Home / Rumah Tangga / Pengantin Pengganti CEO Cacat / Bab 3 - Neraka Pernikahan

Share

Bab 3 - Neraka Pernikahan

Author: PenulisAksara
last update Last Updated: 2024-01-07 15:36:36

   

          "Saya terima nikah dan kawinnya, Arancia Alfatunisa dengan mas kawin tersebut tunai."

       Kevan membaca ijab kabul dengan sekali tarikan nafas. Penghulu dan para saksi terdiam, mendengar suara tegas nan berwibawa milik Kevan. 

     Penghulu menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu para saksi pun mengangguk. 

     "Bagaimana, para saksi? Sah?"

     "Sah."

      Satu kalimat itu terdengar membahana, ketika para saksi berkata pernikahan Kevan dan Arancia sah. Arancia menunduk, memilin gaun pengantinnya. 

    "Baiklah, kalian berdua sudah sah menjadi sepasang suami istri. Silahkan sang suami boleh mencium kening sang istri. Dan sebaliknya sang istri mencium tangan suami dengan takdzim. Dan untuk buku nikah, maaf mungkin esok atau lusa baru bisa kalian tanda tangan. Sebab buku nikah yang berada di tangan saya atas nama Kevan dan Zahra. Jadi mohon di maklumi jika kalian berdua belum bisa langsung mendapatkannya."

     Kevan terdiam. Kemarahan terlihat sekali di raut wajahnya. Meskipun wajahnya tertutup topeng, akan tetapi ekspresi lelaki tersebut tidak dapat di sembunyikan. 

     Begitu juga dengan Arancia. Jika bukan karena ancaman dari sang ibu, ia enggan menggantikan posisi saudara tirinya itu. 

     "Baiklah, silahkan bila mau mencium istri anda," ujar Penghulu untuk kedua kalinya. 

     Orang-orang yang kebetulan di undang oleh Sekar pun terdengar berbisik. Dan bisikan mereka, terdengar ke telinga Kevan. Membuat lelaki itu semakin marah. 

      "Kasihan sekali nasib si Arancia. Sudah di haruskan menggantikan posisi Zahra. Ia pun mendapatkan suami berwajah cacat itu. Kalau itu anakku, aku tidak akan memberikan restuku, meskipun kenyataannya ia kaya raya," bisik salah satu tamu. 

    Kevan mengepalkan kedua tangannya. Lantas ia berdiri, tanpa kata lelaki itu pergi begitu saja dari hadapan Arancia dan juga Penghulu. 

    Arancia pun ikut berdiri. Ia menatap nanar punggung nan lebar itu yang perlahan semakin menjauh. Lantas gadis cantik itu mengedarkan pandangannya, banyak orang yang menatap sinis kepadanya. 

     "Malang sekali nasibmu! Suamimu pergi meninggalkanmu sendiri!" Ucap Sekar sang ibu tiri. 

    Bukannya iba, ia malah dengan jelas mengolok-olok Arancia. Sekar pun tidak segan menertawakannya. 

    Salah satu anak buah Kevan pun mendekati Arancia. Ia menatap datar pada perempuan paruh baya yang masih asyik tertawa itu. 

      "Nona muda Aktamanov, silahkan ikut dengan saya. Saya akan mengantarkan anda ke kediaman tuan muda."

       Arancia terdiam, ia mengedarkan pandangannya. Mencari lelaki yang merupakan cinta pertamanya itu. 

      "Baiklah, tetapi apa boleh bila saya menemui ayah saya terlebih dahulu. Hanya sekedar berpamitan," ucap Arancia pelan. 

      Lelaki itu pun mengangguk, "Silahkan, Nona. Saya akan menunggu anda di sini," ucapnya datar. 

      Arancia pun bergegas mencari keberadaan sang ayah. Ia mengangkat gaun pernikahannya supaya bisa berjalan lebih cepat. 

      Sementara, sepeninggal Kevan dari acara pernikahannya. Penghulu dan juga para tamu undangan satu persatu meninggalkan acara pernikahan. 

     Sekar tersenyum sinis, "Hmm, setidaknya pernikahan ini berjalan lancar. Meskipun Kevan pergi begitu saja setelah ijab kabul. Setidaknya rasa maluku sedikit berkurang," monolog Sekar sambil memperhatikan putri tirinya yang tengah mencari keberadaan ayahnya. 

