Kasihan sekali nasibmu. Pernikahanmu batal dan impianmu menjadi artis film juga tidak punya harapan. Sungguh menyedihkan. Lebih baik kau balik lagi jadi model yang hanya menghasilkan ratusan ribu itu.” Setelah mengatakan itu, Naomi melajukan mobilnya masuk ke pekerangan mobil.
Ivy sungguh hancur. Pernikahannya gagal dan sekarang karirnya untuk menjadi pemain film, tidak punya harapan lagi. Buliran air mata terus mengalir ke pipinya. Dengan langkah pelan, ia berjalan meninggalkan rumah orang tuanya. Ivy sungguh hancur dengan semua yang ia alami saat ini. Dalam hitungan menit, ia kehilangan semuanya. Saat ini, ia berjalan di pinggir jalan dalam keadaan hancur berkeping-keping. Rasanya untuk mengangkat kakinya saja, terasa begitu sulit tapi ia berusaha melangkah dengan langkah yang membawanya tanpa tujuan. Jiwanya pun serasa berpisah dari tubuhnya. Bahkan Ivy tidak sadar jika dirinya saat ini, berjalan di tengah jalan. Dan tanpa ia sadari, ada mobil putih yang melaju dari belakangnya.
Seorang perempuan yang mengendarai mobil itu, tampak tak bisa mengendalikan mobilnya. Rem yang berusaha ia injak tak berfungsi, dan ia harus menghindar secepatnya agar tidak menabrak perempuan di depannya. Namun Ivy tetap berjalan di tengah yang membuat sang pengendara terpaksa membelokkan stirnya ke sebelah kiri sampai akhirnya jatuh ke jurang. Meski mobil itu menghindar tapi mobil putih itu tetap menabrak Ivy yang mengenai lengan dan kaki kirinya.
****
Seorang pria berlari masuk rumah sakit, menuju ruang operasi. Pria itu adalah Jonathan Graham, CEO terkemuka di seluruh Asia dan sosok pria idaman di Kota Jakarta. Ia datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar dari bawahannya bahwa kekasihnya mengalami kecelakaan tragis.
“Apa yang terjadi pada Tavisa?” tanya Jonathan pada bawahannya yang sejak tadi menunggu, di depan ruang operasi. Dan terlihat jelas dari wajah Jonathan yang begitu khawatir serta panik dengan kondisi tunangannya.
“Nona Tavisa mengalami kecelakaan gara-gara menghindari seorang wanita tuan.”
Jonathan tidak lagi mempedulikan Danny-sang asisten. Ia berdiri sambil menatap pintu ruang operasi itu dengan raut wajahnya yang gelisah dan tidak tenang. Namun tak lama dokter keluar dan Jonathan langsung mendekati dokter itu.
“Bagaimana dengan dia dok?” tanya Jonathan.
Dokter itu membuka maskernya kemudian menghela nafas panjang. Dari wajahnya yang begitu serius, jelas bahwa kondisi Tavisa tidak baik. “Nona Tavisa selamat tapi kondisinya kritis tuan. Kepalanya mengalami benturan yang sangat keras karena itu, pasien mengalami gegar otak parah. Dan kedua kaki pasien pun terluka cukup parah. Dengan kondisinya itu, pasien mengalami koma.”
Jonathan syok karena itu, ia tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tubuhnya tiba-tiba lemas setelah mendengar kondisi kekasihnya. Untung saja, Danny cepat menahan tubuh Jonathan yang nyaris jatuh ke lantai.
“Sebagai dokter. Hanya operasi yang bisa saya lakukan untuk menolong Nona Tavisa. Untuk sekarang, yang perlu kita lakukan hanya berdoa agar Nona Tavisa diberi mukjizat, Tuan.”
Jonathan tidak menanggapi lagi ucapan dokter itu, dan hanya duduk terdiam di sana. Kondisi Tavisa sungguh membuatnya syok sampai ia hanya bisa diam menenangkan dirinya. Bahkan rasanya ia tak sanggup melihat Tavisa.
