berbahaya dan mereka harus segera mencari bantuan.Ratu Vivi, yang merasa khawatir tentang keadaan Nino, segera bergegas untuk mencari penyembuh terdekat. Sementara itu, Zero mencoba menenangkan Nino dan meyakinkannya bahwa mereka akan menemukan cara untuk membantu dia.Saat menunggu penyembuh tiba, Zero berusaha sebaik mungkin untuk merawat Nino dan meringankan rasa sakitnya. Ia berdoa dan berharap bahwa Nino akan pulih dan bisa melanjutkan perjalanan mereka.Ketika obat penyembuh tiba, Vivi segera memeriksa Nino dan memastikan bahwa dia bisa mengatasi kutukan Klan Kupu-kupu Surga

  • Pendekar Pedang Terhebat   159. Siapa Dalangnya?

    Setelah Zero membawa Razgor ke istana, dia diserahkan kepada penjaga kerajaan yang akan mengawasinya sementara persiapan pengadilan dilakukan. Ratu Vivi, yang telah diselamatkan oleh tindakan berani Zero, mengucapkan terima kasih kepadanya dan memerintahkan agar pengadilan diadakan secepat mungkin.Pengadilan diadakan di hadapan Ratu Vivi, para pejabat kerajaan, dan warga yang tertarik untuk menyaksikan proses hukum. Razgor dihadapkan dengan tuduhan berencana untuk membunuh Ratu Vivi dan berbagai kejahatan lain yang telah dia lakukan selama masa jabatannya sebagai pemimpin pembunuh bayaran.Selama pengadilan, jaksa menghadirkan bukti dan kesaksian yang menunjukkan kejahatan Razgor. Sementara itu, Razgor diberi kesempatan untuk membela diri dan menjelaskan alasannya melakukan tindakan jahat tersebut.Setelah semua bukti dan kesaksian telah disajikan, Ratu Vivi mempertimbangkan seluruh informasi dan memutuskan hukuman yang pantas untuk Razgor. Mengingat kejahatan serius yang telah dia l

  • Pendekar Pedang Terhebat   158. Trinitas Harmoni

    Zero yang telah melihat banyak pertempuran dan musuh, tidak terkejut oleh serangan bayangan Razgor. Dia telah belajar dari pengalaman masa lalu bagaimana cara menghadapi musuh yang mengandalkan bayangan dan tipu muslihat. Dia tahu bahwa dia harus tetap tenang dan fokus, dan tidak boleh terpancing oleh serangan bayangan Razgor.Saat Razgor menggunakan "Bayangan Menyerang," Zero menggunakan jurus "Cahaya Penyembuh" untuk melindungi dirinya dari serangan bayangan. Cahaya dari pedangnya menerangi area sekitarnya, mengungkap bayangan dan membuatnya lebih mudah untuk dihindari.Ketika Razgor mencoba menggunakan "Bayangan Kembar," Zero menggunakan jurus "Angin Badai" untuk mendorong bayangan itu pergi. Angin kencang dari pedangnya mampu memecah bayangan dan mengungkap posisi sebenarnya dari Razgor.Razgor, yang awalnya merasa yakin dengan kemenangannya, sekarang mulai merasa terpojok. Dia menyadari bahwa Zero bukanlah lawan yang bisa dia remehkan, dan bahwa dia mungkin telah meremehkan kekua

  • Pendekar Pedang Terhebat   157. Pembunuh bayaran

    Setelah mendapatkan Gleaming Scepter, Zero merasa lebih yakin dan siap untuk kembali ke istana dan melaporkan pencapaiannya kepada Ratu yang tak lain istrinya sendiri. Dia juga sangat berterima kasih kepada Tigreal, Eldrakon, dan Arion atas dukungan dan persahabatan mereka selama perjalanan ini.Untuk Tigreal, Eldrakon, dan Arion, mereka memutuskan untuk kembali bersemayam di dalam ketiga pedang yang Zero miliki saat ini. Mereka ingin tetap bersama Zero, membantunya dalam pertempuran dan memberinya petunjuk saat dia membutuhkannya. Zero merasa terharu oleh keputusan mereka dan berjanji untuk selalu menghormati kekuatan mereka. Dia berkata, "Terima kasih, teman-teman. Aku berjanji akan menggunakan kekuatan kita dengan bijaksana dan tentunya akan aku gunakan hanya untuk melindungi semua orang dari kejahatan. Mari kita bersatu untuk menghadapi kejahatan."Dengan perasaan gembira dan penuh harapan, Zero bersiap kembali ke istana, membawa ketiga pedang legendaris bersamanya. Sekarang, deng

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status