“Berkat kamu, kita akhirnya mendapatkan semuanya, sayang. Tapi apa kamu tidak menyesal pernikahanmu dengan Ivy harus gagal?”
“Tidak. Mana mungkin aku menyesal. Kamu wanita terbaik yang pernah kutemui. Sedangkan Ivy, wanita lugu yang gampang dibodohi. Aku mana mau hidup bersama dengan wanita seperti itu," ucap Reno dengan senyuman miring meremehkan Ivy.
Beberapa saat lalu, Reno meninggalkan Ivy di pesta pernikahan mereka, dan malah mendatangi ibu tiri Ivy di rumah.
Ivy pun tahu bahwa tunangannya itu sedang bersama dengan ibu tirinya hingga Ivy datang ke rumah menangkap perselingkuhan mereka. Bahkan Ivy kini berdiri mendengar obrolan mereka, dan itu sungguh menyakiti hatinya. Dengan penuh amarah, ia mendorong keras pintu kamar itu hingga mengejutkan Nyonya Sukma dan Reno yang tengah berbaring telanjang.
Bagai disambar petir. Ivy terdiam dengan tubuh kaku menatap mereka yang buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang mereka.
“Ivy! Kau di sini?” Reno terkejut karena tidak menyangka bahwa Ivy masuk ke kamar itu dan melihat semuanya. Padahal ia tahu bahwa Ivy tidak akan datang memergokinya. Ia sudah punya rencana untuk Ivy agar terlihat bahwa Ivy lah yang berselingkuh hingga ia punya alasan jika ditanya kenapa tidak muncul di pesta pernikahannya sendiri.
“Ternyata alasanmu tidak muncul karena ini. Aku benar-benar tidak menyangka kalau kau seburuk ini. Harusnya aku percaya pada Olivia. Bodohnya aku lebih percaya padamu.” Tubuh Ivy bergetar bahkan ia tidak bisa mengendalikan matanya untuk mengeluarkan air matanya.
Reno dan Nyonya Sukma masih sempat-sempatnya memakai pakaian mereka. Dan setelah itu, Reno berdiri dan melangkah mendekati Ivy yang seketika menjauhkan dirinya dari Reno.
“Jangan mendekat Reno!” teriak Ivy dengan penuh amarah.
Nyonya Sukma ikut beranjak dari tempatnya kemudian berjalan mendekati Ivy dan Reno. Dengan angkuhnya, ia melipat kedua tangannya di bawah dadanya sembari menatap Ivy dengan pandangan sinis. “Kamu tahu, sebelum bersamamu, Reno sudah bersama mama lebih dulu, jadi hubungan kami bisa dikatakan hubungan yang suci, bukan pengkhianatan seperti yang kamu pikirkan sekarang. Kalau kamu menuduh mama yang telah mengambil tunanganmu, kamu salah Ivy karena mama lah yang menyuruh Reno untuk datang padamu. Mama tidak merebutnya darimu.”
Ivy tercengan mendengar ucapan ibu tirinya. Bahkan karena itu, hatinya semakin sakit dan dadanya semakin sesak setelah mendengar semua ucapan ibu tirinya itu. Rasanya ia tidak sanggup untuk bicara lagi karena sakit hatinya tapi ia tidak bisa menahan sesuatu yang ingin ia sampaikan pada ibunya. “Selama ini aku selalu menganggap mama keluargaku, selalu menganggap mama, ibuku sendiri dan aku selalu menghormati mama, menghargai mama tapi aku tidak menyangka kalau mama melakukan semua ini padaku.”
Air mata terus mengalir deras, membasahi pipinya. Meski selama ini ia selalu mendapat perlakuan buruk dari ibu tirinya yang sering memukul dan setiap hari menghinanya, mengatakan kata kasar yang tidak pantas, tapi Ivy tetap menghormati wanita itu karena mengingat bahwa wanita itu adalah wanita yang dinikahi ayahnya sepuluh tahun lalu. Ivy yang kehilangan ibu kandungnya ketika masih berumur sepuluh tahun, menerima uluran tangan wanita itu sebagai pengganti ibu kandungnya meski sebenarnya tidak bisa menggantikan posisi ibu kandungnya dihatinya. Namun sekarang, wanita yang ia hormati itu, malah berhubungan dengan kekasihnya.
“Menganggapku keluarga?” Nyonya Sukma tertawa sinis, menertawakan kalimat Ivy yang ia anggap sebagai lelucon untuknya. “jangan bodoh Ivy! Mama ini hanya wanita yang menikah dengan ayahmu. Mama bukan ibu kandungmu dan kamu bukan anakku. Bagi mama, kamu itu orang lain. Anakku hanya Naomi. Paham!”
