Mana nih 6 nama lainnya? Kalian serius pengen hibahkan koin kalian ke 4 nama yg udh setor nmr ID mereka ke aku nih? Seriusan? Wehehehe ... Inget, batas akhir kasitau ID kalian cm ampe tgl 13 Juni besok loh! Tinggal sehari lagi, yuk sini kasitau ID akun GN kalian, duhai 6 org yg aku sebutin kmrn ;'))
Gongsun Yihang tertawa ringan. “Aku datang ke sini lebih dulu sebelum kau bahkan tahu di mana letak Negeri Bayangan Timur.”Tatapan mereka saling mengunci. Ada ketegangan yang menggantung—tidak terlihat dari luar, tapi jelas terasa oleh mereka yang sensitif.Sheng Meiyu menggenggam cambuknya. Sima Honglian sudah bersiap dengan Api Phoenix-nya.Hanya Putri Suci yang tetap tenang, meski sorot matanya mengamati segala detail.“Putra Suci, jiwa Tuan Muda Ketiga … keruh. Ada yang salah dengannya.” Putri Suci berbisik lirih di dekat Yao Chen.Dia memiliki kemampuan ‘melihat’ jiwa karena teknik kultivasinya yang berasal dari Peri Cahaya Kuno.Mendengar ucapan Putri Suci, Yao Chen mengangguk.“Kenapa? Apa kau merasakan sesuatu yang aneh dariku, Adik Chen?” ujar Gongsun Yihang sambil melangkah pelan. “Kau curiga aku pernah mencoba mencelakaimu. Tapi aku ingin kau tau satu hal .…”Mendadak, tanah bergetar.“…kau tidak sepenuhnya keliru!”Seketika puluhan bayangan keluar dari balik pepohonan. So
Naga kuno itu memandang lama ke Putri Suci. “Jiwamu paling murni. Itulah kenapa kau paling bisa meredam amarahku, Putri Suci.”“Saya tau Anda sosok bijaksana.” Putri Suci menimpali dengan tidak melupakan senyum manisnya.Yao Chen paling paham, naga kunonya paling susah menolak kecantikan di depan mata. Oleh karena itu, alih-alih mengancamnya menggunakan Tasbih Semesta, kenapa tidak menggunakan cara yang lebih manusiawi?Err … tapi ini Gao Long. Maka … cara nagawi? Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa kaum naga merupakan kaum paling mesum di seantero jagat raya.“Tapi ini bukan sekadar tentang misi. Ini tentang harga diri seekor naga. Aku tidak suka diperintah.” Gao Long menyambung.Raut wajah keras kepalanya masih belum hilang.“Tidak ada yang memerintah Anda,” ujar Putri Suci. “Ini adalah permintaan dari seorang kawan yang sedang mempertaruhkan segalanya.”K
“Aku tak tau,” jawab Yao Chen jujur. “Dia naga yang keras kepala dan sangat selektif. Dia hanya akan bergerak jika ingin saja.”“Saya bisa bantu bicara pada Beliau,” ucap Putri Suci, tersenyum tipis.Yao Chen mengangguk setuju, lalu berdiri dan menatap ke depan. “Kalau begitu, kita bisa mulai setelah ini. Kita terbangkan Gao Long menuju Bayangan Timur. Tapi sebelum itu, kita perlu menyamarkan keberadaan kita.”Dia lalu mengeluarkan beberapa batu formasi dari Tasbih Semesta di tubuhnya. Dalam sekejap, puluhan simbol muncul di udara. Api, angin, dan cahaya membentuk jaring-jaring perlindungan dan penyamaran di sekitar gua.“Formasi Ilusi Lima Lapisan dan Penyekat Langit,” bisik Sima Honglian, pelan.Sebagai orang yang mempelajari formasi, tentu saja Sima Honglian paham. Meski dia tak tau, bagaimana dan dari mana Yao Chen menguasai formasi tingkat tinggi semacam itu.Yao Chen menganggu
“Negeri Bayangan Timur—argh!”Altar meledakkan cahaya. Yao Chen terlempar keluar dari penglihatan masa lalunya, terjatuh di atas lutut. Napasnya memburu, tubuhnya berkeringat deras.Sima Honglian segera memapahnya. “Chen! Kau baik-baik saja?”“Ya.” gumamnya lemah. “Aku melihatnya … Kakak Ketigaku dan juga ayah. Mereka masih hidup. Tapi … ada sesuatu yang menghalanginya. Sesuatu yang sangat gelap.”Sheng Meiyu mendekat. “Kau tadi menyebut ayahmu?”Yao Chen menatap mereka semua dengan sorot mata baru—penuh tekad. “Ayahku juga masih hidup. Mereka berdua berhasil selamat dari kehancuran klan kami … tapi sekarang mereka dalam bahaya. Mereka ditahan atau berada di bawah pengaruh kekuatan iblis.”“Rupanya begitu.” Putri Suci menggumam.“Negeri Bayangan Timur. Aku mendengar suara yang menyebutkan nama itu.” Tak lupa
“Aku berangkat sekarang.” Yao Chen memandang altar di depannya dengan keteguhan sikap.Melangkah mantap, dia menaiki anak tangga batu menuju altar warisan darah. Di sisi altar terdapat batu merah tua sebesar meja bundar, dikelilingi delapan pilar giok berukir simbol kuno. Aura misterius mengalir dari dasar ruang suci itu, seolah menarik setiap helai rambut berdiri.Kepala Biara menatapnya serius. “Altar ini dibangun oleh para leluhur sebagai jembatan antara darah dan takdir. Begitu ritual dimulai, ingatan dan keberadaan kerabat sedarahmu yang masih hidup akan tertarik ke dalam penglihatanmu. Tapi bersiaplah, Tuan Muda … karena ritual ini bisa menunjukkan lebih dari sekadar kebenaran.”Yao Chen mengangguk. “Aku sudah siap.”“Lepaskan beberapa tetes darahmu ke tengah altar dan biarkan jiwamu terbuka.” Kepala biara memberikan instruksi.Tanpa ragu, Yao Chen menggenggam pedangnya, menggores telapak tangannya, dan meneteskan darah ke atas altar.
“Kalian sudah siap?” tanya Yao Chen pagi itu.Ketiga istrinya mengangguk tegas.Garuda Nirwana melesat di langit pagi, membelah kabut tebal dan mendung kelabu yang menggantung di ujung timur benua.Di atas punggungnya yang lebar dan berbulu keemasan, Yao Chen berdiri di depan, matanya tajam menatap cakrawala. Sima Honglian, Sheng Meiyu, dan Putri Suci duduk di belakangnya dalam keheningan penuh kewaspadaan.“Berapa jauh lagi?” tanya Sheng Meiyu, angin dingin meniup rambutnya.Putri Suci membuka gulungan peta kuno yang dijaga erat. “Jika arah kita benar, maka Biara Darah Leluhur terletak di celah Lembah Hitam, di antara dua pegunungan iblis. Tempat itu tersembunyi oleh formasi kabut ilusi. Tak ada yang bisa masuk tanpa izin darah murni atau restu biara.”Yao Chen mengangguk. “Bagus. Semoga mereka belum dikuasai oleh pasukan iblis.”Sima Honglian meletakkan tangannya di bahu Yao Chen. “Apa kau benar-benar yakin saudaramu masih hidup?”Yao Chen terdiam sejenak. “Saat aku mencapai Tingkat