Satu jam berlalu, Tavisa didorong keluar oleh beberapa perawat untuk dipindahkan ke Kamar ICU, Jonathan buru-buru berdiri lalu memegang tangan Tavisa. Raut wajahnya tampak kasihan melihat kekasihnya terbaring koma dengan bantuan alat-alat medis.
Kondisi Tavisa sungguh memperihatinkan. Tidak ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan bangun dari komanya. Jonathan yang melihat kondisi kekasihnya itu, sangat sedih. Terlebih ia dan Tavisa akan menikah minggu depan, sesuai jadwal yang diberikan sang nenek.
Jonathan kini duduk di samping tempat tidur Tavisa sembari memegang erat tangan Tavisa. “Tavisa, sekarang aku harus bagaimana kalau kamu tidak bangun? Bangunlah sayang. Lalu kita menikah seperti yang kamu inginkan selama ini. Rumah, mobil dan perhiasan sudah aku siapkan untukmu. Pesta pernikahan ala putri bangsawan yang kamu inginkan, pun sudah kupenuhi tapi kalau kamu tidak ada, semua yang kuberikan itu rasanya tidak berarti Tavisa.”
Jelas dari wajah Jonathan yang putus asa dengan kondisi Tavisa. Ditambah masalah pernikahannya yang mendesak. Sungguh, ia tidak tahu harus bagaimana. Jika ia tidak menikah sesuai jadwal yang diberikan sang nenek maka saham milik neneknya itu akan diberikan pada salah satu sepupu Jonathan atau Jonathan harus menikah dengan Amalia-wanita pilihan neneknya. Namun Jonathan tidak ingin menikah dengan Amalia yang tidak ia cintai.
Untuk sesaat, Jonathan menatap Tavisa sebelum kemudian ia keluar dari kamar itu untuk bicara dengan Danny.
“Danny, bagaimana wanita yang ditabrak Tavisa?” tanya Jonathan penasaran.
“Kondisinya tidak parah tuan. Hanya luka di lengan dan kaki. Menurut saksi, wanita itu berdiri di tengah jalan bahkan tidak menghindar ketika Nona Tavisa membunyikan klakson.”
Penjelasan Danny membuat Jonathan mengepal kedua tangannya dengan raut wajahnya yang dingin dan suram. “Berarti gara-gara wanita itu, Tavisa jadi begini. Kalau dia menghindar, Tavisa tidak akan mengalami kecelakaan sampai jatuh ke jurang. Danny, berikan informasi lengkap tentang wanita itu!”
"Memangnya untuk apa Tuan membutuhkan data lengkap mengenai wanita itu?" tanya Danny penasaran.
"Aku membutuhkan wanita itu sebagai istri pengganti tunanganku."
Ivy membuka matanya perlahan-lahan sampai menatap jelas langit-langit di kamar itu. Ia merasakan seseorang tengah duduk di sampingnya hingga dengan kondisi yang masih lemah, Ivy menoleh melihat sosok itu. Seorang pria tampan duduk di sana, menatapnya dengan datar. Ivy tentu terkejut melihat sosok pria tampan itu karena itu baru pertama kali ia melihatnya. “Anda siapa?” “Jonathan Graham.” Ivy pernah mendengar nama pria itu di sebuah berita di TV. Jonathan Graham hanya satu di Indonesia, dan orang itu adalah CEO ternama yang terkenal dengan paras tampannya. Berita tentang paras pria itu memang sungguh nyata. Bukan isapan jempol belaka. Ivy melihatnya secara langsung. Pria itu sungguh gagah ditambah dengan statusnya sebagai pria paling kaya seantero Jakarta, membuat pria itu sempurna. Pantas saja, pria itu terkenal melebihi selebriti. Ternyata auranya memang kuat dan mampu menintimidasi orang yang berhadapan dengannya. Bahkan Ivy yang senang memandang wajah tampan pria itu, tak bisa te
