Keesokan harinya, Zero kembali sadarkan diri. Ia melihat keadaan sekitar ternyata tubuhnya berada di ruang perawatan. Zero pun mencoba mengingat kejadian terakhir yang ia alami.
'Oh iya, sepertinya kemarin aku pingsan karena kehabisan stamina. Hem..., tapi apakah aku berhasil memenangkan pertarungan kemarin?' gumam Zero."Oh, ternyata kau sudah bangun. Zero, aku membawakanmu sarapan." Suara Kioda membuat lamunan Zero buyar."Eh? Guru...?" Zero bangkit dan memberikan salam pada gurunya. Namun tubuhnya masih terasa lemas."Sudahlah, tubuhmu masih belum pulih seutuhnya. Sebaiknya kau berbaring saja terlebih dahulu. Pulihkan dulu semua tenagamu." Kioda membantu menopang tubuh Zero yang hampir terjatuh."Baik Guru, maafkan aku sudah merepotkanmu. Sekali lagi, aku sangat berterima kasih padamu," ucap Zero."Hey, ini sudah tugasku sebagai seorang Guru untuk membantu muridnya," ujar Kioda.Pagi ini, setelah selesai serapan Zero bersikeras mengatakan kepada gurunya agar diijinkan keluar dari ruang perawatan. Tapi tentu saja di tolak oleh Gurunya. Dan setelah gurunya pamit pergi karena ada urusan lain, Zero menyelesaikan sarapannya kemudian ia memutuskan untuk kabur dari ruang perawatan itu.'Maafkan aku, Guru. Bukan maksudku tidak mematuhimu, aku benar-benar bosan berdiam diri saja di sini,' gumam Zero.Ketika Zero berjalan, di sepanjang perjalanan ia menjadi pusat perhatian. Semua orang yang melihatnya terlihat seperti takut. Itu semua karena Zero dirumorkan melakukan pelatihan terlarang. Padahal, itu semua tidak benar. Zero juga dikatakan telah melakukan kecurangan saat bertanding kemarin, sebab ia menggunakan dua pedang. Padahal, hal itu tidak melanggar peraturan bertanding sedikitpun. Para murid muda di Perguruan Aslah juga tidak banyak yang tahu kalau dulu perguruan mereka terkenal akan Jurus Dua Pedang yang hebat.Setelah tiba di rumahnya, Zero kembali mengambil kitab miliknya. Hari ini, ia berniat untuk melakukan latihan ke tahap selanjutnya. Zero berniat akan mulai mempelajari isi pada lembaran kedua kitabnya. Dan tanpa pikir panjang, Zero membawa kitabnya dan langsung pergi ke pinggir hutan.'Baiklah, sepertinya tenagaku sudah cukup untuk melakukan latihan jurus yang kedua,' gumam Zero.Tak lama kemudian Zero pun tiba di pinggir hutan. Zero bergegas membuka kitab dan kembali membacanya. Setelah dirasa cukup hafal, Zero mencoba mempraktikannya.Dua pedang kayu kembali Zero ayunkan.Dan ternyata, dari kejauhan ada Vivi yang kembali memperhatikan Zero yang tengah berlatih.'Sebenarnya apa yang dibacanya itu? Apakah itu Kitab Berpedang?' gumam Vivi.Vivi juga memperhatikan Zero yang bolak-balik membaca kitab sebelum melakukan gerakan.Hari ini nampaknya Vivi tidak berniat untuk menantang Zero. Vivi hanya ingin melihat bagaimana cara Zero berlatih.Beberapa jam kemudian, tubuh Zero pun terduduk di tanah. Tubuhnya terasa sangat lelah.'Jurus Kedua ini lebih rumit dibandingkan yang pertama. Huft..., sepertinya aku harus berusaha lebih keras lagi untuk yang selanjutnya.' Zero pun bersandar di sebatang pohon rindang dan tanpa sadar tertidur sambil memeluk kitab miliknya.Karena merasa penasaran, Vivi akhirnya diam-diam mendekati Zero. Ia penasaran dengan apa yang Zero peluk.'Benar, ternyata ini adalah sebuah Kitab Berpedang. Tapi..., apa nama kitab itu?' gumam Vivi.Vivi ingin mengambil kitab yang Zero peluk ketika tidur. Namun Vivi terkejut dan langsung pergi ketika Zero bergerak. Ternyata Zero terbangun.'Hampir saja!' gumam Vivi dibalik semak-semak.