Home / Pendekar / Pendekar Romantis / Bab 8: Samut Tertolong Gurunya

Share

Bab 8: Samut Tertolong Gurunya

Author: mrd_bb
last update Last Updated: 2022-03-04 17:54:42

Samut yang kini tinggal sendirian tak punya kesempatan melarikan diri, dia pun melakukan perlawanan sebisanya. Di saat kritis dan tinggal selangkah lagi nyawa Samut akan melayang, Jarong tiba-tiba terjengkang ke belakang, sebuah pukulan jarak jauh membuat dia tak mampu bertahan.

Jarong pun ber salto menghindari serangans susulan, ia tak mau kalah, Jarong membalas serangan yang datang tiba-tiba ini, ia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya menyerang orang yang baru datang itu.

Tapi kembali serangannya bak membentur tembok keras, sampai-sampai tubuh Jarong terlempar hingga terguling-guling ke tanah, tapi Jarong yang sudah sangat marah kembali bangkit dan bersiap melancarkan serangan susulan kembali.

Saat berbalik dan kembali berdiri, Jarong kaget karena tubuh Samut sudah lenyap dan dari kejauhan dia melihat musuh besarnya ini di gendong seseorang yang tak di kenalnya lalu menghilang cepat dalam hutan.

Jarong menahan diri untuk mengejarnya, dia sadar orang yang barusan menolong Samut pasti sangat sakti. Terbukti dia sendiri sampai terguling-guling di tanah, dadanya pun terasa sangat sesak.

“Hmmm…siapa orang yang telah menolong si Samut, tenaga dalamnya sangat kuat,” batin Jarong.

Jarong kini duduk termangu sambil menatap dua mayat anak buah Samut, lama dia seperti itu, lalu berdiri, dan diapun ingat istrinya, Jarong berlari cepat dan balik lagi ke kampung dan dia mendapati rumah kepala kampung sudah penuh dengan warga yang kaget, karena kepala kampung mereka tewas secara mengenaskan, termasuk anaknya Surti dan 5 anak buahnya, istri Ki Barna meraung-raung histeris.

Jarong membatalkan niatnya masuk ke rumah itu, ia tak sanggup melihat jasad istrinya yang tewas secara mengenaskan dan dalam kondisi hamil 7 bulan.

“Aku lalu merantau kembali sejak saat itu, memperdalam ilmu kanuraganku, sambil bertanya-tanya di mana si Samut bersembunyi!” kata Ki Jarong sambil menarik nafas.

Pandekar Pekok ikut menarik nafas panjang, tak menyangka begitu rumit persoalan masalalu sahabat sekaligus rekan seperguruannya ini.

Setelah lama merantau bahkan sempat kenal baik dengan Pendekar Pekok ini, 10 tahunan yang lalu Jarong yang kini sudah berusia 55 tahunan, memutuskan menikah kembali dengan istrinya yang sekarang, lalu membangun padepokan silat di sini dan memiliki murid-murid hingga 50 an orang lebih.

Sayangnya dengan istri keduanya ini, Jarong tak memiliki keturunan, tapi karena terlanjur cinta, Jarong tidak berniat menceraikan ataupun menambah istri baru, karena istri keduanya terbukti mampu mengobati Jarong dari kenangan pahit dengan Surti.

“Dua bulanan yang lalu, Samut yang ku cari-cari selama ini ternyata datang bersama seorang yang sangat tua, orang itu ternyata gurunya yang menolong dia dulu,” kata Ki Jarong.

Padahal Jarong sudah melupakan, tapi tak di cari malah datang sendiri.

Ki Jarong mengisahkan, setelah berdebat dan saling mencaci maki, mereka pun bertarung mati-matian lagi. Ki Jarong meminta semua anak buahnya jangan ikut campur persoalan pribadinya ini, terlebih orangtua yang bersama Samut juga terlihat hanya diam saja menonton Samut dan Ki Jarong bertarung.

Pertarungan Ki Jarong dan Ki Samut benar-benar seimbang, Ki Jarong tak sadar, diam-diam orang tua yang juga guru Ki Samut ini memberi bantuan petunjuk dengan mengirimkan suara-suara tertentu. Padahal Ki Samut mulai terdesak, akibatnya kini terbalik, Ki Jarong yang mulai terdesak, sebab guru Ki Samut tahu kelemahan-kelemahan ilmu silatnya.

Pertarungan kali ini tidak menggunakan senjata, tapi sama-sama tangan kosong, justru dengan tangan kosong, kehebatan keduanya lebih menakutkan.

Sebuah pukulan yang mengandung tenaga dalam dari Ki Samut membuat Ki Jarong terjengkang kebelakang, dia langsung muntahkan darah segar ke tanah. Ketika ingin bangkit, tenaga Ki Jarong se akan lumpuh, dia langsung duduk bersemedhi dan tidak memperdulikan Samut yang kini berdiri tegak di depannya dalam jarak 10 meteran.

“Ha-ha-ha…rasakan pukulan beracunku itu Jarong, dalam jangka waktu paling lama dua bulan, nyawa kamu akan melayang. Aku akan ke sini lagi, selain melihat nyawa busukmu yang kelak di makan cacing tanah, aku juga akan merampas semua harta-harta kamu di padepokan ini!” lalu Ki Samut pun pergi dengan cepat bersama gurunya tersebut.

“Dan hari yang dia janjikan itu besok…!” ucap Ki Jarong lagi.

“Hmmm…baiklah…kita tunggu besok, aku juga penasaran ingin melihat orangnya seperti apa yang bernama Ki Samut itu bersama gurunya yang misterius!” sahut Pandekar Pekok kembali. Inilah yang membuat Ki Jarong lega, dia yakin dengan adanya sahabatnya yang sangat sakti ini, Ki Samut dan gurunya akan kena batunya kelak.

