Share

Chapter 120

Penulis: Lia.F
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-13 14:02:38

Malam itu, rapat bulanan anggota The Silent digelar di ruang pertemuan bawah tanah, jauh dari mata publik. Cahaya lampu gantung tembaga memantulkan kilau emas di dinding batu tua. Banyak orang-orang penting dari Rusia dan berbagai negara duduk mengitari meja panjang berbentuk oval, mengenakan jas gelap, sebagian berbicara pelan, sebagian hanya saling mengamati.

Di ujung paling jauh, Juliete duduk tegak. Kursinya sedikit lebih tinggi dari yang lain, tanda bahwa dialah kepala yang kini memimpin organisasi itu. Di sebelahnya, Julian duduk tenang, matanya sesekali berkeliling ruangan, seperti seekor elang mengawasi wilayahnya.

Para anggota mulai berdatangan dan mengambil tempat masing-masing.

“Apakah Tuan bernama Dimitri Volkov itu datang, Alexa?” Juliete bertanya pelan, nyaris seperti gumaman, matanya tetap menatap daftar nama di depannya.

“Tadi siang, memang ada pemberitahuan bahwa Tuan Dimitri akan datang, Nyonya,” jawab Alexa dengan nada datar.

Juliete mengangguk ringan, tid
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 120

    Malam itu, rapat bulanan anggota The Silent digelar di ruang pertemuan bawah tanah, jauh dari mata publik. Cahaya lampu gantung tembaga memantulkan kilau emas di dinding batu tua. Banyak orang-orang penting dari Rusia dan berbagai negara duduk mengitari meja panjang berbentuk oval, mengenakan jas gelap, sebagian berbicara pelan, sebagian hanya saling mengamati. Di ujung paling jauh, Juliete duduk tegak. Kursinya sedikit lebih tinggi dari yang lain, tanda bahwa dialah kepala yang kini memimpin organisasi itu. Di sebelahnya, Julian duduk tenang, matanya sesekali berkeliling ruangan, seperti seekor elang mengawasi wilayahnya. Para anggota mulai berdatangan dan mengambil tempat masing-masing. “Apakah Tuan bernama Dimitri Volkov itu datang, Alexa?” Juliete bertanya pelan, nyaris seperti gumaman, matanya tetap menatap daftar nama di depannya. “Tadi siang, memang ada pemberitahuan bahwa Tuan Dimitri akan datang, Nyonya,” jawab Alexa dengan nada datar. Juliete mengangguk ringan, tid

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 119

    “Mommy…!” seru Luka riang. Anak laki-laki itu berlari tergesa melintasi halaman sekolah, sepatu kecilnya menjejak tanah dengan semangat tak tertahankan. Sesampainya di depan Juliete, ia langsung memeluk sang ibu erat-erat—tangan kecilnya melingkari pinggang ibunya seakan dunia di sekitarnya tak lagi penting. Juliete langsung berjongkok, membalas pelukan itu dengan lembut. Senyum tipis menghiasi wajahnya. “Kau tampak sangat senang hari ini?” tanyanya lembut, membelai rambut Luka yang bergelombang halus. “Tentu!” jawab Luka penuh semangat. “Tadi pagi aku kasih Lusiana permen… dan Mommy tau apa yang dia lakukan padaku?” Juliete tertawa pelan, matanya menyipit penuh rasa ingin tahu. “Memangnya, apa yang Lusiana lakukan pada putra Mommy yang baik hati ini?” Luka menunduk sedikit, lalu tersenyum simpul—senyuman kecil yang, bagi Juliete, terasa seperti hantaman halus di dadanya. Demi Tuhan… senyuman itu sangat mirip dengan ayahnya. Terlalu mirip. “Dia menciumku!” seru Luka gira

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 118

    Empat tahun kemudian. Musim gugur mulai menyelimuti Rusia. Angin dingin menerpa jendela-jendela Petrovka, membawa serta guguran daun-daun keemasan yang menari di halaman belakang. Di dalam ruang latihan, ketegangan memuncak. Juliete baru saja memiting lengan Radimir dengan gerakan cepat dan nyaris mematahkan leher pria itu. Tubuhnya masih menindih Radimir di atas matras, nafasnya memburu, rahangnya mengeras. “Kau tidak serius berlatih denganku,” desisnya, penuh amarah. “Kenapa kau menahan tenagamu, brengsek.” Radimir tersenyum miring meski posisinya jelas terdesak. “Kalau saya keluarkan seluruh tenaga saya, Anda tidak akan mau berkencan dengan saya, Nona.” “Ck!” Juliete menggerutu dan melepas cekalannya. Ia berdiri, meletakkan kedua tangan di pinggang, dadanya naik-turun di balik pakaian olahraga yang basah oleh keringat. Matanya menatap Radimir tajam, jenuh tapi tak sepenuhnya membenci. “Sudah kukatakan, aku tidak tertarik padamu. Urus saja tugasmu sebagai pengawal pr

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 117

    Jaiden berhasil dilumpuhkan. Tubuhnya berlutut di lantai aula, di hadapan puluhan anggota The Silent, di antara sorotan mata penuh bisik-bisik dan penilaian yang tak bisa ia hindari. Darah menetes dari sudut bibirnya, namun yang lebih menyakitkan adalah kenyataan bahwa seumur hidupnya, ia tak pernah berlutut pada siapa pun. Tidak untuk musuh. Tidak untuk dunia. Namun malam ini… semua berbeda. Dan semua ini karena satu orang—Juliete. Pandangan matanya mencari, dan ia menemukannya. Juliete berdiri di sana. Membisu. Tidak berlari kepadanya. Tidak mencoba melindunginya. Tidak lagi menjadi tempat pulang. Sakit di dadanya jauh lebih menyiksa daripada luka fisik mana pun. Begini rasanya kalah karena cinta. Tiba-tiba… DOR! Sebuah tembakan memecah udara pesta. Semua tamu terkesiap. Peluru Julian menembus bahu kiri Jaiden. Tubuhnya langsung terhempas ke belakang, membentur lantai marmer keras dengan bunyi berat. Darah mengalir, membuat lantai mengilap dalam warna merah. Juliete

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 116

    Jaiden masih menatapnya dalam, kedua tangannya menahan wajah Juliete seolah ia benda rapuh—padahal seluruh tubuhnya mendidih oleh kemarahan dan hasrat yang tak tertahankan. Juliete ingin menepis sentuhan itu, namun tubuhnya tetap berdiri di tempat yang sama, diam, membeku di antara pilihan. “Lepaskan aku,” bisiknya lirih, tapi tak benar-benar menolak. Jaiden tak menjawab. Ia menunduk perlahan, wajah mereka hanya terpisah oleh napas. Tangannya turun ke bahu Juliete, menekan lembut namun tegas, menyusuri lengan hingga ke pinggang. Gerakannya penuh kuasa. Jaiden adalah seseorang yang tahu betul di mana batas Juliete dan kapan harus menabraknya. “Kau membenciku,” gumamnya, suaranya rendah dan dalam. “Tapi lihat bagaimana kau memandangku… seperti ingin membunuh dan mencumbu dalam napas yang sama.” Juliete menarik napas tajam. “Karena itulah kau berbahaya.” Jaiden tersenyum kecil—dingin, kejam, dan menggoda. “Dan kau menyukai bahaya itu.” Ia mencium rahang Juliete, lalu turun ke

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 115

    Mereka melangkah masuk ke dalam vila tempat pesta ulang tahun organisasi The Silent digelar. Deretan mobil mewah berjajar rapi di halaman parkir, menandakan pesta itu bukan acara sembarangan. Julian berjalan berdampingan dengan Sheila, sementara Juliete menggandeng lengan Radimir. Pertemuan pertamanya dengan pria itu cukup membuat Juliete terkesan. Radimir benar-benar seperti yang dikatakan Irene—nyaris setara dengan Julian dalam banyak hal. Tubuhnya tinggi dan tegap, dipenuhi tato yang menyembul dari balik kerah kemeja. Wajahnya keras, dingin, dan khas Rusia. Jika Julian mencerminkan keanggunan Timur Tengah yang misterius, maka Radimir adalah sosok Eropa Timur yang liar dan membakar dalam diam. Tak heran Julian mempercayainya sebagai kepala pengawal. Bahkan menurut Sheila, Radimir adalah salah satu anak buah kesayangan Julian—loyal, mematikan, dan nyaris tak pernah gagal. “Kau sudah pernah datang ke pesta seperti ini, Radimir?” tanya Juliete pelan, matanya menelusuri keramaia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status