      Arancia mengedarkan pandangannya. Ia bertanya perihal keberadaan sang ayah, yang ternyata ia berada di dalam kamarnya. 

      "Ayah," panggil Arancia lembut. "Ayah, Ara mencari-cari ayah sedari tadi, tidak tahunya ayah berada di sini," lanjut Arancia lalu ia berjongkok di hadapan sang ayah. 

     "Nak," ucap lelaki itu lemah. "Maafkan ayahmu yang bodoh ini, tidak bisa berbuat apapun. Menolongmu saja dari pernikahan ini, ayah tidak mampu," lirihnya. 

     Arancia menggeleng. Ia menggenggam tangan tua itu, tangan yang dulu selalu menggendongnya. 

    Selalu berada di garda terdepan bila ada orang yang berniat jahat padanya. Namun, lihatlah tangan kuat itu sekarang sudah keriput dan tua. 

     "Tidak, ini semua bukan salah ayah. Ara yakin jika ini adalah takdir yang Tuhan berikan untuk Ara. Dan Ara akan ikhlas menjalani biduk rumah tangga ini, ayah tetap do'akan Ara. Karena saat ini, itulah yang Ara butuhkan. Do'a dan juga dukungan ayah untuk Ara. Aku berjanji meskipun aku keluar dari rumah ini, ayah tenang saja aku akan selalu menengok ayah. Jaga diri ayah baik-baik. Jika ada apa-apa tolong kabari Ara."

     Pria paruh baya yang bernama Wijaya Hadikusuma itu mengangguk lemah. Lalu Ara pun berpamitan, karena ia tidak bisa membuat orang lain menunggu. Tidak sopan. 

     Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia berharap jika pernikahannya akan berjalan mulus. Ara pun berharap, jika suaminya mau menerimanya. 

     "Sudah siap, Nona?" tanya lelaki muda itu. 

      Arancia pun mengangguk. Masih menggunakan pakaian pengantin, ia mengikuti langkah kaki lebar, lelaki yang katanya anak buah dari suaminya itu. 

      Di luar tampak Sekar tengah berdiri seraya kedua tangannya, bersedekap di dadanya. Ia menatap sinis sekaligus mengejek anak tirinya itu. 

      "Jangan lupa! Resepsi pernikahan kalian nanti malam," ujar Sekar yang membuat langkah kaki Arancia juga lelaki muda itu terhenti. 

      Lantas lelaki itu pun menatap datar pada wanita di hadapannya. Sekar berdiri dengan angkuhnya, tidak merasa bersalah karena telah membiarkan putrinya pergi begitu saja di hari sakral. 

     "Sayangnya, tuan memerintahkan saya untuk membatalkan segala macam hal yang bersangkutan dengan pernikahannya. Ia hanya menyuruh saya untuk membawa istrinya ke Mansion miliknya!"

     Wajah Sekar seketika memerah kala mendengar ucapan lelaki yang tengah berdiri di hadapannya itu. Lalu ia pun kembali melanjutkan ucapannya. 

      "Kebetulan, Tuan saya sudah pergi ke luar negeri. Dan saya harap anda tidak mengharapkan apapun lagi dari tuan juga pernikahan ini."

       Deg

     Arancia mematung. Pergi ke luar negeri? . Hatinya terasa sakit, sebab ia merasa menjadi istri yang tidak di anggap olehnya. 

    "Ia dengan mudahnya pergi begitu saja. Tanpa memberikan satu alasan ataupun kata padaku," lirih Arancia di dalam hatinya. 

      Sementara itu, di tempat lain. Seorang lelaki yang masih lengkap berpakaian baju pengantin. Tampak menatap awan yang tengah ia lewati. 

     Lelaki itu memutuskan untuk pergi. Ia akan memberikan pelajaran baik pada Zahra maupun Arancia. Kedua wanita itu harus merasakan penderitaan dan juga kesengsaraan. 

      Ya, Kevan sudah memiliki rencana. Jika ia memiliki rencana untuk memberikan neraka di dalam pernikahannya. 

      "Tunggu pembalasanku, Zahra. Silahkan untuk saat ini kau hidup senang, tanpa beban. Tapi lihatlah nanti, aku akan membalaskan sakit hatiku akibat penghinaanmu dan juga ibumu. Serta saudaramu itu!"

      ****

         "Silahkan masuk, Nona," ucap lelaki yang tadi mengantarnya menuju rumah mewah Kevan. 