***Dua hari kemudian, Zero kembali mendapat giliran untuk berbelanja kebutuhan dapur ke pasar. Dan lagi-lagi, Zero kembali dihadang oleh Beiji dan kawanannya."Nah Bocah, kita bertemu lagi. Cepat serahkan koin perakmu!" Beiji dan kawanannya mengepung Zero. Nampaknya mereka tidak jera."Eh? Kalian lagi? Apakah kalian tidak takut jika nanti ada Vivi datang dan menghajar kalian lagi?" tanya Zero."Itu bukan urusanmu! Cepatlah, serahkan koin perakmu, atau kau akan kami hajar!" Ancaman kembali Beiji katakan pada Zero."Coba saja, aku tidak akan pernah memberikan koin perak ini pada kalian. Ini adalah koin perak perguruan kami. Aku diberikan amanah untuk membeli sayuran ke pasar." Zero benar-benar bertanggung jawab dengan pekerjaannya."Sialan kau! Kalau begitu baiklah, ayo, kalian hajar sialan ini!" teriak Beiji.Pedang tajam dikeluarkan dari sarungnya dan ada beberapa orang yang langsung maju untuk menyerang ZeroDan yang membuat kedua alis Beiji berkedut adalah ketika melihat Zero yang langsung membuat beberapa anak buahnya langsung terkapar."Mereka semua memang lemah! Cih!" ucap Beiji. Beiji akhirnya maju.Hanya dalam beberapa puluh detik saja, akhirnya Zero berhasil memukul pergelangan tangan Beiji dan membuat pedang pendek yang Beiji genggam terpelanting.Zero tidak mau membuang kesempatannya. Zero langsung menggunakan kakinya menendang perut Beiji kemudian menyabetkan dua pedang kayunya ke dada Beiji. Alhasil, tubuh Beiji pun langsung terpental."Apa sekarang kau mau menyerah?" tanya Zero.Zero menginjak dada Beiji yang sedang kesakitan."Uhuk, uhuk...! Si-sialan kau!" Namun nampaknya Beiji merasa tidak terima kalau ia dikalahkan oleh Zero.Karena melihat Beiji yang mencoba untuk menyerangnya lagi, Zero pun menginjakkan kakinya ke dada dan juga perut Beiji dengan sangat kuat beberapa kali."Uhuk..., huek!" Perut Beiji terasa mual, dan dadanya pun terasa sesak.Zero tadinya berniat ingin melakukan Jurus keduanya melawan Beiji. Tapi sayang, belum juga Zero menggunakannya, Beiji sudah terlanjur ia kalahkan dengan menggunakan jurus pertamanya."Hem..., mengganggu pekerjaan orang saja." Setelah itu Zero lanjut pergi ke pasar dengan santainya.Dari kejauhan, Vivi lagi-lagi memperhatikan Zero secara diam-diam.'Ternyata dia memang benar-benar Anak dari Koziki Odin. Iya, aku yakin itu,' gumam Vivi.Ketika pada malam harinya, Zero mendapatkan panggilan dari pelatihnya. Ia disuruh datang ke ruangan pelatih. Katanya, ada yang harus mereka bicarakan dan itu sangat penting.'Ada apa ya?' gumam Zero.Dan ketika Zero tiba di ruangan itu, ternyata sudah ada bnyak orang yang menunggunya. Orang-orang itu adalah para petinggi di perguruan Aslah. Dan di sana juga sudah ada Yuji, Erji, dan Saniji.Beberapa saat kemudian, ada juga Kioda yang hadir. Melihat itu, Zero langsung bergegas mendekati Kioda dan bertanya apa yang sedang terjadi di sini."Guru, ada apa ini?" tanya Zero."Hem..., aku memiliki firasat buruk tentang dirimu," jawab gurunya. Jawaban Kioda sukses membuat Zero semakin merasa penasaran.Setelah dua puluh menit sidang ini dimulai, Zero baru tahu kalau dirinya dipanggil dalam persidangan ini untuk diadili. Zero diadili dengan tuduhan melakukan latihan terlarang. Itulah yang dikatakan oleh Pak Hakim."Guru, apakah sidang ini dilakukan karena ulahku kemarin?" tanya Zero pada gurunya. Namun Kioda hanya diam. Kioda bingung harus menjawab apa.Pada sidang yang diadakan malam ini, nampaknya Zero benar-benar disudutkan.'Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku melakukan kesalahan besar?'Dan ternyata, di sidang malam ini Zero akan mendapat hukuman yang setimpal karena dikatakan bahwa Zero telah melakukan pelatihan terlarang. Awalnya Zero sempat membantah tuduhan itu. Bahkan Kioda yang sebagai gurunya pun sudah sekuat tenaga membela dan mengatakan tuduhan itu tidaklah benar. Tapi sayang, orang-orang yang hadir dalam persidangan itu tidak ada yang mau mendengarkan pembelaan Zero dan gurunya.Keputusan akhir dari sidang malam ini memutuskan bahwa Zero dan gurunya harus diusir dari Perguruan Aslah. Sebelumnya Zero sempat diberikan dua pilihan yang sangat sulit. Pilihan pertama, kalau ia memang masih ingin tetap tinggal di perguruan ini, maka ia tidak boleh lagi berlatih berpedang selamanya. Itu tandanya Zero tidak akan pernah meraih mimpinya untuk menjadi pendekar pedang terhebat.Setelah mempertimbangkannya, akhirnya guru Zero memutuskan untuk memilih diusir bersama Zero dari Perguruan Aslah. Dan dengan berat hati Zero harus mengikuti apa yang dikatakan oleh gurunya. Kare
Para bandit yang tengah dihadapi oleh Vivi ternyata berjumlah sepuluh orang. Dan lagi, para bandit itu memiliki tubuh yang terlihat kuat. Sedangkan Vivi, ia hanyalah seorang anak perempuan yang usianya sebaya dengan Zero.Gubrak!Satu orang bandit kembali tersungkur karena bagian perutnya tertusuk oleh pedang kayu dengan sangat kuat.Kioda kagum dengan kehebatan Vivi karena mampu mengalahkan dua orang bandit.Untuk anak seusia Vivi, dapat mengalahkan dua orang dewasa dapat dikatakan sangat hebat.'Boleh juga. Gaya berpedang bocah itu cukup terampil. Padahal ia masih mengunakan pedang kayu. Tapi ia dapat memperkirakan semua arah serangannya pada lawan.'"Ada apa dengan kalian?! Mengalahkan satu bocah saja tidak mampu! Cepat, tangkap dia! Nanti kita jual dia ke tempat penjualan budak!" Pemimpin kawanan bandit itu merasa kesal dengan anak buahnya."Jangan remehkan aku! Kalian para bandit memang harus diberi pelajaran!" Vivi tidak merasa takut sedikitpun.Lima belas menit kemudian, Vivi b
Vivi merasa bimbang. Apakah ia harus memberitahu kepada Kioda tentang identitasnya, atau tidak? Kalau ia beritahukan, apakah Kioda akan memberitahukannya pula kepada Zero?Kalau diperhatikan, penampilan Vivi malam ini sangatlah tertutup. Ia mengenakan pakaian serba hitam dan juga memakai sebuah topeng di wajahnya. Ia benar-benar ingin menyembunyikan identitasnya."Kalau kau ragu untuk memberitahukan siapa namamu, kau tidak perlu mengatakannya. Kalau begitu baiklah, aku akan memanggil muridku untuk membereskan barang-barang ini," ujar Kioda."Tunggu, Master! Bolehkah aku ikut dengan kalian? Aku akan jujur padamu, bahwa orang yang tadi memperhatikan kalian berbenah itu adalah aku." Akhirnya Vivi berkata jujur."Aku sudah tahu. Aku melihat aura pada tubuhmu. Aku tahu kau juga bukan orang jahat. Kalau memang kau ingin ikut dengan kami, ya silahkan saja," jawab Kioda.Vivi merasa senang karena Kioda membolehkannya ikut bersama mereka. Sebenarnya Vivi adalah salah satu penggemar berat Kioda
Melihat Zero yang akan kembali menyerang Vivi, akhirnya Kioda maju dan menahan Zero."Zero, sudahlah. Aku rasa kau sudah berlebihan untuk yang kali ini." Kioda meraih pedang kayu milik Zero dan mengambilnya untuk disimpan."Tapi Guru...," Zero ingin membantah tapi ia takut dengan Kioda lalu ia pun mengurungkannya.Lalu, malam ini Zero terpaksa harus tidur satu tenda bersama gurunya karena ada Vivi yang dipersilahkan untuk ikut beristirahat oleh Kioda bersama mereka malam ini. Hal ini membuat Zero semakin kesal dan timbul rasa sedikit tidak suka dengan kehadiran Vivi. Tapi Zero hanya bisa memendamnya saja dalam hati. Ia benar-benar tidak berani untuk melawan perintah gurunya. Begitu patuhnya Zero atas semua perintah gurunya.***Pagi harinya, mereka bertiga kembali berkemas dan Kioda juga mengatakan kepada Vivi kalau memang ia ingin mengambil beberapa harta milik para bandit semalam, Kioda tidak akan melarangnya. Sebab Vivi sudah berjuang sangat keras tadi malam."Tidak perlu, Master.