Ivy tak bisa berkata-kata setelah mendengar ucapan ibu tirinya yang ternyata menganggapnya orang lain.
“Ngomong-ngomong, rumah ini sudah menjadi milikku. Surat rumahnya sudah berubah menjadi atas namaku jadi rasanya tidak pantas kalau kau berada di rumah ini.”
Ivy kaget mendengar itu sampai ia terdiam menatap ibu tirinya, sedangkan Nyonya Sukma tidak ingin melihat Ivy di sana sehingga ia menarik rambut Ivy kemudian menyeretnya keluar dari rumah itu.
“Ma, lepaskan Ma! Lepas, sakit Ma!”
Nyonya Sukma mendorong keras tubuh Ivy hingga jatuh tersungkur di depan pintu rumahnya. Bahkan kakinya terluka karena hal itu tapi Ivy tetap berusaha untuk berdiri.
“Pergi dari sini!” teriak Nyonya Sukma.
“Kenapa aku harus keluar dari rumah ini? Ini adalah rumah peninggalan papaku! Yang harus pergi dari rumah ini adalah mama dan kamu, Reno.” Ivy tidak mau kalah dari ibu tirinya. Ia meninggikan suaranya dengan raut wajahnya yang marah pada Reno dan ibu tirinya.
“Apa kau tidak dengar yang kukatakan tadi? Rumah ini sudah menjadi milikku. Bahkan semua warisan ayahmu sudah aku jual untuk masa depan Naomi yang sebentar lagi akan jadi bintang film terkenal milikku.”
“Kenapa mama menjualnya? Warisan itu milikku!” kata Ivy tidak terima.
“Memang apa peduliku? Aku sudah menjualnya, tentu saja sudah menjadi milikku. Dan kau tidak punya hak untuk protes karena ayahmu yang bodoh itu, yang memberikannya sendiri padaku.” Mendiang ayah Ivy mempercayakan asetnya pada Nyonya Sukma semata-mata untuk dipergunakan Ivy suatu hari nanti ketika Ivy sudah lulus kuliah tapi Nyonya Sukma yang serakah, malah menjual asset itu demi kepentingannya sendiri, juga demi karir Naomi-putrinya.
Ivy tak mampu berkata-kata karena keterkejutannya mendengar semua warisan miliknya dijual oleh ibu tirinya, bahkan rumah ini berpindah tangan ke tangan Nyonya Sukma. Jantung Ivy begitu sesak dan nyeri dengan semua yang dilakukan ibu tirinya.
“Ivy, kau tidak punya hak lagi untuk tinggal di sini. Kalau kau tidak mau aku menyuruh orang-orangku memukulmu lalu menyeretmu dari sini, pergilah sekarang!”
Ivy masih terdiam di tempatnya hingga Nyonya Sukma memberi kode pada salah satu penjaga rumah yang selalu berjaga di sana untuk menyeret Ivy pergi dari sana. Penjaga itu segera menyeret Ivy menjauh dari Nyonya Sukma.
“Lepaskan!” Ivy berteriak sembari meronta-ronta karena tidak terima dirinya diusir dari rumah mendiang orang tuanya. Di saat yang sama, mobil Naomi masuk dan kakak tiri Ivy itu, menghentikan mobilnya lalu mengeluarkan jendela kaca mobilnya. Senyuman sinis pun muncul melihat Ivy berdiri di depan pagar rumahnya.
“Ivy, kau tahu. Hari ini aku mendapat peran Putri Terakhir yang kau inginkan dan kau tidak mendapat peran apa-apa dari Sutradara Wong."
