Ivy malu dan hancur di hari pernikahannya ketika tunangannya tidak datang di pesta pernikahan mereka. Ia malah menemukan tunangannya tidur dengan ibu tirinya sendiri. Nasib Ivy sungguh sial. Bukan hanya kehilangan tunangannya. Ivy juga diusir dari rumahnya sendiri bahkan peran film yang harusnya menjadi miliknya, direbut oleh kakak tirinya. Naasnya, Ivy malah mengalami kecelakaan. Akibat kejadian itu, Ivy harus menerima tawaran seorang CEO Ternama untuk menggantikan kekasihnya yang koma akibat kecelakaan yang melibatkan Ivy untuk menjadi pengantinnya. Bagaimanakah nasib Ivy selanjutnya?
View More"Argghhh... Tolooong...."
"Tolooong... Siapa pun tolong." Di suatu pagi yang cerah terdengar jeritan seorang perempuan muda dari sebuah bangunan berlantai dua. Tubuh perempuan muda itu sedang digotong oleh gerombolan pemuda menuruni tangga dari lantai atas. Masing-masing memegangi tangan dan kaki perempuan itu. Dua orang lainnya berjalan paling belakang dengan tangan terlipat di dada. Perempuan itu menatap nanar enam pemuda itu. Air matanya menggenang. Dia melihat orang-orang di sekitarnya yang hanya melihat dari samping tanpa berniat menolongnya. Mata perempuan itu bertemu dengan salah satu dari mereka. Laki-laki itu segera menunduk. Perempuan itu mengepalkan tangannya. Dia menggigit bagian dalam bibirnya. "Lepasin Sekar~" Sekar, gadis itu memohon. Suaranya serak karena terlalu banyak berteriak. Matanya menatap orang-orang yang tengah menggotongnya. "Diam!" Pemuda yang memegangi tangan kanan Sekar melototinya. Sekar mengalihkan pandangannya sambil meringis. "Tangan Sekar sakit." Air matanya tak sengaja jatuh. Pupil pemuda itu membesar. Dia refleks mengendurkan cengkeraman tangannya. "Jangan sampe lecet." Salah satu dari dua lelaki yang berjalan di belakang mereka berdecak. Keempat pemuda itu mengangguk. Pemuda yang memegangi tangan kiri Sekar mendelik tapi tangannya tak urung mengendur juga. Sekar menggeliatkan tubuhnya. Dia menarik tangannya dan menendang-nendangkan kakinya. "Leppaaas!" "Diem kalo gak mau jatoh!" Orang yang memegangi tangan Sekar melototinya sekali lagi. Tangannya mencengkeram erat sebelum detik berikutnya kembali mengendur. Sekar bungkam. Bibirnya bergetar. Mata gadis itu kembali berembun. Dia sekuat tenaga menahan butiran bening yang ingin merangsek keluar dari sudut matanya. Dia sedang lelap-lelapnya tidur saat beberapa orang dengan paksa membuka kamarnya dan membawanya entah ke mana. Dua orang di belakang empat orang yang menggotong Sekar tertawa jahat. "Bawa ke belakang!" Sekar melotot karena perintah orang itu. Apalagi saat komplotan penjahat itu sudah berbelok ke arah bagian belakang rumah. Wajah Sekar pias. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia semakin liar menggerakkan tangan dan kakinya. "Gak. Sekar gak mau. Kalian orang-orang jahat. Lepasin Sekar! Ibuuu, anak ibu mau diculik huaaa~" Sekar terus menggerakkan kaki dan tangannya. Namun tidak peduli sekuat apapun dia berusaha, tenaganya tidak ada apa-apanya untuk empat orang itu. "Hahaha lo gak akan bisa selamat kali ini! Gak akan ada yang nolongin lo!" Orang yang memegangi kaki kirinya tersenyum menyeringai. Kumisnya yang tipis di atas bibir bergetar. Sekar merinding melihatnya. "Ibu! Ibu! Sekar gak mau sama penculik jelek huaaa~" "Nah udah sampe nih." Ketua dari komplotan itu mendekati Sekar yang sudah diturunkan meski tangannya masih dipegangi. Orang itu menyeringai ke arah Sekar. Sekar refleks menjauhkan kepalanya saat orang itu ingin menyentuhnya. Pemuda itu terkekeh kemudian menepuk-nepuk kepala Sekar. "Kali ini lo harus terima hukuman lo!" "Lempar!" perintahnya kemudian. "Sekar ga-" Byurr Tubuh Sekar dilemparkan ke tengah kolam renang yang ada di depannya. Punggungnya terasa panas karena lemparan itu dan sedetik kemudian berganti rasa dingin air kolam yang menusuk sampai ke tulang. Terdengar tawa dari komplotan itu. Sekar