Share

Bab 06 - Menjaga Hati

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-20 14:12:05

Pesta pernikahan berlangsung dengan meriah di ruang pertemuan hotel bintang lima di kawasan Gatot Subroto. Para tamu memenuhi area sambil menikmati hidangan. Demikian pula dengan keluarga besar kedua mempelai, yang menempati ruang VIP satu.

Zivara memerhatikan sekeliling dengan antusias. Dia melupakan rasa kecewanya pada Arudra, dan memutuskan untuk menikmati pesta. Sang mempelai wanita terlihat semringah. Sudut bibirnya nyaris tidak berhenti mengukir senyuman. Terutama karena dia sangat menyukai dekorasi dan berbagai lagu romantis yang ditampilkan band.

Arudra yang telah menyadari kesalahannya, berusaha memperbaiki sikap. Dia berulang kali mengajak Zivara berbincang, tetapi hanya ditanggapi sekilas.

Arudra tahu jika Zivara masih marah karena kejadian saat akad tadi pagi. Pria bersetelan tuksedo biru mengilat, berjanji untuk lebih fokus pada Zivara agar gadis itu tidak melanjutkan aksi merajuknya.

Kala musik berhenti, perhatian pengunjung teralihkan pada panggung di sisi kanan. Kehadiran sekelompok pria yang mengenakan setelan jas abu-abu gelap, menjadikan semua orang penasaran.

"Selamat malam. Perkenalkan, kami adalah anggota PC di mana Arudra turut bergabung," tutur Hendri memulai pidatonya.

"Kehadiran kami saat ini, untuk memberikan selamat kepada kedua mempelai," tambah Zein.

"Bila biasanya dalam pesta pernikahan anggota PC ataupun PG, akan disuguhkan drama, kali ini berbeda," sela Zulfi.

"Bukan karena kami membedakan Arudra, tapi karena panggungnya kurang luas untuk digunakan sebagai tempat pertunjukan," seloroh Yoga.

"Sebab itu, supaya Arudra nggak ngambek, kami sepakat mengadakan kuis, sebagai ganti parodi. Hadiah kuis, semuanya menarik dan gratis," papar Andri.

"Mohon maaf. Kuis ini khusus buat tamu di luar anggota PG dan PC," cakap Wirya yang seketika diteriaki rekan-rekannya di ruang VIP dua dan tiga.

"Jangan protes, Teman-teman. Kalian sudah tajir," kelakar Zafran yang menciptakan tawa hadirin.

"Ayo, kita mulai, Gaes. Supaya cepat selesai," ajak Haryono, direktur HRD PBK.

"Silakan naik, Tim kuis PBK," tukas Hendri.

Sepasang manusia menaiki panggung. Mereka melambaikan tangan bak selebriti yang dibalas tepuk tangan hadirin. Kedelapan bos PC menuruni panggung, kemudian mereka berdiri di depan pelaminan, dengan berbagai pose.

"Selamat malam, Hadirin," sapa Jauhari, ketua pengawal keluarga Adhitama, sekaligus manajer keuangan BPAGK.

"Seronoknya, ya, Bang. Tamu ramai dan semuanya cakep dan cantik," sahut Khairani, dengan logat melayunya yang kental. Dia merupakan pengawal keluarga Sumantri, sekaligus asisten Wirya di PBK.

"Ya. Semua yang diundang, hadir. Buku tamu sampai penuh dan souvenir habis," canda Jauhari.

"Sebetulnya tak habis, Bang. Tadi kusembunyikan di bawah meja. Nanti kujual. Lumayan buat beli skincare."

"Jangan malu-maluin, Rani..Entar diomelin bosmu."

"Ehm, Bang. Kita langsung bacakan kuis dan hadiahnya. Bang W sudah melotot."

Jauhari mengambil kertas dari saku jas hitamnya. Dia membuka lipatan kertas dan membaca deretan kalimat panjang. Sementara itu di depan panggung, beberapa pengawal muda area Bandung, berdiri sambil memegangi dua tas berwarna-warni.

"Baik. Kuis pertama ini hadiahnya dipersembahkan oleh HWZ Grup. Yakni, voucher menginap di resor Garut, selama 3 hari 2 malam," ujar Jauhari. "Silakan, Dek Rani, jelaskan pertanyaannya," pintanya yang dibalas anggukan perempuan bersetelan kebaya biru muda.

