Home / Romansa / Pengantin Dadakan Sang Mafia / Bab 79. Sayang, Kenapa Lambat Sekali?

Share

Bab 79. Sayang, Kenapa Lambat Sekali?

Author: Lafiza
last update Last Updated: 2025-08-17 10:55:07

Di posisinya, Silvia bersiaga terhadap sekeliling. Wajah cantiknya mengeras dalam eskpresi dingin. “Nyonya, hati-hati,” bisiknya. “Sebaiknya kau pergi jika ada kesempatan. Aku bisa mengatasi mereka di sini.”

“Aku tidak akan pergi,” ujar Anna keras kepala. Dia tidak akan membiarkan Silvia bertarung sendirian dan melewatkan kesenangan menghajar orang-orang bodoh ini.

Silvia menggeleng keras. "Nyonya, kau tidak mengerti. Jika sampai kau terluka, tuan akan membunuhku.”

“Aku akan baik-baik saja dan iblis itu tidak akan membunuhmu tanpa melewatiku lebih dulu.” Anna meyakinkan pengawalnya.

Siapa yang kau sebut iblis?

Silvia merasa suram di hatinya. Tapi dia tidak punya pilihan lain lagi.

Pertarungan kedua dimulai. Silvia bergerak dengan gesit di antara para petugas, menghindari tangkapan mereka sambil melancarkan serangan balik. Tapi kali ini lawan-lawannya terlalu banyak. Satu per satu mereka berhasil mengepungnya.

Anna memukul dan menendang secara acak dengan kaki telanjangnya. Dia bahkan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Razee
Hahaha gemas banget dengan tingkahnya si Anna. Update lagi kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 89. Tidak Bisakah Kau Diam?

    Perjalanan menuju tempat pertemuan berlangsung dalam suasana yang tegang. Adam duduk di kursi belakang dengan wajah cemberut, menatap keluar jendela tanpa minat. Lengannya terlipat erat di dada, bahunya tegang menunjukkan betapa kesalnya dia. Setiap beberapa menit dia menghela napas panjang, seperti sedang menyiapkan mental untuk menghadapi bencana yang akan datang.Anna duduk di sebelahnya dengan semangat yang sangat berlawanan. Gadis itu tidak bisa diam, matanya berkeliling mengamati pemandangan di luar sambil sesekali mencoba mengajak Adam berbicara. Tangannya sesekali bergerak-gerak menunjuk sesuatu di luar mobil, seolah-olah mereka sedang dalam perjalanan wisata yang menyenangkan.“Kakek, kita akan ketemu Helena di mana?” Anna bertanya dengan nada penasaran sambil menoleh pada Adam dengan mata berbinar.Adam hanya menggumam tidak jelas tanpa menoleh. Rahangnya mengeras, tanda bahwa kesabarannya sudah hampir habis.“Ini akan menjadi kejutan yang menyenangkan baginya.” Anna melanju

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 88. Mengadu

    Anna tiba-tiba teringat malam ketika mereka pergi ke taman hiburan. Dia merasa sangat bodoh karena berpikir bisa mengelabui Felix. Tapi dia tidak ingin memikirkannya saat ini.“Jadi, bagaimana Helena ini? Apa kau sudah menyelidikinya? Aku merasa dia mencoba memanfaatkan kakek.” Anna mendekatkan dirinya pada Felix dan merendahkan suaranya, seperti takut didengar orang.“Bukankah semua wanita sama saja? Mereka yang mendekati keluarga Harrington hanya ingin mengambil manfaat.” Felix melanjutkan langkahnya yang pergi ke kamar tidur.Anna buru-buru mengikuti di belakang pria itu.“Wu wu wu, sebentar. Jangan katakan semua wanita. Aku tidak termasuk di antaranya. Sebaliknya, kaulah yang mengambil keuntungan.” Anna segera protes. “Aku terpaksa menikah denganmu hanya demi menenangkan kakek. Jangan bilang tidak. Aku tidak bodoh.”“Kalau begitu, kau tidak pandai menghitung.” Felix mempercepat langkahnya. “Kau mendapat status sebagai nyonya Harrington dan semua fasilitas. Sementara aku, aku tida

