Setelah lama berjalan mereka pun sampai di kamar Aiden. Begitu mereka berdua berada di kamar, Aiden baru ingat kalau hari telah begitu malam sehingga tidak mungkin bagi nya untuk memanggil Rery ke kamar nya untuk menolong nya mengganti baju."Bagaimana ini? Kalau aku mengganti baju ku sendiri Gwen pasti akan curiga." Aiden terus berpikir keras bagaimana cara nya dia bisa mengganti pakaian. Karena aneh saja jika dia tidur dengan memakai jas lengkap sepertit itu. "Apa aku harus meminta tolong pada si rubah kecil licik? Secara ajaib nya hanya dia yang bisa menyentuh ku! Bahkan tidak hanya menyentuh! Dia juga telah berkali-kali mencium pipi ku!" Aiden langsung memegang pipi nya. Tiba-tiba kecupan Gwen tadi terasa kembali nyata di pipi Aiden, membuat jantung Aiden kembali tidak aman persis seperti setiap kali bibir Gwen menyapa pipi nya. Jantung Aiden seakan ini melompat keluar dan mencium balik pipi Gwen. Tapi untungnya pengendalian Aiden untuk saat-saaat penting seperti itu cukup baik se
Gwen menghela nafas dan berkata, "Gwen tidak akan macam-macam tuan Muda Aiden tidak perlu takut seperti itu. Gwen hanya ingin saat kita bicara posisi kita sama tinggi. Tenang lah Gwen tidak akan mendadak mencium tuan Muda Aiden seperti tadi." Ucap nya yang kini menopangkan kedua siku nya di kedua sisi kursi roda dan melipat tangan nya. Lalu memajukan wajah nya.Karena wajah Gwen maju, otomatis wajah Aiden mundur. "Hmm.. kau ingin bicara apa lagi?" ujar Aiden sambil tetap menjaga jarak dari Gwen."Gwen sangat memohon kemurahan hati tuan Muda Aiden soal ruang ganti pakaian itu. Dan soal kamar mandi, hmm selama ini Gwen mandi dengan pintu kamar mandi terbuka. Gwen tidak bisa mandi dengan pintu kamar mandi tertutup." sambung Gwen."Jadi selama kita sekamar, kau akan mandi dengan pintu kamar mandi terbuka??!" Seru Aiden kaget.Wajah Gwen langsung meringis. Dia benar-benar lupa akan hal ini."Sial! Kenapa aku tidak kepikiran sampai ke situ!!!"Gwen cepat-cepat memutar otak nya. Belum selesai
Pelan-pelan Aiden membuka mata nya. Mata nya mengarah pada jam jati yang berdiri kokoh di sudut kamar nya. Dan terlihat lah hari sudah jam 1 dini hari. Lalu Aiden mengalihkan lagi pandanganya pada Gwen yang terlihat tidur nyenyak di dalam kantong tidurnya. "Apa dia benar-benar sudah tertidur?" Aiden menatap Gwen-You sambil berujar dalam hati.Aiden pun mengambil handphone yang memang dia letakan di atas kepala tempat tidur nya. Dengan segera Aiden mengecek CCTV tepat setelah dia dan Gwen keluar dari ruang ganti pakaian.Setelah mengecek CCTV, Aiden pun pelan-pelan bangun dari tempat tidur nya."Seperti nya ini dia benar-benar sedang tertidur." Sekali lagi Aiden berucap dalam hati karena dia takut suara nya akan membangunkan Gwen yang sedang tertidur pulas.Pelan-pelan Aiden membuka pintu rahasia nya dan pergi melalui pintu rahasia itu karena seharus nya telah ada seseorang yang menunggu nya di dalam terowongan rahasia yang ada di balik pintu itu.****"Aku kira kau tidak akan datang
Aiden yang telah menyelesaikan sesi latihan berjalan nya dengan Mr. D akhirnya kembali ke kamar nya. Dibukanya pintu ruang rahasia itu dari dalam perlahan dan sebisa mungkin tidak bersuara."Hufff! Untung dia masih tidur." Aiden berujar dalam hati sambil menutup pintu itu kembali dengan pelan.Pelan-pelan Aiden melangkah ke tempat tidur nya. Dia tidak ingin langkah kaki nya membangunkan Gwen yang terlihat masih betah di dunia mimpi itu.Aiden naik ke atas tempat tidur dan langsung ambil posisi untuk tidur kembali.Saat Aiden sudah kembali tertidur Gwen memiringkan badan nya dan membuka pelan matanya, "aku yakin mendengar langkah kaki dan suara pintu di buka dan di tutup sejak satu jam yang lalu. Tapi apakah itu Aiden? Atau apa ada orang lain yang keluar masuk kamar ini?" Gwen bertanya -tanya dalam hati karena sejak dia mengambil posisi tidur setelah membantu Aidenn berganti pakaian, Gwen sama sekali tidak berani membuka matanya.Setiap kali dia membuka matanya, dia selalu terbayang tu