"Nona, persiapkan diri Anda sekarang karena saya akan menjemput Anda untuk melakukan fitting gaun pernikahan Anda nanti," ucap Danny.Tiga hari setelah itu, Danny datang menjemput Ivy di sebuah rumah kontrakan yang disewa Ivy untuk tinggal sementara. Ivy kini berada di mobil yang dikendarai Danny. “Setelah menikah, Anda tidak boleh tinggal di rumah kecil seperti itu Nona.” “Iya aku tahu. Setelah menikah aku harus pindah ke rumah tuanmu. Jadi nggak usah khawatirkan masalah rumah yang kutinggali sekarang.” Danny diam dan hanya fokus menyetir mobilnya. Sekitar dua puluh menit lebih, mereka sampai di sebuah butik ternama di Kota Jakarta. Ivy turun dari mobil dan masuk ke dalam butik, didampingi oleh Danny. Di dalam, banyak pelanggan toko butik tetapi, Ivy tetap disambut baik oleh salah satu pelayan toko di sana. Bahkan Manajer di dalam langsung menyambut mereka dengan sopan, dan langsung mengantar Ivy ke sebuah kamar ganti di mana gaun pengantinnya sudah tersedia untuk dipakai. “Silah
Hari pernikahan tiba. Ivy sudah siap dengan gaun pengantinnya bahkan penjemput pengantin baru saja masuk untuk membawa Ivy keluar menuju tempat pesta. Sampai di sana, hanya ada beberapa orang yang duduk di depan penghulu. Ivy sedikit kaget dan juga penasaran dengan jumlah tamu yang hanya bisa dihitung jari tapi rasa penasarannya seketika menghilang kala ia mengingat bahwa Jonathan hanya menikahinya secara sembunyi tanpa diketahui khalayak umum. Hanya keluarga Jonathan yang tahu mengenai pernikahan mereka. Di depan para tamu duduk, Jonathan berdiri bersama Nyonya Rukmana atau sering dipanggil Nyonya Amma. Beliau adalah nenek Jonathan. Mereka berdua menatap Ivy melangkah masuk pesta pernikahan yang terlihat mewah dengan dekorasi bagaikan putri raja. Sayangnya, tak banyak tamu. Sebenarnya Jonathan mengundang banyak orang untuk datang ke pesta pernikahannya dengan Tavisa karena ingin menunjukkan pada dunia siapa wanita yang ia cintai tapi Tavisa mengalami kecelakaan hingga Jonathan pun me
“Ayo cepat masuk!”Jonathan datang menjemput Ivy di hotel dengan mobil mewahnya. Ivy pikir, setelah pria itu meninggalkannya, tidak akan datang untuk menjemputnya dan mengira akan mengutus Danny lagi. Namun, Ivy tidak menyangka jika Jonathan datang sendiri, bahkan menunggunya di depan hotel sampai dirinya keluar dari sana.“Terima kasih karena sudah datang menjemput saya!” kata Ivy yang sudah duduk di mobil, tepat di samping Jonathan.“Mulai hari ini kau adalah istriku. Ubahlah caramu bicara padaku. Jangan bicara terlalu formal seolah aku adalah atasanmu.” Jonathan tampak kesal dengan Ivy yang tidak bisa membiasakan dirinya bicara santai di depannya. Padahal ia sudah pernah mengingatkan Ivy untuk apa adanya.“Sory, aku selalu lupa kalau aku tidak seharusnya bicara terlalu formal padamu.”Jonathan tidak bicara lagi. Matanya pun kini memandang jalanan luar dibalik jendela. Sementara Ivy malah curi-curi pandang pada Jonathan. Tampang Jonathan yang dingin tak bersahabat, tak membuat Ivy m
"Perlu bantuan?" Ivy menawarkan diri untuk membantu Jonathan yang tengah sibuk memakai dasinya."Kita cuma berdua di sini. Kamu nggak perlu pura-pura menjadi istri yang baik."Ivy tulus ingin membantu Jonathan, tapi Jonathan malah menanggapi negatif maksud baiknya, mengira dirinya hanya pura-pura baik."Aku serius mau bantuin. Bukan karena pura-pura. Tapi kalau kamu nya nggak suka, ya udah." Ivy memilih meninggalkan Jonathan yang masih ada di kamar ganti. Ia menunggu suaminya di luar untuk turun sarapan bersama di bawah.Menit berikutnya, Jonathan keluar dan Ivy yang duduk di sofa, berdiri menghampiri Jonathan.Dengan tersenyum, Ivy merangkul lengan Jonathan. Jonathan langsung menatapnya dengan tajam."Kenapa melihatku seperti mau makan orang begitu? Apa karena kamu nggak suka aku rangkul begini? Bukannya kamu bilang, aku harus menunjukan di depan keluargamu hubungan mesra kita? Jadi istri soleha di depan mereka."Jonathan yang tadinya tak sadar dengan perjanjian mereka, akhirnya mengh