menggigil kedinginan di tengah-tengah kolam. Giginya bergemelatuk. Sekar menatap mereka di atas yang sedang menertawakannya. Semuanya penghianat. Sekar mengepalkan tangannya di dalam air. Ketua dari orang-orang di pinggir kolam itu berjongkok dan menjulurkan tangannya ke arah Sekar saat Sekar berenang ke tepian. Bibirnya menyunggingkan senyum hingga memperlihatkan lesung pipinya. "Gak usah sok baik!" Sekar menepis tangan pemuda itu yang ingin membantunya untuk naik. Dia memegangi pegangan tangga dan keluar dari kolam renang dengan tubuh gemetar. Uap panas mengelilingi tubuhnya yang menggigil. Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri. Giginya bergemelatuk. Air menetes dari pakaiannya yang basah kuyup. Si pemuda ketua mengambil sebuah handuk bersih dan hendak menyampirkannya ke bahu Sekar tapi gadis itu segera menggeser tubuhnya. Matanya menatap bengis. "Sekar gak butuh." Katanya tajam. Pemuda ketua itu menghela nafasnya. "Nanti lo sakit, Kar." Katanya. Suaranya menjadi lebih lembut. Dia ingin menyampirkan handuk itu lagi tapi Sekar segera menepis tangannya. "Hati Sekar udah sakit karena bang Kay!" Sekar cemberut. Bibirnya sudah monyong-monyong. Pemuda ketua itu, Kayden, terkekeh diikuti oleh lima temannya. Wajah Sekar masam. Dia melototi keenam orang itu sebelum berjalan kembali ke kamarnya. Pakain basahnya mengotori lantai. Sekar tersenyum. Anggap saja itu balasannya untuk mereka. *** Lima belas menit kemudian Sekar turun dengan seragam sekolahnya yang berwarna hitam dengan aksen kotak-kotak untuk bawahannya sedang atasan gadis itu mengenakan vest maroon yang melapisi seragam putihnya. Dia mengangkat dagu tinggi-tinggi saat melewati enam pemuda yang mengenakan seragam putih dengan bawahan berwarna abu-abu. Kayden tersenyum manis dan menarik kursi tepat di sampingnya. "Sarapan. Gue beli nasi uduk tadi di depan." Sekar mengerucutkan bibirnya tapi dia tetap duduk di sebelah orang itu. Pemuda itu tersenyum. Tangannya menepuk sayang puncak kepala Sekar. "Gue yang beli." Pemuda berkumis tipis yang duduk di seberang Sekar berdesis. Dia mengambilkan satu bungkus nasi dari dalam plastik ke atas piring dan menyodorkannya pada Sekar. "tapi duit gue!" Kayden menatap sebal si kumis tipis. Si kumis tipis menggaruk kepalanya malu. Dia lalu menyodorkan sendok dan garpu untuk Sekar. "Ini, Cintah~" Sekar mencebikkan bibir kesal sambil menerimanya. "Besok kumis bang Jono Sekar cukur sampai habis!" Si kumis tipis, John, terdiam. Dia memegangi ujung kumisnya yang tipis. Sekar tak memperhatikannya lagi. Dia mulai memakan nasi uduknya dengan tatapan ganas. Bunyi sendoknya terdengar nyaring bergesekan dengan piring. "Apa?" Sekar melototi enam pemuda itu yang dari tadi memperhatikannya. Kayden terkekeh. Dia lalu menambahkan ayam goreng miliknya ke piring Sekar. Sekar menancapkan garpu ke paha ayam pemberian orang itu dan menyobek-nyobek daging itu dengan ganas sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Sekar mengunyah daging ayamnya sambil terus memandangi Kayden. Dalam bayangannya, pemuda itulah yang sedang dia telan bulat-bulat. Kayden menggeleng kemudian menepuk puncak kepala Sekar. Dia lalu memindahkan tahu dan tempe goreng miliknya, tapi Sekar menggeleng. "Mau ayam lagi." Sekar melirik daging ayam di piring John di depannya. Sedetik kemudian garpunya sudah bersilaturahim ke piring pemuda itu dan berhasil pulang memboyong sepotong paha ayam. Wajah Sekar masih galak, tapi dalam hati dia sudah bersorak karena sudah dapat dua ayam goreng ekstra. Mata John berkedut. Kumis tipisnya juga naik sebelah. Dia memandangi ayam gorengnya yang sudah berpindah piring dengan sedih. "Apa? Gak ikhlas?" Sekar melototinya. John menggelengkan kepalanya dan memaksakan senyum. Bulu kuduknya meremang. Hawanya seperti sedang dipelototi mamaknya di rumah. "G-gue tambahin." John tergagap sambil memanjangkan tangan menjangkau sesuatu di atas piring pemuda yang duduk bersebelahan dengannya. Pemuda itu melongo melihat ayam gorengnya dicuri di bawah hidungnya sendiri. 