"Tunggu !" Tahan Gwen "Pertama bagaimana cara Rery masuk ke dalam kamar kita? Bukan kah semalam aku sendiri yang mengunci pintu kamar dan kau menyuruh ku untuk menggantung kunci nya di atas sana." Tanya Gwen dengan nada penuh selidik. "Kena kalian berdua kali ini." ucap Gwen dalam hati. "Aku punya kunci pintu kamar tuan Muda Aiden nona Gwen. Jadi aku bisa masuk ke kamar ini kapan saja selama anak kunci nya tidak terpasang." Jawab Rery sambil mengangkat anak kunci milik nya. "Ini." ucap nya sambil tersenyum pada Gwen. "Maka nya semalam aku meminta mu untuk mencabut anak kunci itu dan menggangtung nya disana. Hal ini supaya Rery tidak kesulitan masuk ke kamar ini." Tambah Aiden. "Apa mungkin yang masuk ke dalam kamar tadi malam dan berjalan-jalan di dalam kamar adalah Rery? Tapi untuk apa dia masuk ke kamar kami tengah malam?" Di balik wajah datar nya Gwen menyembunyikan sejuta kecurigaan nya terhadap Aiden dan Rery. "Apa masih ada yang ingin kau tanyakan Gwen? Kalau tidak, lekas
"Aku tidak tahu apa arti pernikahan ini bagi mu, nona Gwen. Tapi aku, Skyaleden Gavin Junior ingin meminta maaf pada mu. Karena nona Gwen menikah dengan ku, pria yang tidak berguna ini, pernikahan mu jadi seperti ini." Ucap Aiden sambil memandang Gwen yang duduk di tepian tempat tidur Aiden usai serangkaian acara pernikahan mereka."Dua upacara terakahir saja aku sudah merasa sangat beruntung tuan Muda Aiden. Aku kira aku malah tidak akan menikah dengan layak seperti itu ibu. Yang hanya sebatas dinikahi begitu saja oleh tuan besar Meteo!" ujar Gwen dalam hati dan tentu saja tidak menyampaikan suara hati nya ini pada Aiden yang duduk di depan nya."Dari sekian banyak rangkaian prosesi adat yang seharusnya kau jalani yang seharusnya menjadi kenangan dalam hidup mu, kau hanya menjadi dua prosesi terakhir saja karena kau menikah dengan ku. Aku Skyaleden Gavin Junior, sungguh -sungguh meminta maaf pada mu." Lanjut Aiden memandang lurus pada Gwen.Dibalik veil yang masih di kenakan nya, Gwe
"Membuka penutup wajah pengantin wanita itu adalah tugas dari pengantin pria. Aku tidak akan membiarkan apa yang menjadi tanggung jawab ku, dilakukan oleh istri ku." Ucap Aiden lalu menaik kan Veil penutup wajah Gwen ke atas kepala Gwen kemudian menatap mata indah Gwen yang membola saat wajah Aiden semakin dekat dan dekat dengan wajah Gwen lalu sebuah ciuman yang lembut pun Gwen rasakan di bibir nya.Bukan nya menjawab pertanyaan yang Gwen berikan, Aiden malah mencium Gwen. Sebuah ciuman bibir pertama yang mereka lakukan dalam mode serius.Mata Gwen perlahan tertutup, dia membiarkan diri nya menikmati ciuman pertama yang diberikan oleh suami nya di malam pertama mereka.Dua insan ini seolah telah masuk ke dalam dimensi nya mereka sendiri ketika ciuman mereka mengantarkan mereka ke sesuatu yang terasa membakar semua batas-batas yang tadi nya mereka tetapkan sendiri di dalam diri mereka.Batasan-batasan yang mereka buat agar mereka tidak terjebak dengan orang yang ada di hadapan mereka
Di dalam ruang ganti pakaian, Gwen tersandar lemas di balik pintu sambil memegangi dada nya yang berdetap detup tidak karuan. Lalu satu tangan nya menyentuh bibir nya yang dengan semangat empat lima membalas setiap kecupan, lumatan dan esapan yang Aiden berikan. Andaikan tidak ada bunyi-bunyi yang tidak jelas dari luar kamar Aiden, entah apa yang akan Gwen dan Aiden lakukan. Gwen menggigit bibirnya dan ajaibnya bibir Aiden masih terasa disana. "Astaga! Aku pasti sudah gila!!!!" teriak nya yang sudah pasti hanya di dalam pikiran nya saja. "Lagian kenapa dia tiba-tiba menciumku??" Teriak Gwen lagi dan lagi dalam kepala nya. Gwen berjalan menuju meja hias yang ada di dalam ruangan ganti pakaian itu. Sambil berdiri di depan kaca, Gwen mulai berbicara sendiri seperti orang gila. "Dan kau juga Gwen!!" tunjuk nya pada pantulan diri nya sendiri yang ada di cermin besar di depan nya. " Kenapa kau membalas ciuman nya??!!!" Teriak Gwen sambil menunjuk-nunjuk ke arah cermin. "Kalau sudah begi