"Sebutkan nama lengkap anggota tim 7 PC, di mana pengantin laki-laki bergabung," jelas Khairani.

Belasan orang mengacungkan tangan kanan. Khairani berdiskusi dengan Jauhari, kemudian perempuan tersebut memanggil seorang pria berkemeja batik merah, yang segera menaiki panggung.

"Siapa namanya, Mas?" tanya Khairani.

"Gunawan," jawab pria berkulit kecokelatan.

"Namanya cocok dengan orangnya. Menawan," canda Khairani yang memancing Gunawan tersenyum.

"Mas Gun, tamu dari pihak mana?" sela Jauhari.

"Pak Arudra. Kebetulan saya staf marketing di Janardana Grup," jelas Gunawan.

"Silakan langsung dijawab, Mas," pinta Khairani.

"Anggota tim 7 PC. Arya Himawan. Drew Bimantara. Nathanel Sadajiwa. Abimanyu Bhalendra. Kinsey Zhang. Carver Yang. Ghaziya Sarfaaraz. Ekyavan Zuleman. Dan tentu saja, Mas Arudra Janardana," jawab Gunawan.

"Wow! Keren!" puji Jauhari sambil bertepuk tangan. Demikian pula dengan para hadirin.

Khairani mengambil tas merah yang diulurkan rekannya dari tepi panggung. Kemudian dia memberikan benda itu pada sang pemenang kuis, "Ini hadiahnya, Mas. Nanti calling aku. Kita liburan bareng," candanya yang menyebabkan Gunawan tersenyum malu-malu.

***

Malam telah larut ketika pasangan pengantin memasuki kamar yang disediakan khusus oleh pihak hotel. Arudra langsung membongkar kopernya untuk mengambil pakaian ganti. Lalu, dia bergegas memasuki kamar mandi.

Zivara melepaskan sanggul dan berbagai hiasan lainnya, lalu dimasukkan ke tas khusus. Kemudian dia duduk di bangku depan meja, untuk membersihkan wajah dari riasan tebal.

Setelahnya, Zivara mengambil baju ganti dari kopernya. Dia menunggu Arudra keluar, sambil membaca semua pesan dari teman-temannya saat sekolah dan kuliah. Banyak dari mereka yang mengeluh karena tidak diundang dalam pesta.

Zivara membalas pesan-pesan itu dengan permohonan maaf, karena tidak bisa mengundang semua kenalan. Sebab tamu-tamu yang hadir sebagian besar adalah undangan dari pihak Arudra.

Sebetulnya, bisa saja Zivara mengundang banyak teman. Namun, dia sengaja membatasi jumlah tamunya dan hanya mengundang orang-orang terdekat. Sebab, Zivara tidak mau banyak orang menggunjingkannya nanti, setelah bercerai dengan Arudra.

Puluhan menit terlewati, lampu utama di ruangan tersebut telah dipadamkan. Hanya beberapa lampu di sudut ruangan yang dipertahankan tetap menyala.

Zivara berbaring miring ke kanan. Dia berusaha mencari posisi nyaman di sofa. Sementara Arudra yang berada di kasur, memerhatikan gerak-gerik istri keduanya.

"Zi, kamu aja yang tidur di sini. Aku pindah ke sofa," tutur Arudra.

"Enggak usah," tolak Zivara. "Mas badannya lebih besar dariku, pasti nggak muat di sini," lanjutnya.

Arudra tidak menyahut. Dia mengamati Zivara sesaat, kemudian dia berbalik dan memejamkan mata. Arudra membayangkan wajah Lanika. Dia benar-benar merindukan istri pertamanya dan sangat ingin bertemu.

Perlahan sukma Arudra melayang seiring dengan kantuk yang menguasai diri. Tiba-tiba terdengar bunyi sesuatu terjatuh. Arudra kembali membuka mata dan menajamkan pendengaran.

Pria berkaus hitam memutar badan dan seketika terpaku menyaksikan Zivara tengah duduk di lantai. Arudra bangkit, lalu beringsut ke tepi kasur. Dia berdiri dan jalan menyambangi Zivara.

"Kan, jatuh," tukas Arudra sembari mengamati perempuan yang tengah menunduk. "Kubilang juga apa. Kamu tidur di kasur," sambungnya.

Zivara menengadah. "Pesankan kasur tambahan," pintanya sambil mengusap-usap lutut.

"Kakimu, sakit?" Arudra merunduk untuk mengecek lutut Zivara yang memerah.