'Ayam gorengnya yang nikmat.' Sekar tersenyum lebar melihat tiga paha besar ayam yang menumpuk di piringnya. Yes, tiga ayam goreng ekstra. Mata Sekar berbinar. Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan sembari menikmati sarapannya. Sekar makan dengan khusyuk mengabaikan tatapan enam pemuda itu yang menatapnya berbeda-beda. "Aak..." Sekar bersendawa dan mendorong piringnya yang telah kosong ke samping. Dia kemudian mengelus perutnya yang sedikit buncit pagi ini dengan hati puas. Senyumnya secerah matahari di hari itu. "Aduh lupa!" Sekar menepuk dahinya. "Bang Kay sama yang lain berangkat duluan aja deh. Sekar lupa ada buku tugas yang belum disiapin. Sekar ke atas du-" ucapan dan langkah Sekar terhenti karena seseorang menahan kerah belakang seragamnya. Sekar melihat Kayden lah pelakunya. "Bang Kay~" Sekar menatap melas pemuda itu. "Lo kagak ada tugas. Sean yang bantu beresin buku lo tadi." Sekar bungkam. Ia tak bisa berkata-kata untuk menyanggah ucapan Kayden. Dia hanya bisa kembali duduk di samping pemuda itu. John terbahak-bahak dari tempatnya. "Kicep kan lo kalo udah berhadapan sama Sean. Sok-sok mau ngibulin sih!" Sekar mencebik kesal. Mulutnya sudah terbuka untuk membalas tapi begitu tatapannya bersirobok dengan Sean, Sekar langsung menundukkan kepala. Dia menelan kembali kata-katanya yang sudah di ujung lidah. Kayden terkekeh. Dia lalu mengangkat dagu dan mereka berlima sudah tahu apa yang harus dilakukan. John dan satu pemuda lagi dengan semangat langsung memegangi masing-masing tangan Sekar. Mereka masih tidak ikhlas perihal ayam goreng mereka yang raib di depan mata. Sementara Sean dan seorang lagi memegangi kaki Sekar. Sekar kembali digotong persis saat dilempar ke kolam renang tadi pagi.“Selamat untuk Nona Ivy! Penerima penghargaan pemeran utama terbaik di drama Putri Terakhir dan penghargaan untuk artis pendatang baru.”Sudah dua tahun berlalu sejak kejadian mengerikan menimpa Ivy. Dia koma selama setahun dan baru pulih setahun belakangan ini. Dia kembali ke dunia hiburan enam bulan lalu untuk menyelesaikan drama yang tertunda karena dirinya.Dua tahun lalu ketika dia berbaring koma, Jonathan melakukan konfrensi pers dan menjelaskan pada semua orang bahwa Ivy adalah istrinya. Jadi semua orang yang dulu menghujatnya, kembali memujanya seperti dewi. Oleh sebab itu, Ivy tidak merasa tertekan ketika kembali ke dunia hiburan. Dia langsung mendapat dukungan dari banyak orang.Hari ini, Ivy mendapat penghargaan karena kerja kerasnya selama ini. Ada Jonathan yang menemaninya datang ke acara penghargaan itu. Namun Ivy merasa sedikit sedih karena saudari tirinya, Naomi tidak hadir dalam acara ini. Padahal Naomi sangat mendambakannya. Meski tidak akur dengan Naomi tapi Ivy tet
Jonathan sedang duduk di samping ranjang rumah sakit di mana Ivy berbaring koma. Sudah dua hari sejak Ivy masuk rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda bahwa Ivy akan sadar kembali. Bahkan masker oksigen masih menempel menutupi hidung dan mulut Ivy. Serta ada monitor tanda vital untuk memantau perkembangan Ivy di Ruang ICU. Kondisinya memang kritis hingga membutuhkan perawatan mendalam.Selama dua hari ini, Jonathan dan keluarganya bergantian menjaga Ivy. Termasuk Nyonya Selfia yang merasa kasihan melihat kondisi Ivy. Wanita paruh baya itu sering menemani ibu mertuanya yang bergantian dengan Jonathan untuk menjaga Ivy. Jonathan tidak bisa menemani Ivy selama dua puluh empat jam meski dia ingin terus berada di sisi Ivy untuk bisa melihat langsung Ivy sadar. Dia disibukkan dengan penyelidikan kecelakaan yang dialami Ivy karena dia yakin bahwa ada orang yang sengaja membunuh Ivy meski mobil yang ditemukan di tempat kejadian, dibeli atas nama Ivy.“Ivy, kau harus bangun dan menatapku langsung.