Kioda tidak bisa lagi menghindar dari pertarungan ini karena Zero yang dengan gegabah langsung maju dan menyerang kawanan Bandit itu."Jurus Pertama...!" teriak Zero.Tapi kali ini Kioda benar-benar terperangah ketika melihat Zero yang meliuk-liukkan tubuhnya dan terlihat seperti sedang menari dengan pedang. Gerakan yang Zero lakukan bukanlah seperti gerakan seorang pemula. Di setiap gerakan yang Zero lakukan itu, terlihat layaknya Master Pedang. Dan ternyata, Zero benar-benar berhasil mengalahkan lima orang sekaligus."Aku juga bisa!" Vivi tidak mau kalah dan ia pun ikut maju."Baiklah, kalian berhati-hatilah...!" Dengan pasrah, Kioda akhirnya ikut menyerang juga."Rasakan ini! Jurus Pertama!" Lagi-lagi Zero menggunakan jurus pertama yang benar-benar telah ia kuasai.Namun yang tak disangka oleh Zero bahwa ada seseorang yang mampu menahan serangan jurus pertamanya. Sejauh ini, baru kali ini Zero mendapati ada orang yang mampu menahan serangan jurus pertamanya.Pria yang mampu menahan
Zero akhirnya mendapatkan satu pedang sungguhan yang ia rebut dari Gogon. Saat ini Zero yang sedang memegang dua pedang sungguhan mencoba menebaskannya ke arah sebatang pohon yang ukuranya sangat besar dengan menggunakan jurus pertamanya."Jurus Pertama!" ucap Zero.Sring...!Ketika Zero menebaskan pedangnya, pada gerakan terakhir munculah bayangan kepala naga berwarna merah yang terlihat seperti meraung."A-apa itu?" kedua mata Vivi terbelalak."Hah?" Begitu pula dengan Kioda, ia sama terkejutnya seperti Vivi.Saat kekuatan yang dihasilkan oleh tebasan pedang Zero itu menyentuh batang pohon, pohon itu seketika langsung terpotong. Tebasan pedang Zero itu terlihat sangat mudah saat menebas sebatang pohon yang berdiameter sebesar tiga meter itu."Wah...? Aku berhasil! Guru..., Vivi, kalian lihat itu? Aku berhasil melakukannya...! Hahaha...!" Zero berteriak dengan girang ketika merasa berhasil menggunakan jurus pertama yang pertama kalinya menggunakan dua pedang sungguhan. Sayangnya, satu
Pedang milik Zero memiliki rahasia atau kekuatan khusus yang belum terungkap. Berikut adalah beberapa kemungkinan:1. Pedang Hidup: Pedang Zero mungkin lebih dari sekedar benda mati. Mungkin pedang ini memiliki kesadaran sendiri atau semacam kehidupan spiritual di dalamnya yang bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan Zero.2. Pedang Transformasi: Pedang Zero mungkin memiliki kemampuan untuk berubah bentuk atau ukuran, memberinya fleksibilitas dalam pertempuran. Misalnya, pedang ini bisa berubah menjadi tombak, panah, atau bahkan perisai jika diperlukan.3. Pedang Elemen: Pedang Zero mungkin memiliki kekuatan elemen tertentu, seperti api, air, angin, atau petir. Ini bisa memberinya keuntungan dalam pertempuran, tergantung pada situasi atau lawan yang dia hadapi.4. Pedang Penyembuh: Pedang Zero mungkin memiliki kemampuan untuk menyembuhkan atau memulihkan energi. Ini bisa sangat berguna dalam pertempuran yang panjang atau ketika Zero atau teman-temannya terluka.5. Pedang Legendaris
Zero membuka peti itu. Dan kedua mata Zero sangat berbinar setelah melihat isinya. Dalam peti itu terdapat banyak sekali perhiasan emas."Guru, Vivi, lihatlah apa yang aku temukan!" Zero berteriak dengan girang."Yah, kita simpan saja semua barang berharga ini. Tapi sepertinya stok makanan yang mereka miliki tidak terlalu banyak. Terpaksa nanti kita akan berburu hewan di dalam hutan untuk bekal kita ke depannya," jawab Kioda."Guru, aku juga menemukan sesuatu!" Kini gantian Vivi yang berteriak sangat antusias.Ternyata Vivi menemukan satu pedang yang berada di dalam sebuah karung. Pedang itu terlihat dibalut oleh kain sutra berwarna putih. Karena merasa sangat senang, Vivi tanpa sadar langsung langsung meraihnya."Argh...!" Namun Vivi malah berteriak seperti orang yang kesakitan. Setelah itu tatapannya terasa buram."Vivi, ada apa...!" Zero langsung bergegas mendekati Vivi. Begitu pula dengan Kioda.Dan Zero menambah kecepatan berlarinya karena melihat Vivi yang tubuhnya terkulai. Untu