Share

Bab 2

Kasihan sekali nasibmu. Pernikahanmu batal dan impianmu menjadi artis film juga tidak punya harapan. Sungguh menyedihkan. Lebih baik kau balik lagi jadi model yang hanya menghasilkan ratusan ribu itu.” Setelah mengatakan itu, Naomi melajukan mobilnya masuk ke pekerangan mobil.

Ivy sungguh hancur. Pernikahannya gagal dan sekarang karirnya untuk menjadi pemain film, tidak punya harapan lagi. Buliran air mata terus mengalir ke pipinya. Dengan langkah pelan, ia berjalan meninggalkan rumah orang tuanya. Ivy sungguh hancur dengan semua yang ia alami saat ini. Dalam hitungan menit, ia kehilangan semuanya. Saat ini, ia berjalan di pinggir jalan dalam keadaan hancur berkeping-keping. Rasanya untuk mengangkat kakinya saja, terasa begitu sulit tapi ia berusaha melangkah dengan langkah yang membawanya tanpa tujuan. Jiwanya pun serasa berpisah dari tubuhnya. Bahkan Ivy tidak sadar jika dirinya saat ini, berjalan di tengah jalan. Dan tanpa ia sadari, ada mobil putih yang melaju dari belakangnya.

Seorang perempuan yang mengendarai mobil itu, tampak tak bisa mengendalikan mobilnya. Rem yang berusaha ia injak tak berfungsi, dan ia harus menghindar secepatnya agar tidak menabrak perempuan di depannya. Namun Ivy tetap berjalan di tengah yang membuat sang pengendara terpaksa membelokkan stirnya ke sebelah kiri sampai akhirnya jatuh ke jurang. Meski mobil itu menghindar tapi mobil putih itu tetap menabrak Ivy yang mengenai lengan dan kaki kirinya.

****

Seorang pria berlari masuk rumah sakit, menuju ruang operasi. Pria itu adalah Jonathan Graham, CEO terkemuka di seluruh Asia dan sosok pria idaman di Kota Jakarta. Ia datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar dari bawahannya bahwa kekasihnya mengalami kecelakaan tragis.

“Apa yang terjadi pada Tavisa?” tanya Jonathan pada bawahannya yang sejak tadi menunggu, di depan ruang operasi. Dan terlihat jelas dari wajah Jonathan yang begitu khawatir serta panik dengan kondisi tunangannya.

“Nona Tavisa mengalami kecelakaan gara-gara menghindari seorang wanita tuan.”

Jonathan tidak lagi mempedulikan Danny-sang asisten. Ia berdiri sambil menatap pintu ruang operasi itu dengan raut wajahnya yang gelisah dan tidak tenang. Namun tak lama dokter keluar dan Jonathan langsung mendekati dokter itu.

“Bagaimana dengan dia dok?” tanya Jonathan.

Dokter itu membuka maskernya kemudian menghela nafas panjang. Dari wajahnya yang begitu serius, jelas bahwa kondisi Tavisa tidak baik. “Nona Tavisa selamat tapi kondisinya kritis tuan. Kepalanya mengalami benturan yang sangat keras karena itu, pasien mengalami gegar otak parah. Dan kedua kaki pasien pun terluka cukup parah. Dengan kondisinya itu, pasien mengalami koma.”

Jonathan syok karena itu, ia tak bisa berkata apa-apa. Bahkan tubuhnya tiba-tiba lemas setelah mendengar kondisi kekasihnya. Untung saja, Danny cepat menahan tubuh Jonathan yang nyaris jatuh ke lantai.

“Sebagai dokter. Hanya operasi yang bisa saya lakukan untuk menolong Nona Tavisa. Untuk sekarang, yang perlu kita lakukan hanya berdoa agar Nona Tavisa diberi mukjizat, Tuan.”

Jonathan tidak menanggapi lagi ucapan dokter itu, dan hanya duduk terdiam di sana. Kondisi Tavisa sungguh membuatnya syok sampai ia hanya bisa diam menenangkan dirinya.  Bahkan rasanya ia tak sanggup melihat Tavisa.

Satu jam berlalu, Tavisa didorong keluar oleh beberapa perawat untuk dipindahkan ke Kamar ICU, Jonathan buru-buru berdiri lalu memegang tangan Tavisa. Raut wajahnya tampak kasihan melihat kekasihnya terbaring koma dengan bantuan alat-alat medis.

Kondisi Tavisa sungguh memperihatinkan. Tidak ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan bangun dari komanya. Jonathan yang melihat kondisi kekasihnya itu, sangat sedih. Terlebih ia dan Tavisa akan menikah minggu depan, sesuai jadwal yang diberikan sang nenek.

Jonathan kini duduk di samping tempat tidur Tavisa sembari memegang erat tangan Tavisa. “Tavisa, sekarang aku harus bagaimana kalau kamu tidak bangun? Bangunlah sayang. Lalu kita menikah seperti yang kamu inginkan selama ini. Rumah, mobil dan perhiasan sudah aku siapkan untukmu. Pesta pernikahan ala putri bangsawan yang kamu inginkan, pun sudah kupenuhi tapi kalau kamu tidak ada, semua yang kuberikan itu rasanya tidak berarti Tavisa.”

Jelas dari wajah Jonathan yang putus asa dengan kondisi Tavisa. Ditambah masalah pernikahannya yang mendesak. Sungguh, ia tidak tahu harus bagaimana. Jika ia tidak menikah sesuai jadwal yang diberikan sang nenek maka saham milik neneknya itu akan diberikan pada salah satu sepupu Jonathan atau Jonathan harus menikah dengan Amalia-wanita pilihan neneknya. Namun Jonathan tidak ingin menikah dengan Amalia yang tidak ia cintai.

Untuk sesaat, Jonathan menatap Tavisa sebelum kemudian ia keluar dari kamar itu untuk bicara dengan Danny.

“Danny, bagaimana wanita yang ditabrak Tavisa?” tanya Jonathan penasaran.

“Kondisinya tidak parah tuan. Hanya luka di lengan dan kaki. Menurut saksi, wanita itu berdiri di tengah jalan bahkan tidak menghindar ketika Nona Tavisa membunyikan klakson.”

Penjelasan Danny membuat Jonathan mengepal kedua tangannya dengan raut wajahnya yang dingin dan suram. “Berarti gara-gara wanita itu, Tavisa jadi begini. Kalau dia menghindar, Tavisa tidak akan mengalami kecelakaan sampai jatuh ke jurang. Danny, berikan informasi lengkap tentang wanita itu!”

"Memangnya untuk apa Tuan membutuhkan data lengkap mengenai wanita itu?" tanya Danny penasaran.

"Aku membutuhkan wanita itu sebagai istri pengganti tunanganku."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status