       Hening dan sepi. Tidak ada satupun orang yang berada di sana. 

       Arancia mengedarkan pandanganya, namun ia tidak melihat siapapun. Laki-laki itu pun peka, jika nona mudanya mungkin khawatir karena di rumah itu tiada siapapun. 

      "Para pelayan akan masuk kembali kemari, ketika pagi Nona. Dan maaf untuk tuan muda dia ... langsung pergi ke luar negeri setelah ijab kabul tadi. Untuk sementara Nona tinggal sendiri di rumah ini. Esok saya akan memperkenalkan para pelayan. Dan bila ada apa-apa, Nona bisa langsung menghubungi saya. Mari saya antar Nona ke kamar anda."

       Arancia tidak berkata apapun. Ia dengan patuh mengikuti langkah kaki pria di hadapannya. Arancia tersenyum kecut, malam pertama yang bagi siapa saja menjadi malam yang indah. 

    Namun itu semua tidak berlaku untuknya. Kesan pertama yang ia dapatkan hanya kesepian dan juga keheningan. 

     ******

       "Wajahmu terlihat lugu. Namun aku tidak akan kembali jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Cukup, wanita ular itu yang mengkhianati serta melukaiku, dengan wajah polosnya ia berhasil menjeratku. Kini, kaulah yang akan menggantikannya menjalani hukuman dariku. Selamat datang di neraka pernikahan!"

     

      

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti CEO Cacat   Bab 54 - Pelukan

    Bab 54 - Pelukan Deg Kevan mematung, rasanya sakit kala mendengar jika Arancia tidak pernah merasakan sebuah pelukan. Sejahat itukah perempuan yang bergelar ibu itu, dia membedakan perlakuan yang ia berikan kepada kedua anaknya. Kevan lupa, jika Arancia memang di perlakukan berbeda dengan saudaranya yang lain. Perempuan paruh baya itu menoleh menatap sang tuan besar. Kevan pun mengangguk. Melihat jawaban sang tuan, lantas perempuan paruh baya itu membuka kedua tangannya dan Arancia langsung memeluknya. “Bibi, terimakasih,” lirih Arancia. Bahunya bergetar, Kevan tahu jika Arancia pasti menangis. Kevan membiarkan Arancia menyalurkan rasa sedih yang selama ini ia tahan. Setelah di rasa tenang, Kevan pun menghampirinya. Ia mengusap lembut air mata yang terjatuh di mata indahnya. Senyuman terukir di bibirnya yang jarang tersenyum itu. “Jangan menangis apalagi bersedih, kasian calon bayi kita dia akan ikut bersedih. Mulai saat ini,

  • Pengantin Pengganti CEO Cacat   Bab 53 - Kabar Menggembirakan

    Bab 53 - Kabar Menggembirakan “Saran saya, sebaiknya tuan membawa nyonya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Serta memastikan umur dari kandungan Nyonya. Lebih tepatnya supaya lebih akurat, Tuan.” Kevan mematung di tempatnya seraya memandang wajah cantik Arancia, dadanya berdegup kencang merasakan sebuah eforia besar. Kabar menggembirakan datang dari sang istri. Seulas senyum terbit di bibir Arancia, tangannya sontak mengelus perutnya yang masih terlihat rata. Begitu juga Kevan, ia meraih tangan sang istri dan mengikuti apa yang di lakukan olehnya. Kevan bahkan menundukkan kepalanya dan mengecup lembut perut yang berisikan calon janinnya. “Kamu hamil, Sayang. Kamu dengar itu?” Ucapnya dengan suara yang terdengar bergetar. Arancia mengangguk dengan antusias dan semangat. Rasanya ia sudah tidak sabar untuk memeriksakan kandungannya. Pantas saja ia mual dan muntah akhir-akhir ini, rupanya ada kehidupan lain yang tengah tumbuh di dalam rahimny