Kasihan sekali nasibmu. Pernikahanmu batal dan impianmu menjadi artis film juga tidak punya harapan. Sungguh menyedihkan. Lebih baik kau balik lagi jadi model yang hanya menghasilkan ratusan ribu itu.” Setelah mengatakan itu, Naomi melajukan mobilnya masuk ke pekerangan mobil.Ivy sungguh hancur. Pernikahannya gagal dan sekarang karirnya untuk menjadi pemain film, tidak punya harapan lagi. Buliran air mata terus mengalir ke pipinya. Dengan langkah pelan, ia berjalan meninggalkan rumah orang tuanya. Ivy sungguh hancur dengan semua yang ia alami saat ini. Dalam hitungan menit, ia kehilangan semuanya. Saat ini, ia berjalan di pinggir jalan dalam keadaan hancur berkeping-keping. Rasanya untuk mengangkat kakinya saja, terasa begitu sulit tapi ia berusaha melangkah dengan langkah yang membawanya tanpa tujuan. Jiwanya pun serasa berpisah dari tubuhnya. Bahkan Ivy tidak sadar jika dirinya saat ini, berjalan di tengah jalan. Dan tanpa ia sadari, ada mobil putih yang melaju dari belakangnya.Se
Ivy membuka matanya perlahan-lahan sampai menatap jelas langit-langit di kamar itu. Ia merasakan seseorang tengah duduk di sampingnya hingga dengan kondisi yang masih lemah, Ivy menoleh melihat sosok itu. Seorang pria tampan duduk di sana, menatapnya dengan datar. Ivy tentu terkejut melihat sosok pria tampan itu karena itu baru pertama kali ia melihatnya. “Anda siapa?” “Jonathan Graham.” Ivy pernah mendengar nama pria itu di sebuah berita di TV. Jonathan Graham hanya satu di Indonesia, dan orang itu adalah CEO ternama yang terkenal dengan paras tampannya. Berita tentang paras pria itu memang sungguh nyata. Bukan isapan jempol belaka. Ivy melihatnya secara langsung. Pria itu sungguh gagah ditambah dengan statusnya sebagai pria paling kaya seantero Jakarta, membuat pria itu sempurna. Pantas saja, pria itu terkenal melebihi selebriti. Ternyata auranya memang kuat dan mampu menintimidasi orang yang berhadapan dengannya. Bahkan Ivy yang senang memandang wajah tampan pria itu, tak bisa te
"Nona, persiapkan diri Anda sekarang karena saya akan menjemput Anda untuk melakukan fitting gaun pernikahan Anda nanti," ucap Danny.Tiga hari setelah itu, Danny datang menjemput Ivy di sebuah rumah kontrakan yang disewa Ivy untuk tinggal sementara. Ivy kini berada di mobil yang dikendarai Danny. “Setelah menikah, Anda tidak boleh tinggal di rumah kecil seperti itu Nona.” “Iya aku tahu. Setelah menikah aku harus pindah ke rumah tuanmu. Jadi nggak usah khawatirkan masalah rumah yang kutinggali sekarang.” Danny diam dan hanya fokus menyetir mobilnya. Sekitar dua puluh menit lebih, mereka sampai di sebuah butik ternama di Kota Jakarta. Ivy turun dari mobil dan masuk ke dalam butik, didampingi oleh Danny. Di dalam, banyak pelanggan toko butik tetapi, Ivy tetap disambut baik oleh salah satu pelayan toko di sana. Bahkan Manajer di dalam langsung menyambut mereka dengan sopan, dan langsung mengantar Ivy ke sebuah kamar ganti di mana gaun pengantinnya sudah tersedia untuk dipakai. “Silah
Hari pernikahan tiba. Ivy sudah siap dengan gaun pengantinnya bahkan penjemput pengantin baru saja masuk untuk membawa Ivy keluar menuju tempat pesta. Sampai di sana, hanya ada beberapa orang yang duduk di depan penghulu. Ivy sedikit kaget dan juga penasaran dengan jumlah tamu yang hanya bisa dihitung jari tapi rasa penasarannya seketika menghilang kala ia mengingat bahwa Jonathan hanya menikahinya secara sembunyi tanpa diketahui khalayak umum. Hanya keluarga Jonathan yang tahu mengenai pernikahan mereka. Di depan para tamu duduk, Jonathan berdiri bersama Nyonya Rukmana atau sering dipanggil Nyonya Amma. Beliau adalah nenek Jonathan. Mereka berdua menatap Ivy melangkah masuk pesta pernikahan yang terlihat mewah dengan dekorasi bagaikan putri raja. Sayangnya, tak banyak tamu. Sebenarnya Jonathan mengundang banyak orang untuk datang ke pesta pernikahannya dengan Tavisa karena ingin menunjukkan pada dunia siapa wanita yang ia cintai tapi Tavisa mengalami kecelakaan hingga Jonathan pun me