Pendekar Pekok kemudian diberikan sebuah kamar di padepokan itu, tapi dia tidak langsung beristirahat, pendekar muda ini melihat puluhan anak buah Ki Jarong sedang berlatih silat.

Pendekar Pekok yang suka ilmu silat tentu saja ingin melihat para murid sedang berlatih silat di halaman yang luas itu.

Nalini kadang meliriknya, saat melihat pendekar ini hanya menatap latihan puluhan murid Ki Jarong. Pendekar Pekok sadar dia sejak tadi di lirik gadis cantik manis ini, tapi pendekar ini tetap pura-pura tak tahu.

Sejak jalan bersama menuju padepokan ini, Nalini sudah bersimpati pada pendekar ganteng ini, tapi sang pendekar tetap bergaya cool dan sangat sopan.

Dusman mendekati Pendekar Pekok dan tanpa sungkan dia minta petunjuk tentang latihannya.

“Kalian harus lebih rajin berlatih, kulihat gerakan kalian masih sangat lamban!” ucap Pendekar Pekok.

“Tolong beri kami petunjuk bang…!” pinta Dusman. Pendekar ini tersenyum, lalu dia mendekati puluhan murid Ki Jarong di halaman lapang yang luas ini. Kini Pendekar Pekok sudah di kelilingi semua murid-murid Ki Jarong.

“Dusman, kamu maju dan serang aku dengan ilmu-ilmu terbaik kamu, jangan sungkan, gunakan tenaga dalam sampai batas kemampuan kamu!” perintah Pendekar Pekok.

Ia tetap berdiri santai tanpa memasang kuda-kuda, jubahnya melambai di tiup angin yang agak kencang, karena letak padepokan ini adanya di daerah lereng perbukitan, anginnya sangat sejuk dan bikin mata mengantuk.

Dusman yang tau kalau kesaktian pendekar ini sangat tinggi, mematuhi perintah itu, dia lalu menarik nafas kuat dan mulai menyalurkan tenaga dalamnya ke kedua lengannya.

“Hiayaatttt…!” Dusman mulai menyerang, pukulannya sangat cepat dan antep, tapi di mata Pendekar Pekok, masih terlalu lamban, padahal Dusman merupakan murid yang paling tinggi ilmunya dibandingkan murid Ki Jarong lainnya.

Semua murid Ki Jarong yang menyaksikan pertandingan ini berseru kagum melihat kehebatan Dusman yang merupakan murid paling senior ini.

Hanya dengan menggeser sedikit kepalanya, pukulan Dusman yang mengarah ke wajah dan tubuh Pendekar Pekok ini luput semua.

Dusman tentu saja sangat penasaran, padahal ia sudah mengeluarkan seluruh kemampuan tenaga dalam, tapi semuanya ambyar di saat di arahkan ke tubuh pendekar ini.

Dusman lalu menarik nafas, kini kedua tangannya terlihat mengeluarkan asap tipis, tanda seluruh tenaga dalamnya terkumpul di kedua lengannya.

Pendekar Pekok hanya tersenyum melihat hal itu, baginya itu lebih baik, karena ia ingin mengukur, sampai di mana kehebatan Dusman.

Dusman lalu menyerang kembali dengan pukulan bertubi-tubi, tapi anehnya Pendekar Pekok jangankan kena, menggeser kaki saja tidak, melongolah semua murid Ki Jarong menyaksikan kehebatan pendekar ini.

Terlebih-lebih Dusman yang makin lama makin penasaran, karena dia benar-benar sudah mengerahkan kemampuannya hingga 100%, tapi hasilnya tetap tak berubah.

Kini terbukalah mata semua murid-murid Ki Jarong, orang yang berpenampilan perlente ini benar-benar pendekar hebat dan sukar di ukur sampai di mana ilmu silatnya. Padahal Pendekar Pekok belum mengeluarkan pukulan balasan, hanya menghindar saja dengan kecepatan yang luar biasa.

Selama ini mereka sering menyaksikan kehebatan Ki Jarong, guru mereka saat memberikan petunjuk silat.

Tapi ketika menyaksikan langsung gerakan-gerakan ilmu silat Pendekar Pekok ini, semua melongo dan berdecak kagum.

Merasa cukup menghindar, Pendekar Pekok ini tiba-tiba melompat tinggi sekali seakan mau terbang, lalu meluncur ke bawah bak elang mematuk mangsa, semuanya tak sadar bertepuk tangan, saking kagumnya melihat gerakan yang sangat cepat dari pendekar ini.

Ketika Pendekar Pekok dengan kecepatan yang luar biasa turun ke bawah, Dusman sudah goyah, kuda-kudanya bak tersapu angin badai, padahal pukulan langsung belum di arahkan ke tubuhnya…!

*****

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pendekar Romantis   Bab 556: Pernikahan Megah dan Pergantian Kekuasaan

    Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda

  • Pendekar Romantis   Bab 555: Bikin Kaget Ortu dan Dua Adik

    “Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya

  • Pendekar Romantis   Bab 554: Tuntaskan Dendam

    “Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki

  • Pendekar Romantis   Bab 553: Tak Sengaja Bertemu Pembunuh Ibunda

    Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,

  • Pendekar Romantis   Bab 552: Merantau Berdua, Putri Milina Tetap Cemburu!

    Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.

  • Pendekar Romantis   Bab 551: Pengakuan Ki Jarot yang Bikin Putri Milina Cemburu

    “Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status