  • Pengantin Pengganti CEO Cacat   Bab 52 - Garis Dua

    Bab 52 - Garis Dua Tidak terasa pernikahan Arancia dan Kevan sudah berjalan hampir empat bulan. Kevan yang awalnya menolak kehadiran Arancia, nyatanya di akhir perjuangan gadis itu. Kevan justru menerimanya dan jatuh cinta padanya. Kevan yang sedari awal menolak Arancia, nyatanya ia justru jatuh kedalam pesona sang istri. Sejak saat itu, Kevan enggan melepaskan Arancia. “Sayang,” ucap Kevan, ia meraba-raba samping ranjangnya, dingin. Lantas lelaki tampan itu pun membuka kedua matanya, dan mencari keberadaan sang istri. Namun, ia tidak menemukan keberadaan Arancia, padahal hari masih sangat pagi. “Kemana dia,” gumam Kevan lalu beranjak dari tidurnya. Baru saja ia akan menapakkan kakinya di lantai, suara dari kamar mandi menarik perhatiannya. “Sayang,” panggil Kevan untuk yang kedua kalinya. Tidak ada sahutan, hanya terdengar suara orang yang tengah muntah di dalam kamar mandi. Kevan langsung terbangun, dan berjalan dengan c

  • Pengantin Pengganti CEO Cacat   Bab 51 - Akhirnya

    “Will you marry me?” pinta Reygan kepada Reina. Reina mematung di tempatnya kala mendengar ajakan Reygan yang begitu tiba-tiba. Bagaimana bisa, Reina kira Reygan cuek selama ini karena memang ia tidak menginginkannya. “Apa kamu serius?” tanya Reina penuh harap. Reygan mengangguk yakin, ia menatap Reina dengan tatapan penuh cinta. Berbeda sekali ketika dulu ia mengejar-ngejar lelaki itu. Kenapa di saat ia ingin menjauh, Reygan malah mendekat dan memintanya menikah. “Aku sangat yakin, Rei. Maafkan aku jika sikapku dulu padamu menyakitimu, membuatmu bersedih ataupun selalu menangis akibat perbuatanku. Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu, tetapi aku bingung mengekspresikan perasaanku ini,” ucap Reygan tulus. Reina menatap kedua bola mata Reygan, mencoba mencari kebohongan dari sorot mata lelaki itu. Namun, Reina sama sekali tidak menemukan itu, ia hanya menemukan sebuah kejujuran juga binar cinta di mata tajam Reygan. R

  • Pengantin Pengganti CEO Cacat   Bab 50 - Keresahan Reygan

    Deg Reygan mematung di tempatnya mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Reina. Bagaimana bisa gadis itu berkata seperti itu. Hei, ini tidak bisa di biarkan, Reygan tidak mau jika harus kehilangan gadis yang selalu mengejarnya dengan tatapan memuja. Tapi, bukankah seseorang akan terasa sangat berarti ketika ia tidak ada di sisi kita?! Setelah dia pergi dan lelah berada di sisi, barulah kita sadar betapa berartinya dia untuk kita. Lalu hanya penyesalanlah yang akan menemani kita kelak. “Kau,” geram Reygan. “Tidak ada yang boleh memilikimu selain ….” “Selain siapa?!” potong Reina. “Siapa yang berhak memiliki saya tuan Reygan yang terhormat. Dengan siapa pasangan saya kelak, bukan urusan anda! Uruslah hidup anda sendiri, tidak perlu mencampuri urusan hidup saya. Mungkin sebaiknya kita kembali menjadi orang asing, yang tidak saling mengenal. Mungkin dengan seperti itu, tidak akan ada hati yang akan terluka.” “Tidak bisa!” tegas Reygan

  • Pengantin Pengganti CEO Cacat   Bab 49 - Reygan, Reina

    “Sayang,” seru Kevan begitu ia tiba di mansionnya. Arancia yang tengah duduk di ruang tengah pun langsung berdiri, menyambut kedatangan sang suami. Kevan tersenyum lembut menatap wajah cantik sang istri, senyum yang tentu saja baru pertama kali Arancia lihat. Sebab, selama menikah baru kali ini Kevan memberikannya sikap yang begitu lembut. Berbeda dengan beberapa bulan yang lalu, dingin, datar dan ketus. “Eum, sudah pulang, Tuan,” sambut Arancia yang membuat Kevan menaikkan alisnya, menatap sang istri. “Mengapa kau memanggilku seperti itu? Apa kau lupa!?” Glek Arancia menelan ludahnya kasar, ia lupa jika semalam Kevan memintanya untuk memanggilnya ‘SAYANG’. Arancia tersenyum kikuk, seraya menggosok pangkal hidungnya yang tak gatal. “Eumh, maafkan aku tu … maksud aku, Hubby,” cicitnya. Kevan tersenyum tipis lantas merangkul pinggang Arancia dan mengajaknya masuk ke dalam kamar. Arancia meski

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status