Share

Penawar Racun

Penulis: Er_zhi.zhii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-30 19:54:54

Sang surya telah muncul dan memberikan kehangatan, cahaya terangnya masuk menembus Goa tempat Emma dan Erland berada. Perlahan Erland membuka matanya karena merasakan kehangatan cahaya yang bersinar ke arahnya. 

Dia menoleh menatap wajah damai Emma yang sedang tidur dalam dekapannya. Semalaman dia tidur sembari memeluk Emma yang kedinginan. Dia merasa ada perasaan aneh yang terus berputar di hatinya, perasaan yang hanya muncul ketika dia berada di dekat Emma.

'Erland, to-tolong aku, a-aku tidak ingin mati.'

Erland tertegun sejenak setelah mendengar Emma mengigau dan memanggilnya. Sesaat kemudian, dia menunduk sembari mengehela nafas. 'Emma aku tidak ingin tapi, jika tahun ini tidak ada persembahan maka aku ... aku akan menggila kehilangan kendali.'

Emma perlahan membuka matanya, hal pertama yang dia lihat pagi ini adalah wajah tampan Erland. Dia tersenyum tipis sembari berusaha menggerakan tangannya sayangnya, tubuhnya yang sangat lemas membuatnya tidak bisa bergerak bak orang yang lumpuh.

"Er-land, tubuhku tidak bisa bergerak." Ucap Emma sembari menatap Erland yang sedang memeluknya.

Mendengar pernyataan Emma membuatnya mengerutkan kening, dia tidak pernah terpikir kalau tubuh Emma serapuh itu. Kemdudian, dia meraih tangan Emma terlihat luka bekas cakaran Srigala semalam membengkak. 'Tidak mungkin, meski tubuhnya sangat lemah lukanya tidak mungkin membengkak separah ini.'

Luka di tangan Emma membengkak dan membiru, bekas cakarannya juga terbuka dan terus mengeluarkan asap biru. Erland menduga bahwa Emma sedang keracunan, Erland lantas bertanya, "Apa kamu memakan buahnya?"

"Buah?" Emma tidak mengerti buah apa yang Erland maksud.

"Buah Peri! Buah di hutan ini."

Emma mengangguk sebagai jawaban sesaat kemudian, dia merasakan tubuhnya semakin dingin. Semua tulang, pembuluh darah dan kulitnya terasa kebas dan mati rasa, dia mencoba menggerakkan bagian tubuhnya namun, dia tidak merasakan apapun, satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah berbicara.

Erland melolot kala melihat anggukkan Emma, dia tidak pernah berpikir kalau Joana akan melakukan ini untuk menyingkirkan Emma dari hidupnya. Sesaat kemudian, terlihat tubuh Emma hampir membiru sepenuhnya. 

"Bertahanlah aku akan segera membawa mu keluar dari sini."

Erland segera bangkit dan berlari dengan cepat sembari menggendong tubuh lemas Emma. Untuk pertama kalinya dia memikirkan keselamatan Emma diluar pemikiran kalau mereka terikat kutukan Penyatuan Jiwa. Sesampainya di Kastil dia segera mengirim pesan telepati kepada Nathan.

Dia berlari menyusuri lorong, dengan panik dia memerintahkan para pengawal yang berjaga untuk menjaga dengan ketat pintu masuk Kasti dan pintu menuju hutan Buah Peri. Setelah dia sampai di kamar Emma, dia lantas meletakkan Emma di tempat tidur dengan hati-hati.

"Nathan tutup pintunya! Jangan biarkan siapapun menganggu."

"Baik!"

Setelah itu mengepal tinjunya dan memukul dada kirinya dengan keras untuk melukai jantunya. Darah segar terlihat keluar dari mulut Erland, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Emma. Dia berniat membuat Emma meminum darah jantungnya.

"Apa kamu yakin akan melakukannya seperti itu?" Tanya Nathan yang berjaga di pintu.

"Ini bukan pertama kalinya."

Setelah itu Erland menempelkan bibirnya ke bibir Emma, dengan cara itu dia memberikan Emma darah jantungnya. Dia memejamkan matanya sembari menikmati bibir manis Emma yang membuatnya lupa diri. Untungnya ada Nathan yang menghentikan aksinya.

"HEM!"

