Share

Pengantin Bayaran CEO Ternama
Pengantin Bayaran CEO Ternama
Penulis: Dewi Mutia

Bab 1

“Berkat kamu, kita akhirnya mendapatkan semuanya, sayang. Tapi apa kamu tidak menyesal pernikahanmu dengan Ivy harus gagal?”

“Tidak. Mana mungkin aku menyesal. Kamu wanita terbaik yang pernah kutemui. Sedangkan Ivy, wanita lugu yang gampang dibodohi. Aku mana mau hidup bersama dengan wanita seperti itu," ucap Reno dengan senyuman miring meremehkan Ivy.

Beberapa saat lalu, Reno meninggalkan Ivy di pesta pernikahan mereka, dan malah mendatangi ibu tiri Ivy di rumah.

Ivy pun tahu bahwa tunangannya itu sedang bersama dengan ibu tirinya hingga Ivy datang ke rumah menangkap perselingkuhan mereka. Bahkan Ivy kini berdiri mendengar obrolan mereka, dan itu sungguh menyakiti hatinya. Dengan penuh amarah, ia mendorong keras pintu kamar itu hingga mengejutkan Nyonya Sukma dan Reno yang tengah berbaring telanjang.

Bagai disambar petir. Ivy terdiam dengan tubuh kaku menatap mereka yang buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka.

“Ivy! Kau di sini?” Reno terkejut karena tidak menyangka bahwa Ivy masuk ke kamar itu dan melihat semuanya. Padahal ia tahu bahwa Ivy tidak akan datang memergokinya. Ia sudah punya rencana untuk Ivy agar terlihat bahwa Ivy lah yang berselingkuh hingga ia punya alasan jika ditanya kenapa tidak muncul di pesta pernikahannya sendiri.

“Ternyata alasanmu tidak muncul karena ini. Aku benar-benar tidak menyangka kalau kau seburuk ini. Harusnya aku percaya pada Olivia. Bodohnya aku lebih percaya padamu.” Tubuh Ivy bergetar bahkan ia tidak bisa mengendalikan matanya untuk mengeluarkan air matanya.

Reno dan Nyonya Sukma masih sempat-sempatnya memakai pakaian mereka. Dan setelah itu, Reno berdiri dan melangkah mendekati Ivy yang seketika menjauhkan dirinya dari Reno.

“Jangan mendekat Reno!” teriak Ivy dengan penuh amarah.

Nyonya Sukma ikut beranjak dari tempatnya kemudian berjalan mendekati Ivy dan Reno. Dengan angkuhnya, ia melipat kedua tangannya di bawah dadanya sembari menatap Ivy dengan pandangan sinis. “Kamu tahu, sebelum bersamamu, Reno sudah bersama mama lebih dulu, jadi hubungan kami bisa dikatakan hubungan yang suci, bukan pengkhianatan seperti yang kamu pikirkan sekarang. Kalau kamu menuduh mama yang telah mengambil tunanganmu, kamu salah Ivy karena mama lah yang menyuruh Reno untuk datang padamu. Mama tidak merebutnya darimu.”

Ivy tercengan mendengar ucapan ibu tirinya. Bahkan karena itu, hatinya semakin sakit dan dadanya semakin sesak setelah mendengar semua ucapan ibu tirinya itu. Rasanya ia tidak sanggup untuk bicara lagi karena sakit hatinya tapi ia tidak bisa menahan sesuatu yang ingin ia sampaikan pada ibunya. “Selama ini aku selalu menganggap mama keluargaku, selalu menganggap mama, ibuku sendiri dan aku selalu menghormati mama, menghargai mama tapi aku tidak menyangka kalau mama melakukan semua ini padaku.”

Air mata terus mengalir deras, membasahi pipinya. Meski selama ini ia selalu mendapat perlakuan buruk dari ibu tirinya yang sering memukul dan setiap hari menghinanya, mengatakan kata kasar yang tidak pantas, tapi Ivy tetap menghormati wanita itu karena mengingat bahwa wanita itu adalah wanita yang dinikahi ayahnya sepuluh tahun lalu. Ivy yang kehilangan ibu kandungnya ketika masih berumur sepuluh tahun, menerima uluran tangan wanita itu sebagai pengganti ibu kandungnya meski sebenarnya tidak bisa menggantikan posisi ibu kandungnya dihatinya. Namun sekarang, wanita yang ia hormati itu, malah berhubungan dengan kekasihnya.