"Ya. Tadi membentur lantai."

Arudra mendengkus pelan. Dia mengulurkan tangan untuk membantu Zivara bangkit. "Duduk dulu di kasur. Sambil nunggu petugas datang."

Keduanya jalan pelan, lalu duduk berdampingan. Arudra meraih gagang telepon di meja untuk menghubungi bagian servis. Setelah menyebutkan permintaannya, Arudra meletakkan gagang ke tempat semula.

"Kamu baring dulu," ucap Arudra.

Zivara tidak menjawab, melainkan langsung merebahkan diri. Dia benar-benar mengantuk hingga tertidur dalam hitungan menit.

Tidak berselang lama, petugas datang untuk mengantarkan extra bed. Arudra menghamparkan benda itu di samping kanan kasur. Kemudian dia menurunkan bantal dan selimut.

Arudra berbaring di kasur bawah. Dia memerhatikan perempuan yang telah dinikahinya tadi pagi. "Maaf, Zi. Aku tidak bisa bersikap terlalu baik padamu, karena aku harus menjaga hati Lanika. Istri yang sangat kucintai," gumamnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
ish Ra maneh mah pikasebeleun sumpah yang kuat Zi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 143 - Pasukan Janardana

    Awal malam itu, Lanika tiba di bandara Cengkareng, bersama Sebastian, Rylee dan Cornelia. Mereka dijemput Uday yang kemudian mengantarkan keempatnya ke hotel tempat tim PG dan PC menginap. Setibanya di tempat tujuan, Bilal dan Yolla telah menunggu di lobi. Seusai berbincang sesaat, mereka bergegas menuju ruang pertemuan di lantai tiga, untuk menghadiri jamuan makan malam yang diadakan oleh Tio. Ruangan luas itu seketika heboh. Semua orang menyambut kedua anggota PC yang baru tiba, dengan rangkulan. Hal nyaris serupa juga dilakukan tim para istri pada Cornelia dan Lanika. Kendatipun tidak terlalu mengenal Lanika, tetapi Mayuree dan rekan-rekannya tetap bersikap ramah pada perempuan tersebut. Seusai melepas rindu pada keluarganya, Lanika mendatangi Zivara dan langsung memeluk sahabatnya tersebut dengan erat. Kemudian dia mengurai dekapan dan beralih menciumi Keef yang sedang dipangku maminya. "Masyaallah, asa tambah kasep, pangeran Ate," puji Lanika sembari menggosok-gosokkan hidun

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 142 - Wǒ jiào dùmùzhāng

    Ruang rapat di gedung kantor PG, siang menjelang sore itu terlihat ramai. Lebih dari 100 pria bersetelan jas biru mengilat, berkumpul untuk mendengarkan pidato Tio. Setelahnya, komisaris PG memanggil orang-orang yang hendak berangkat ke Kanada. Mereka berdiri di kiri Tio, sambil memandang ke depan. Arudra, Drew, Ghael, dan Myron bergantian mengucapkan kalimat perpisahan. Benigno yang akan mengantarkan rekan-rekannya ke Kanada, juga turut memberikan pidato singkat. Sementara Alvaro yang menjadi pemimpin rombongan tersebut, hanya diam sambil memandangi semua orang di ruangan. "Teman-teman, mari kita bersalaman dengan para pejuang ini. Berikan dukungan terbaik buat mereka, yang akan bekerja keras menyelesaikan berbagai proyek kita di Kanada," ungkap Tio sembari turun dari podium. "Mid, tolong atur barisan," pinta Tio yang segera dikerjakan direktur operasional PG. Tio menyalami Arudra dan mendekapnya sesaat. Kemudian Tio memundurkan tubuh dan berbincang singkat dengan rekannya terse

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 141 - Genk Pengejar Nona Muda