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 87. Negosiasi

    Adam menatap Anna dengan pandangan putus asa. Gadis itu berdiri di depannya dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia tidak akan mundur dari keinginannya. Lengan Anna terlipat di dada, dagu terangkat dengan penuh tekad. Pria tua itu menghela napas panjang, otaknya bekerja keras mencari jalan keluar dari dilema ini.Keheningan mengisi ruangan selama beberapa saat. Adam memijit pelipisnya yang mulai terasa sakit. Dia sudah terlalu tua untuk menghadapi pertengkaran seperti ini, apalagi dengan menantu yang keras kepala.“Baiklah,” Adam akhirnya berkata dengan nada menyerah. Pundaknya merosot, tanda bahwa dia telah kalah dalam pertarungan ini. “Apa yang kau inginkan?”Anna menaikkan alis, tidak mengerti dengan pertanyaan kakek mertuanya. Ekspresinya berubah bingung. “Maksudmu?”“Sesuatu yang kau inginkan selain pergi denganku. Sebutkan saja.” Adam berjalan menuju meja nakas di samping tempat tidurnya dengan langkah berat. Dia membuka laci dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna emas. Kartu

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 86. Aku Akan Mengadu Pada Felix

    Dia berbalik dari cermin dengan ekspresi terkejut, lupa kalau cucu menantunya sangat pintar dalam hal menebak. Adam bahkan curiga jika Anna memiliki kemampuan supranatural untuk membaca situasi.“Eh... aku...” Adam tergagap, tangannya baru saja selesai merapikan dasi sutra biru tuanya. “Aku ada pertemuan bisnis.”Anna berdiri di ambang pintu dengan lengan terlipat. Matanya menyipit penuh kecurigaan, kemudian melangkah lebih dekat ke arah pria iru “Pertemuan bisnis apa? Bukankah kakek tidak mengurusi bisnis lagi? Lagi pula pertemuan bisnis apa yang membutuhkan cologne mahal dan jas terbaik?”Adam dapat mencium aroma parfum yang baru saja dia semprotkan. Dia diam-diam mengutuk dirinya sendiri karena berlebihan dalam bersiap-siap. “Ini hanya bisnis untuk mengisi waktu luang.” Adam memutar otaknya dengan cepat, memperkirakan pertanyaan Anna selanjutnya sambil berharap gadis itu tidak menggali lebih dalam.“Hm....” Anna yang sudah berjalan mendekati Adam, mulai memutari pria tua itu. Dia

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 85. Nasib Dorothy Langford

    Keluarga Langford dalam kepanikan total. Suasana rumah besar mereka yang biasanya tenang kini dipenuhi ketegangan yang mencekik. Dorothy disalahkan sepenuhnya karena tidak hati-hati dalam bertindak. Sejujurnya, itu telah jadi kebiasaan orang-orang seperti mereka yang membuat penilaian dari penampilan. Mereka terlalu sombong untuk menyelidiki lebih dalam sebelum bertindak.“Plak!”Ini adalah tamparan ketiga yang diterima Dorothy di wajahnya. Gadis yang sudah babak belur dipukuli Anna itu kini harus menanggung hukuman dari ayahnya sendiri. Tangan besar tuan Langford tidak mengenal belas kasihan saat ini.Sudut bibirnya telah meneteskan darah, pipinya bengkak dan penampilannya tidak lagi menyerupai gadis kesayangan keluarga Langford. Wajah cantik yang pernah menjadi kebanggaannya kini hancur. Airmatanya sudah tidak terhitung lagi mengalir deras di pipinya. Dia hanya bisa mengeluarkan erangan kesakitan dan suara tangis yang tidak dipedulikan siapa pun yang mendengar.“Ayah, kumohon henti

  • Pengantin Dadakan Sang Mafia   Bab 84. Aku Sama Sekali Tidak Puas

    “Tidak ada yang menindasku. Akulah yang menindas gadis itu. Dia gadis Langford yang menuntutku di pengadilan. Dia tidak pernah jera, masih saja bermulut kotor. Setelah bertemu ibunya, aku jadi tahu dari mana dia mewarisi sifat itu. Telingaku sakit setiap mereka menggerakkan lidah. Jadi, aku memukuli gadis itu. Karena nyonya Langford mencoba menghalangi, aku melemparnya ke tanah.” Anna sangat bersemangat menceritakan kejadian di pesta, tangannya bergerak-gerak menirukan adegan pertarungan. “Kakek, harusnya kau melihatnya. Kau akan tahu siapa yang membully dan yang dibully.”Adam mendengarkan dengan tercengang. Mulutnya terbuka sedikit, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Sepanjang sejarah keluarga Harrington yang tua, tak satu pun dari nyonya Harrington yang akan bertarung di sebuah pesta. Lagi pula tidak pernah ada yang berani mengejek mereka. Para wanita keluarga Harrington selalu diperlakukan dengan hormat dan mulia di mana pun mereka berada.Pasti orang-orang itu t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status