“Ayo cepat masuk!”Jonathan datang menjemput Ivy di hotel dengan mobil mewahnya. Ivy pikir, setelah pria itu meninggalkannya, tidak akan datang untuk menjemputnya dan mengira akan mengutus Danny lagi. Namun, Ivy tidak menyangka jika Jonathan datang sendiri, bahkan menunggunya di depan hotel sampai dirinya keluar dari sana.“Terima kasih karena sudah datang menjemput saya!” kata Ivy yang sudah duduk di mobil, tepat di samping Jonathan.“Mulai hari ini kau adalah istriku. Ubahlah caramu bicara padaku. Jangan bicara terlalu formal seolah aku adalah atasanmu.” Jonathan tampak kesal dengan Ivy yang tidak bisa membiasakan dirinya bicara santai di depannya. Padahal ia sudah pernah mengingatkan Ivy untuk apa adanya.“Sory, aku selalu lupa kalau aku tidak seharusnya bicara terlalu formal padamu.”Jonathan tidak bicara lagi. Matanya pun kini memandang jalanan luar dibalik jendela. Sementara Ivy malah curi-curi pandang pada Jonathan. Tampang Jonathan yang dingin tak bersahabat, tak membuat Ivy m
"Perlu bantuan?" Ivy menawarkan diri untuk membantu Jonathan yang tengah sibuk memakai dasinya."Kita cuma berdua di sini. Kamu nggak perlu pura-pura menjadi istri yang baik."Ivy tulus ingin membantu Jonathan, tapi Jonathan malah menanggapi negatif maksud baiknya, mengira dirinya hanya pura-pura baik."Aku serius mau bantuin. Bukan karena pura-pura. Tapi kalau kamu nya nggak suka, ya udah." Ivy memilih meninggalkan Jonathan yang masih ada di kamar ganti. Ia menunggu suaminya di luar untuk turun sarapan bersama di bawah.Menit berikutnya, Jonathan keluar dan Ivy yang duduk di sofa, berdiri menghampiri Jonathan.Dengan tersenyum, Ivy merangkul lengan Jonathan. Jonathan langsung menatapnya dengan tajam."Kenapa melihatku seperti mau makan orang begitu? Apa karena kamu nggak suka aku rangkul begini? Bukannya kamu bilang, aku harus menunjukan di depan keluargamu hubungan mesra kita? Jadi istri soleha di depan mereka."Jonathan yang tadinya tak sadar dengan perjanjian mereka, akhirnya mengh
Ivy dan Jonathan sudah keluar dari rumah. Keduanya kini berada di mobil yang dikendarai oleh Danny."Ke mana kita akan pergi?" tanya Ivy yang tak tahu ke mana Jonathan akan membawanya."Besok malam kamu harus menemaniku ke pesta. Jadi hari ini kita akan ke butik untuk mencoba gaun untukmu. Setelah itu, aku akan mengantarmu ke lokasi syuting," jelas Jonathan datar."Lokasi syuting?" Kening Ivy mengerut bingung melihat Jonathan.Jonathan mengulurkan tangannya ke depan kantong kursi belakang yang diduduki Danny. Ia mengambil naskah yang ia simpan di sana. Lalu, naskah itu ia sodorkan pada Ivy. "Ini naskah film untukmu!"Ivy mengambilnya tapi ia masih bingung maksud Jonathan memberikannya naskah film. "Kenapa kamu kasih naskah film? Untuk apa?""Aku sudah janji padamu untuk membuatmu masuk ke dunia entertainment, dan membantumu menjadi artis terkenal seperti yang kamu inginkan."Ivy tidak terlalu fokus mendengarkan Jonathan bicara. Ia malah fokus membaca naskah yang diberikan Jonathan. Iv
Naomi tersenyum miring dengan ekspresi meremehkan Ivy. "Kayaknya kamu benar-benar sudah tidak waras Ivy. Sampai-sampai kau datang kemari dan mengaku sebagai peran utama kedua. Kau tahu, Sutradara Wong sudah punya orang untuk peran utama kedua dan itu jelas bukan kamu.""Nona Ivy!" seru Sutradara Wong yang berjalan menghampiri Ivy.Ivy tersenyum melihat Sutradara Wong. Dengan santainya, Ivy mendorong Naomi ke samping, menyingkirkan Naomi dari pandangannya, dan datang menyapa Sutradara Wong. Ivy pun langsung mengulurkan tangannya di depan Sutradara Wong. "Halo Tuan Wong!"Dengan ramah tanpa mengurangi senyumnya, Sutradara Wong ikut mengulurkan tangannya, berjabat tangan dengan Ivy. "Selamat bergabung Nona Ivy! Senang bertemu Anda dan saya menantikan pertunjukkan Anda."Walaupun Sutradara Wong ramah pada Ivy tapi Sutradara Wong adalah orang yang sangat tegas dan disiplin pada semua aktris dan aktornya. Ivy tahu itu."Saya yang paling senang bisa bekerja sama dengan Tuan Wong. Mohon bantu