Pendekar Asmara ternyata masih memilik kesombongan tinggi seperti saat masih muda, dia tak mau menyerah begitu saja, seperti kehendak lima pendekar golongan putih ini.
Pertarungan dahsyat pun terjadi, walaupun sudah tua dan sepuh bahkan masih ada sisa-sisa luka dalam di tubuhnya. Tapi Pendekar Asmara tetap tangguh dan sangat kuat, serta tak mudah di kalahkan ke lima pendekar ini.
Saking angkuhnya, Pendekar Asmara sengaja tak menggunakan sebuah pedang bengkok, yang selama ini jadi senjata andalannya. Dia beranggapan, musuh-musuhnya juga melayani dengan tangan kosong, sehingga dia tak perlu gunakan senjata itu.
Pendekar ini percaya diri tinggi, karena dengan tangan kosongpun, justru kehebatannya tak kalah dibandingkan menggunakan senjata pedang bengkok nya.
Kenapa di sebut pedang bengkok, karena ujung pedang itu sedikit bengkok, pedang itu di dapat Pendekar Asmara dari seorang gurunya dulu.
Namun, hukum alam tak bisa di kalahkan, selain factor usia s
Mulai hari itu, Malaki pun menerima gemblengan-gemblengan dari pendekar sakti ini, semua jurus-jurus yang dia pelajari dari kitab milik Pendekar Asmara disempurnakan Pendekar Sapu Jagat, termasuk ilmu-ilmu dari Pendekar Jubah Tengkorak.Pendekar Sapu Jagat juga memberikan petunjuk-petunjuk jurus Menari Di Atas Awan, sehingga kini Malaki malah lebih mahir dari Ki Sunu. Pukulan menari di atas awan pun makin hebat di tangan Malaki.Tanpa segan Pendekar Sapu Jagat memuji Malaki dan bilang bakat yang ia miliki sangat baik, sehingga mudah mempelajari semuanya.Berdasarkan kitab yang di baca milik Pendekar Asmara, jurus menari di atas awan punya turunan lain, yakni jurus Elang mematuk mangsa, serta jurus harimau menerkam mangsa. Kedua jurus ini benar-benar sempurna di latih Malaki di bawah bimbingan Pandekar Sapu Jagat.Kini Malaki bukan lagi remaja kecil yang mudah dikalahkan, tapi telah menjelma seorang remaja yang memiliki kesaktian yang sulit di kalahkan sia
Begitu sampai ke suara yang heboh tadi dan mengintip, Malaki melihat ada sebuah kereta kuda yang lumayan mewah, dan di dekat kereta itu terjadi perkelahian. Agaknya kereta itu sedang di rampok 7 orang, di lihat pakaian mereka yang seperti ahli-ahli silat namun tampangnya berangasan.Ke 7 perampok menghadapi 5 orang yang merupakan para pengawal kereta itu, di atas kereta terlihat seseorang berwajah gendut yang ketakutan melihat para pengawalnya yang kalah jumlah dan sebentar lagi akan habis di babat para perampok ganas ini.Malaki tak mau buru-buru turun tangan, dia terus saja mengintai dan ingin melihat kesudahan dari perkelahian ini. Ini juga pelajaran penting dari gurunya, Pendekar Sapu Jagat, agar Malaki jangan selalu buru-buru turun tangan setiap terlibat masalah.“Ingat…setiap melihat permasalahan, biarkan saja dulu, jangan buru-buru ikut terlibat, bisa saja apa yang kita lihat, hakekatnya berbeda dengan fakta sebenarnya!” pesan Pendekar
Malaki kini mandi di sebuah sungai kecil yang airnya sangat jernih, dia membersihkan tubuh dan giginya dengan akar-akaran tertentu, sehingga giginya tetap bersih putih dan rata. Malaki juga membilas rambut panjangnya dengan daun lidah buaya yang mengeluarkan buih, yang dia petik di hutan tadi.Cukup lama juga Malaki mandi membersihakn seluruh tubuhnya, di tambah lagi airnya sangat jernih dan airnya dingin menyejukan.Malaki bahkan sampai berendam lama sekali sekaligus bersemedhi di dalam air itu, dia sengaja duduk di dekat sebuah batu besar dan duduk bersandar.Lama-lama Malaki makin menikmati bunyi-bunyi burung dan juga gesekan bambu di pinggir sungai tersebut, bak musik yang menenangkan jiwanya.Malaki teringat masa-masa kecilnya yang penuh warna, di asuh suami istri petani Burka dan Tirai sejak bayi merah.Lalu saat berumur 5 tahunan di culik Jambrong dan di bawa ke kampung para perampok, setahunan tinggal di Lembah Bangkirai, Malaki mengikuti g
Malaki kemudian menendang pantat Ki Codet hingga terguling keluar ke halaman rumah makan itu dan melempar potongan lengannya, suasana langsung geger mendengar suara berdebuk dan ada potongan lengan yang di lempar dari dalam rumah makan tersebut.Beberapa centeng yang menjaga arena sabung ayam disebelah rumah makan ini langsung berhamburan dan mendekati Ki Codet, saat melihat rekannya ini mengaduh-aduh kesakitan, karena lengannya sudah putus, beberapa rekannya langsung menotok sana sini, agar darah berhenti mengalir.“Siapa yang gila melakukan ini,” teriak rekan Ki Codet, sambil memandang seluruh pengunjung rumah makan yang juga berhamburan keluar.“Aku yang melakukannya…!” Malaki keluar dari rumah makan itu sambil tersenyum-senyum santuy, seolah-olah nggak ada yang aneh baginya melihat musuhnya kini mengeliat-geliat kesakitan.Lima centeng yang marah langsung mengurung Malaki, tapi pemuda ini tetap tenang-tenang saja.