    Jalinan waktu terus bergulir. Minggu terakhir berada di Bandung, digunakan Arudra dan Zivara untuk lebih dekat dengan keluarga. Setiap hari mereka bergantian mengunjungi kediaman Rahmadi atau Thamrin, agar bisa bercengkerama dengan keluarga inti dan sanak saudara. Kamis sore, Arudra dan Zivara mendatangi kediaman ketua RT tempat mereka tinggal dan tetangga terdekat, untuk berpamitan. Pasangan tersebut tidak lupa untuk berpamitan pada para pedagang di sekitar kompleks, yang menjadi langganan mereka selama menetap di sana.Jumat pagi, Nirwan melajukan mobil sang bos menuju kediaman Rahmadi. Fazwan dan Disti menyusul menggunakan mobil SUV putih milik Zivara. Tidak berselang lama, Bilal datang bersama Yolla dan keluarganya. Demikian pula dengan Thamrin dan Ruslita. Mereka hendak ikut mengantarkan Arudra dan kelompoknya ke Jakarta. Seusai membaca doa bersama, semua orang menaiki kendaraan. Kemudian Bhadra yang berada di mobil terdepan, menekan klakson sebagai tanda perjalanan akan seg

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 140 - Until Jannah

    Senin pagi menjelang siang, Arudra dan Zivara beserta yang lainnya bertolak menuju Lombok. Fazwan dan Disti juga ikut dalam rombongan tersebut untuk menikmati bulan madu, sebagai hadiah dari para petinggi Janardana Grup dan Mahendra Grup. Pada awalnya para pria ingin kembali mengunjungi Pulau Komodo. Namun, karena banyak anak-anak yang ikut, akhirnya tempat tujuan diubah supaya cocok dengan anak kecil.Pesawat yang mereka tumpangi akhirnya tiba di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (Bizam) menjelang pukul 4 sore. Perjalanan itu ditempuh dalam waktu yang cukup lama, karena pesawat harus transit di bandara Bali. Dari bandara menuju hotel milik BPAGK, rombongan tersebut menaiki bus berukuran besar yang disediakan pihak hotel. Agung, ketua pengawal Bali dan Nusa Tenggara, kembali menjadi pemandu wisata dadakan.Seperti biasa, para pengawal muda mengadakan kuis berhadiah kudapan dan minuman ringan. Sebab jumlah bos yang ikut cukup banyak, akhirnya semuanya ikut dan terbagi menj

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 139 - Menang Banyak

    Sabtu pagi di minggu kedua bulan Agustus, pernikahan Fazwan dan Disti dilangsungkan di gedung pertemuan kawasan Buah Batu. Rombongan keluarga calon pengantin pria tiba belasan menit sebelum acara dimulai. Yudha yang menjadi pemimpin, mengatur barisan bersama teman-teman pasukan pengawal area Bandung. Setelah diberi kode oleh tim panitia pihak perempuan, rombongan berseragam serba krem jalan perlahan menuju pintu utama gedung. Mereka berhenti di bawah tenda untuk menyaksikan sambutan dari kedua orang tua Disti. Susunan acara khas Sunda dilaksanakan dengan khidmat, sebelum akhirnya rombongan dipersilakan masuk. Keluarga inti, para petinggi PBK dan keluarga Janardana, serta Mahendra dan Pangestu, menempati kursi dua deretan terdepan sisi kanan. Di belakang mereka dipenuhi keluarga besar Fazwan, dan semua pengawal lapis satu hingga 12 yang hadir bersama keluarga masing-masing. Tidak berselang lama acara dimulai. Fazwan mendengarkan khotbah nikah dengan serius sambil merekamnya dalam

  • Pengantin Kedua Janardana    Bab 138 - Kamu Nyindir Aku?

    Minggu berganti menjadi bulan. Menjelang keberangkatan ke Kanada, Zivara justru disibukkan dengan persiapan pernikahan Fazwan. Sebab calon pengantin pria sedang sibuk mengikuti Arudra tugas ke luar kota, mau tidak mau Zivara yang menggantikan posisi akangnya untuk membantu Disti. Sore itu sepulang dari kantor, Zivara memacu mobil SUV putih menuju pusat perbelanjaan. Kala berhenti di perempatan lalu lintas, Zivara menyempatkan diri untuk menelepon Nini, yang tengah dijemput Isfani untuk menyusul Zivara, bersama Keef. Setibanya di tempat tujuan, Zivara memarkirkan mobilnya dengan rapi. Dia merapikan penampilan terlebih dahulu, kemudian menyemprotkan sedikit parfum ke baju. Sekian menit berikutnya, Zivara telah berada di dekat pintu utama. Dia menunggu kedatangan taksi yang ditumpangi Nini dan Isfani tiba, kemudian mereka bergegas menuju lantai tiga, di mana Disti dan kakaknya telah menunggu. Keempat perempuan bersalaman sambil beradu pipi. Sementara Nini hanya menyalami calon istri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status