Ivy sedang istirahat di kamarnya dan tiba-tiba ponselnya berdering. Panggilan itu dari Tavisa. Ivy segera mengangkatnya karena penasaran pada Tavisa yang tiba-tiba menghubunginya. Padahal, mereka belum pernah saling menyapa dengan benar. "Hal penting apa yang ingin dikatakan Tavisa sampai mengajakku bertemu? Apa dia berpikir aku akan menggagalkan pernikahan nya dengan Jonathan?" Ivy bicara sendiri dengan penuh rasa penasaran setelah dia dan Tavisa baru selesai bicara. Tavisa tak banyak basa-basi ketika bicara dengan Ivy. Dia langsung meminta Ivy ke sebuah cafe yang dekat dari Kediaman Graham untuk bertemu dengan alasan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting."Sepertinya aku memang harus bicara berdua dengan Tavisa untuk menjelaskan padanya bahwa aku tidak punya niat jahat padanya. Perceraianku dengan Jonathan tetap dilakukan meski aku mengandung anaknya." Ivy merasa iba pada Tavisa yang pasti sedih dan sakit hati gara-gara kekasihnya malah menghamili wanita lain. Dia
Tavisa marah ketika tahu bahwa Ivy sudah kembali lagi ke Kediaman Graham. Dia mendatangi Jonathan di kantor untuk mengatakan langsung pada Jonathan tentang masalah itu.Perempuan itu berjalan masuk melewati meja resepsionis dengan angkuhnya. Dia tak menoleh sekalipun dan hanya menatap lurus ke depan dengan raut wajah angkuhnya itu."Nona, Nona! Tunggu sebentar!" seru seorang pegawai resepsionis yang berusaha menghentikan Tavisa. Bahkan dia keluar dari meja resepsionis dan berlari menghampiri Tavisa yang kini berdiri di depan lift khusus untuk para atasan tertinggi di perusahaan itu.Tavisa yang sudah menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang melihat sang pegawai itu. "Ada apa?" tanyanya kemudian."Anda ingin ke mana?" tanya si pegawai resepsionis dengan sikapnya yang tetap sopan."Saya mau bertemu dengan tunangan saya." Ekspresi Tavisa tampak tidak senang karena pegawai itu menghalangi jalannya, bahkan bertanya padanya seolah pegawai itu tidak tahu siapa dirinya. Padahal dulu dia s
Ivy terpaksa ikut pulang bersama Nyonya Rukmana meski dia merasa malu pada semua orang di rumah itu. Terutama pada Jonathan dan kekasihnya karena kembali lagi tinggal di Kediaman Graham, padahal dia bukan siapa-siapa selain wanita bayaran.Keduanya kini berada di mobil yang dikendarai supir pribadi Nyonya Rukmana. Ivy hanya diam menatap jalanan di depan. Nyonya Rukmana menoleh dan penasaran dengan diamnya Ivy. Itu bukanlah sifat cucu menantunya jika sedang bersama dengannya. Ivy akan selalu mencari topik pembicaraan jika bersamanya dan suasananya pun akan langsung berubah ceria. Tidak seperti sekarang ini. Sepi dan Ivy tak mengatakan apapun sejak naik ke mobil atau memang itu adalah sifat asli cucu menantunya dan selama ini, Ivy hanya menunjukkan kepura-puraan. Namun, Nyonya Rukmana tidak melihat dimata Ivy yang pura-pura padanya. Tidak seperti ketika berhadapan dengan Aneska dan Tavisa. Keduanya tersenyum serta lembut jika bicara padanya tapi dia bisa merasakan bahwa mereka hanya pur
Meski Ivy menerima kehamilannya itu tapi dia tetap merasa sedih karena karir artis yang menjadi impiannya sejak dulu, terancam hancur. Orang-orang menganggapnya wanita simpanan yang hamil di luar nikah. Beberapa iklan yang bekerja sama dengannya, membatalkan kerja sama mereka. Jika saja drama Putri Terakhir yang dibintanginya saat ini, bukan dari perusahaan agensi milik Jonathan, mungkin pihak agensi sudah memutus kerja sama dengannya. Dia masih tetap menjadi artis dari SN Entertainment namun drama yang dibintanginya itu, ikut berdampak buruk karena berita kehamilannya. Banyak yang memintanya untuk berhenti. Ivy pun tidak bisa melakukan apapun selain pasrah menerima nasibnya itu.“Edy, berapa banyak kerugian perusahaan karena berita ini?” tanya Ivy yang duduk di sofa ruang tengah.Edy berdiri di depan Ivy. Pria itu baru saja tiba dan mengatakan pada Ivy bahwa adegan Putri Terakhir sementara dihentikan. Akan dilanjutkan jika situasi sudah membaik. Berita kehamilan Ivy sungguh mengheboh
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments