Share

Chapter 16

Author: Lia.F
last update Last Updated: 2025-06-20 23:36:17

Ruang itu dingin dan menyengat. Dinding-dindingnya berlapis logam abu suram, dan bau besi bercampur amis menggantung di udara seperti kabut tebal yang tak bisa dihirup tanpa membuat perut mual.

Juliete diikat di kursi logam dengan tali kulit tebal yang membatasi geraknya. Kulitnya terasa lembap karena keringat dan gugup, tapi bukan hanya karena ketakutan—ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih gelap.

Tatapan Juliete terkunci pada Jaiden yang tanpa mengenakan atasan. Hanya celana panjang gelap yang menempel di pinggangnya. Di bawah sorotan lampu putih yang menggantung di langit-langit, otot-otot di tubuhnya tampak kencang, dipenuhi gurat bayangan dan bercak darah kering.

Tangannya membawa sebilah pisau panjang.

Juliete harusnya merasa takut. Harusnya merasa jijik. Tapi yang ia rasakan justru berbeda. Napasnya tertahan. Matanya tak bisa berpaling. Dada Jaiden mengilap karena keringat dan cipratan darah, dan setiap gerakannya—terkontrol, brutal, mematikan—terasa seperti tarian
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 30

    Lima belas menit berlalu dalam ketergesaan. Borgol itu kembali melingkar di pergelangan tangan mereka—mengeratkan ikatan, secara harfiah. Jaiden kini sudah berpakaian rapi, jasnya licin sempurna, dasi terikat presisi. Sialnya, tadi pria itu mengenakan semuanya dalam keadaan setengah telanjang, dan sama sekali tidak terganggu oleh keberadaan Juliete. Untungnya, Juliete sempat menyelinap ke dalam wardrobe, jadi tak harus melihat setiap inci tubuh pria itu—walau… otaknya tetap menyimpan cukup visual untuk membuatnya memerah sekaligus. “Aku belum makeup,” keluh Juliete akhirnya. Wajahnya masih polos. Sisa air di ujung rambutnya menetes pelan ke bahu. Jaiden, yang sedang mengancingkan manset tangannya, menoleh. Tatapannya tenang. “Take your time, baby.” Juliete mengangkat tangan mereka yang terikat. “Bagaimana caranya aku make-up dengan satu tangan terikat?!” “Lakukan saja. Aku tunggu.” jawab Jaiden ringan. Satu sudut bibirnya menyeringai—karena tentu saja, dia menikmati sem

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 29

    Cahaya pagi merambat lembut melewati tirai tipis, menyusup ke sela kelopak mata Juliete yang perlahan terbuka. Pandangannya masih kabur, tapi bayangan di hadapannya segera menjadi nyata. Pria itu berbaring di sampingnya, menatap Juliete dengan mata setengah mengantuk dan rambut sedikit berantakan, kini mereka saling berhadapan—entah sejak kapan. Ada sesuatu yang berbahaya sekaligus intim dari caranya memandangi Juliete pagi ini. Tangannya perlahan terangkat, menyentuh pipi Juliete pelan. Ujung jarinya dingin tapi tetap mengalirkan panas ke seluruh pori Juliete. “Sudah bangun, baby?” bisiknya rendah. Juliete hanya mengangguk. Tak ada kata yang mampu ia lontarkan. Kini Juliete sadar Pria ini yang akan ia lihat setiap paginya setelah pernikahan berlangsung. Sialnya ia mulai terbiasa dengan kehadiran Jaiden. Lebih tepatnya pada dominasinya. Tapi bayang-bayang malam sebelumnya kembali menyusup. Arthur. Pernyataan dan kecurigaannya masih menggema di kepala Juliete. Juliete sebenar

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 28

    Pintunya terkunci. Manis sekali. Dia pikir bisa menyembunyikan diri dariku di dalam kamarnya. Aku menyeringai saat menarik kunci cadangan dari sakuku. Ini Blackvale—semua pintu tunduk padaku. Klik. Bunyi kunci memecah keheningan. Saat pintu terbuka, aku melihatnya. Juliete masih terjaga. Berbaring di ranjang, menatap langit-langit. Tapi suara pintu yang terbuka membuat tubuhnya menegang. Dia terduduk, matanya lebar. Dia terkejut. Tapi seperti biasa—sombong. Tetap mencoba menunjukkan bahwa dia tak takut padaku. Itulah yang membuatku muak. Dan tergila-gila. Aku melangkah cepat, tanpa memberi ruang. Suasana kamar langsung berubah. Udara menjadi lebih panas. Tanpa sepatah kata, aku mendorong tubuhnya ke ranjang. Gerakanku cepat. Juliete nyaris terpental, matanya membelalak karena terkejut. Tanganku mencengkeram pergelangan tangannya—keras. Dalam satu gerakan, kutarik borgol dari sakuku dan mengaitkan satu sisi ke pergelangan tangannya… sisi lain ke tanganku sendiri. Dan suara lo

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 27

    POV Jaiden. Lima menit. Sepuluh menit. Hampir setengah jam. Juliete tak juga kembali. Padahal katanya hanya ingin mencari udara segar. Aku mulai gelisah. Aku tahu di tempat ini dan orang-orang di dalamnya yang tak bisa di percaya. Aku bangkit dari kursi dan melangkah keluar ballroom. Mencarinya. Mataku menyapu ruangan, tapi sosoknya tak tampak. Aku mengingat lagi arah langkahnya tadi. Koridor sisi timur. Aku menuju ke sana. Dan di sanalah dia. Juliete. Tapi tidak sendiri. Tubuhku menegang. Alisku menyatu. Ada sesuatu yang panas, naik dari dada dan merambat ke tenggorokan. Dia tertawa. Tersenyum lepas. Wajahnya nyaman dan hidup. Itu bukan wajah yang pernah dia tunjukkan padaku. Bersama siapa? Arthur. Pamanku. Pria sok suci yang sudah lama menyimpan pisau di balik senyum. Yang bicara manis di meja makan tapi menusuk dari belakang. Yang ibuku percaya—tapi aku tahu lebih dari siapa pun: dia bukan keluarga. Dia ancaman. Dan sekarang dia berdiri terlalu dekat dengan Juliete.

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 26

    Makan malam telah usai. Pelayan membersihkan meja dengan gerakan cepat dan nyaris tak terdengar. Lilin-lilin di sepanjang meja utama masih menyala, memantulkan cahaya lembut ke dinding batu yang dingin. Setelah semua rangkaian acara usai—tata cara formal, tatapan tajam, senyuman setengah palsu, dan keharusan menjawab dengan manis. Ia menatap sekeliling aula. Semua orang masih sibuk dengan urusan mereka sendiri. Sebagian tamu telah berpamitan, meninggalkan aroma parfum mahal yang menggantung di udara. Sebagian lagi memilih tinggal—ada yang berbincang ringan di sofa beludru dan ada yang berdansa di bawah gemerlap kristal chandelier. Juliete menunduk sedikit, lalu membisik pada Jaiden yang duduk di sampingnya: “Boleh aku permisi… mencari udara segar sebentar?” Jaiden menoleh cepat, matanya langsung mengunci wajahnya. Ada kerutan tipis di alisnya. “Mau aku temani?” Juliete menggeleng cepat, lalu tersenyum kecil—senyum yang tidak benar-benar sampai ke matanya. “Tidak… a

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 25

    Begitu pria itu muncul, Jaiden segera berdiri, merapikan jasnya. Yang lain ikut bangkit. Juliete sempat bingung, tapi cepat membaca situasi dan berdiri mengikuti yang lain. Aura pria itu menuntut penghormatan, tanpa harus meminta. Jaiden mencondongkan tubuh, membisikkan kata-kata di telinga Juliete. “Ayo, ikut aku menyapa kakekku, Baby.” Juliete menatapnya sejenak, sebelum akhirnya menyadari siapa pria tua di ujung ruangan itu. “August Alastair Cavendish,” gumam Jaiden, suaranya rendah namun penuh hormat. “Generasi ke-9. Lelaki tertua sekaligus pilar keluarga ini.” Sambil berkata demikian, Jaiden meraih tangan Juliete—genggamannya mantap, lalu membimbingnya mendekati sosok yang kini menjadi pusat seluruh perhatian. “Selamat malam, Kek. Izinkan aku memperkenalkan calon istriku, Juliete Finnigan,” ujar Jaiden, suaranya tenang namun tegas, sesaat sebelum August duduk di kursi singgasananya—pusat dari seluruh ruangan, simbol otoritas tak tergoyahkan. Juliete tersenyum sop

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status