“Menganggapku keluarga?” Nyonya Sukma tertawa sinis, menertawakan kalimat Ivy yang ia anggap sebagai lelucon untuknya. “jangan bodoh Ivy! Mama ini hanya wanita yang menikah dengan ayahmu. Mama bukan ibu kandungmu dan kamu bukan anakku. Bagi mama, kamu itu orang lain. Anakku hanya Naomi. Paham!”

Ivy tak bisa berkata-kata setelah mendengar ucapan ibu tirinya yang ternyata menganggapnya orang lain.

“Ngomong-ngomong, rumah ini sudah menjadi milikku. Surat rumahnya sudah berubah menjadi atas namaku jadi rasanya tidak pantas kalau kau berada di rumah ini.”

Ivy kaget mendengar itu sampai ia terdiam menatap ibu tirinya, sedangkan Nyonya Sukma tidak ingin melihat Ivy di sana sehingga ia menarik rambut Ivy kemudian menyeretnya keluar dari rumah itu.

“Ma, lepaskan Ma! Lepas, sakit Ma!”

Nyonya Sukma mendorong keras tubuh Ivy hingga jatuh tersungkur di depan pintu rumahnya. Bahkan kakinya terluka karena hal itu tapi Ivy tetap berusaha untuk berdiri.

“Pergi dari sini!” teriak Nyonya Sukma.

“Kenapa aku harus keluar dari rumah ini? Ini adalah rumah peninggalan papaku! Yang harus pergi dari rumah ini adalah mama dan kamu, Reno.” Ivy tidak mau kalah dari ibu tirinya. Ia meninggikan suaranya dengan raut wajahnya yang marah pada Reno dan ibu tirinya.

“Apa kau tidak dengar yang kukatakan tadi? Rumah ini sudah menjadi milikku. Bahkan semua warisan ayahmu sudah aku jual untuk masa depan Naomi yang sebentar lagi akan jadi bintang film terkenal milikku.”

“Kenapa mama menjualnya? Warisan itu milikku!” kata Ivy tidak terima.

“Memang apa peduliku? Aku sudah menjualnya, tentu saja sudah menjadi milikku. Dan kau tidak punya hak untuk protes karena ayahmu yang bodoh itu, yang memberikannya sendiri padaku.” Mendiang ayah Ivy mempercayakan asetnya pada Nyonya Sukma semata-mata untuk dipergunakan Ivy suatu hari nanti ketika Ivy sudah lulus kuliah tapi Nyonya Sukma yang serakah, malah menjual asset itu demi kepentingannya sendiri, juga demi karir Naomi-putrinya.

Ivy tak mampu berkata-kata karena keterkejutannya mendengar semua warisan miliknya dijual oleh ibu tirinya, bahkan rumah ini berpindah tangan ke tangan Nyonya Sukma. Jantung Ivy begitu sesak dan nyeri dengan semua yang dilakukan ibu tirinya.

“Ivy, kau tidak punya hak lagi untuk tinggal di sini. Kalau kau tidak mau aku menyuruh orang-orangku memukulmu lalu menyeretmu dari sini, pergilah sekarang!”

Ivy masih terdiam di tempatnya hingga Nyonya Sukma memberi kode pada salah satu penjaga rumah yang selalu berjaga di sana untuk menyeret Ivy pergi dari sana. Penjaga itu segera menyeret Ivy menjauh dari Nyonya Sukma.

“Lepaskan!” Ivy berteriak sembari meronta-ronta karena tidak terima dirinya diusir dari rumah mendiang orang tuanya. Di saat yang sama, mobil Naomi masuk dan kakak tiri Ivy itu, menghentikan mobilnya lalu mengeluarkan jendela kaca mobilnya. Senyuman sinis pun muncul melihat Ivy berdiri di depan pagar rumahnya.

“Ivy, kau tahu. Hari ini aku mendapat peran Putri Terakhir yang kau inginkan dan kau tidak mendapat peran apa-apa dari Sutradara Wong."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status