Ivy dan Jonathan sudah keluar dari rumah. Keduanya kini berada di mobil yang dikendarai oleh Danny."Ke mana kita akan pergi?" tanya Ivy yang tak tahu ke mana Jonathan akan membawanya."Besok malam kamu harus menemaniku ke pesta. Jadi hari ini kita akan ke butik untuk mencoba gaun untukmu. Setelah itu, aku akan mengantarmu ke lokasi syuting," jelas Jonathan datar."Lokasi syuting?" Kening Ivy mengerut bingung melihat Jonathan.Jonathan mengulurkan tangannya ke depan kantong kursi belakang yang diduduki Danny. Ia mengambil naskah yang ia simpan di sana. Lalu, naskah itu ia sodorkan pada Ivy. "Ini naskah film untukmu!"Ivy mengambilnya tapi ia masih bingung maksud Jonathan memberikannya naskah film. "Kenapa kamu kasih naskah film? Untuk apa?""Aku sudah janji padamu untuk membuatmu masuk ke dunia entertainment, dan membantumu menjadi artis terkenal seperti yang kamu inginkan."Ivy tidak terlalu fokus mendengarkan Jonathan bicara. Ia malah fokus membaca naskah yang diberikan Jonathan. Iv
Naomi tersenyum miring dengan ekspresi meremehkan Ivy. "Kayaknya kamu benar-benar sudah tidak waras Ivy. Sampai-sampai kau datang kemari dan mengaku sebagai peran utama kedua. Kau tahu, Sutradara Wong sudah punya orang untuk peran utama kedua dan itu jelas bukan kamu.""Nona Ivy!" seru Sutradara Wong yang berjalan menghampiri Ivy.Ivy tersenyum melihat Sutradara Wong. Dengan santainya, Ivy mendorong Naomi ke samping, menyingkirkan Naomi dari pandangannya, dan datang menyapa Sutradara Wong. Ivy pun langsung mengulurkan tangannya di depan Sutradara Wong. "Halo Tuan Wong!"Dengan ramah tanpa mengurangi senyumnya, Sutradara Wong ikut mengulurkan tangannya, berjabat tangan dengan Ivy. "Selamat bergabung Nona Ivy! Senang bertemu Anda dan saya menantikan pertunjukkan Anda."Walaupun Sutradara Wong ramah pada Ivy tapi Sutradara Wong adalah orang yang sangat tegas dan disiplin pada semua aktris dan aktornya. Ivy tahu itu."Saya yang paling senang bisa bekerja sama dengan Tuan Wong. Mohon bantu
Syuting berjalan lancar hingga selesai. Ivy yang memprediksi Naomi akan cari masalah dengannya, ternyata saudara tirinya itu menjadi kalem. Naomi hanya duduk santai di tempatnya jika bukan gilirannya. Namun, Naomi tetap mengabaikannya dan hanya mengobrol baik dengan kru di sana.Setelah pamit pada semua orang, Ivy keluar menunggu taksi di pinggir jalan. Namun, baru saja berdiri di sana, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna putih, berhenti tepat di depannya. Ivy mengerutkan keningnya, heran dan penasaran melihat sosok pria asing keluar dari mobil. Bahkan Ivy kaget ketika pria itu membungkuk hormat di depannya."Selamat sore Nyonya. Saya Edy. Mulai hari ini, saya akan menjadi manajer Anda, juga sekaligus supir pribadi Anda. Apapun yang Anda butuhkan, bisa katakan pada saya. Saya bisa melakukan semua perintah nyonya.""Jonathan yang suruh kamu?" Ivy menebak bahwa yang mengutus orang ini untuk berada disisinya adalah Jonathan tapi ia bertanya karena hanya ingin memastikan tebakannya bena