Keduanya kini duduk di sebuah akar yang menjorok di pinggir sebuah danau yang sangat indah. Jarong menyodorkan sebuah botol arak yang masih baru dan di terima dengan senang hati oleh Malaki.“Malaki, kita sebagai pendekar golongan putih, jangan mencontoh gaya-gaya pendekar golongan hitam yang enteng saja mengambil milik orang lain, kan itu sama dengan merampok!” kata Jarong.“Apa itu pendekar golongan hitam dan putih, aku kurang paham!” kata Malaki polos, Jarong terkaget-kaget, namun dia enggan menertawakan kepolosan Malaki ini. Dugaannya tepat, Malaki pada dasarnya pemuda baik, hanya belum berpengalaman.“Kamu berasal darimana Malaki, kenapa tidak tahu dua istilah ini?” Jarong kini menanya balik, sekedar memancing sekaligu kepo ingin tahu darimana pemuda tampan ini berasal.Merasa bahwa Jarong ini orang baik, dengan jujur Malaki pun menceritakan kalau dia baru saja turun gunung setelah berlatih selama 7 tahun di kaki p
Dengan percaya diri yang tinggi, Malaki sengaja datang tak sembunyi-sembunyi, tapi terang-terangan. Dia menjalankan kudanya dengan santai naik ke lereng bukit itu. Ulahnya itu tentu saja sudah diketahui anak buah Jambrong yang berjaga-jaga di bawah lembah, lalu dengan bunyi rahasia memberi tahu ke atas lembah, kalau ada ‘musuh’ yang datang.Jambrong yang saat itu sedang berkumpul dengan puluhan anak buahnya kaget saat menerima laporan dari penjaganya, kalau Pendekar Tampan Berhati Iblis alias Pendekar Romantis sedang menuju tempat mereka, Jambrong langsung tak enak hati.Sebagai kepala rampok yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia persilatan, dia tentu saja mendengar kemunculan seorang pendekar muda, yang dikatakan sangat kejam terhadap para penjahat baru-baru ini.Anak buahnya sudah menjelaskan secara detil, ciri-ciri orang yang sedang menuju ke perkampungan mereka yang tersembunyi ini.“Sudah pasti, ini pendekar muda yang m
“Diam kamu Jerangkong dan kamu Gambol, kamu tidak tau dia selain berguru padaku juga telah berguru pada Pendekar Sapu Jagat!” cetus Ki Sunu, si Kurus ini langsung kaget, termasuk kawannya yang berperawakan gendut.“Apaaaa…pantesss…!” sahut Jerangkong, sahabat Ki Sunu ini kaget.“Wahhh yang benar Ki Sunu, hmmmm lawan tangguh ini!” sahut kawan Ki Sunu dan berperawakan gendut serta berbaju mirip pertapa dan di panggil Gambol ini, namun dia terlihat tak gentar malah suka.Malaki menatap ketiga orang ini, dia mulai waspada, sebab dia tahu Ki Sunu sendiri sangat tangguh, dia belum tau seberapa tangguh dua kawan si Jubah Tengkorak ini.Kini empat orang ini mulai saling berhadapan, seluruh anak buah Ki Jambrong sudah menyingkir, sebagian ada yang mengangkat rekan-rekannya yang tewas.“Ki Sunu, tunggu apa lagi, kamu langsung lawan muridmu ini, jangan sampai kamu kalah, bikin malu saja!” kata si k
Pertarungan sudah berlangsung sangat lama, yakni lebih dari 2 jam, belum ada kelihatan tanda-tanda siapa yang kalah.Malaki mulai mengeluh dalam hati, tenaganya mulai terkuras banyak, sementara ke tiga musuhnya juga tak terlihat kelelahan.Tiga pentolan golongan hitam ini sangat cerdik, kalau mereka maju satu satu, sama saja dengan bunuh diri. Kini mereka bahkan saling melengkapi, bila Ki Sunu menyerang, maka Ki gambol dan Jerangkong akan melindungi tubuh Ki Sunu dari serangan balasan Malaki. Begitu juga sebaliknya, kalau Ki Gambol dan Jerangkong bergantian menyerang, dua lainnya melindungi rekannya.Malaki tak mungkin dapat menghindarkan diri dari serangan yang bertubi-tubi itu, dia hanya dapat mengelak dan menangkis, melindungi dirinya di bagian-bagian yang berbahaya dan membiarkan bagian-bagian yang dapat menahan pukulan untuk menerima pukulan-pukulan dahsyat dari ketiga lawannya ini.Keadaan Malaki sudah sangat berbahaya, agaknya dalam hitungan menit