Setelah mendengar suara Nathan berdehem lantas membuatnya sadar kalau dirinya sudah melampaui batas. Dia duduk di tepi tempat tidur sembari terus menatap wajah Emma, tubuhnya meringkuk sembari menahan rasa sakit yang sama dengan yang Emma rasakan.

"Agh ... emph."

Tubuhnya merosot ke lantai, satu tangannya memegang dadanya dan satunya lagi menopang tubuhnya yang kesakitan. 'Inikah rasa sakit dari racun Buah Peri?' Dia tersenyum miris sembari kembali mengingat saat dia baru sampai di hutan Buah Peri.

"Er ... Tuan! Kamu tidak apa-apa kan? Pakai .... "

Erland mengangkat tangannya memberi isyarat untuk berhenti, lalu dia berkata, "Tidak, aku ingin merasakan rasa sakit dari racun Buah yang aku pelihara selama ini." 

Setelah Erland mengatakan seperti itu membuatnya tidak bisa membujuk keras kepala kakaknya itu. Dia hanya berdiri menatap punggung kakaknya, baru pertama kali dia melihat kakaknya ingin merasakan apa yang orang lain rasakan.

'Kak, apa keegoisan dan kekejamanmu akan dihancurkan olehnya?' Batin Nathan bertanya-tanya setelah melihat kakaknya peduli dengan orang lain. 'Aku berharap dia bisa merubah mu menjadi lebih baik.' Gumam Nathan sembari tersenyum tipis penuh harap.

Beberapa jam telah berlalu, tubuh Erland sudah merasa ringan dan tidak lagi merasakan sakit lagi. Dia mengatur nafasnya kemudian bangkit menghampiri Nathan. Dia berbisik, "Jaga dia, aku harus mengobati lukaku."

Setelah kepergian Erland, tiba-tiba terdengar suara wanita yang sedang ribut di depan pintu kamar Emma. Hal itu takutnya akan mengganggu istirahat Emma sehingga, membuat Nathan terpaksa keluar menemui wanita itu.

"Nona Joana, apa yang kamu lakukan disini?" 

"Aku ingin bertemu dengan Emma." Ucap Joana dengan tegas seolah sedang memberi perintah.

"Maaf, tidak ada yang diijinkan masuk selain tuan Erland."

"Dia atau aku itu sama saja. Berani sekali Kamu menaha .... "

Ucapan Joana terhenti kala dia merasakan ada tangan yang mengenggam lengannya dengan kuat. Dia menoleh ke arah kirinya, terlihat seorang pria mengenakan jubah hitam lengkap dengan tudung hitam yang menutupi seluruh wajahnya.

"Erland?" Ucapnya lirih seolah tidak percaya pria itu akan kembali dengan cepat.

Tanpa menunggu persetujuan wanita itu Erland langsung menarik lengan Joana dengan kasar. Dia membawanya kembali ke kamar Joana, langkah besarnya membuat Joana kesulitan untuk menyeimbangkan dirinya.

"Ikut aku!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Membawa Kembali Joana

    "Jika kamu sudah tahu maka capet serahkan wanita itu padaku."Dengan lirikan mautnya, Erland membuat Charlie yang berdiri jauh dibelakangnya bergidik ngeri. "Apa kamu hanya akan menatapku saja?" Tanya Erland dengan suara dingin sembari terus melirik Charlie."I-ikuti saya."Erland melangkah mengikuti Charlie masuk ke sebuah Kastil yang baru pertama kali dia datangi. Kedatangan mendadak Erland membuat Penguasa Kastil, ayah Charlie tidak bisa menyiapkan apapun untuk menyambut dirinya."Maafkan kami Tuan Tamsos Karalius, kami tidak menyambut kedatangan anda.""Sudahlah, aku juga tidak butuh penyambutan apapun." Mendengar jawaban Erland membuat Sang Penguasa Kastil Bulan merasa tersinggung, karena ucapan Erland seolah telah merusak harga dirinya. Dalam hatinya, dia ingin sekali menghajar Erland namun, dia sadar bahwa orang yang datang ke Kastilnya bukanlah lawannya."Baiklah, silahkan anda duduk dan .... ""Aku kesini bukan untuk menikmati pelayananmu."Ucapan Erland yang tiba-tiba memot

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Keberadaan Joana

    "Apa yang dia katakan?"Erland berdiri di samping tubuh dingin Emma yang terbaring di ruangan dingin. Dia bertanya sambil memunggungi Nathan sekaligus menatap Emma yang tertidur secara bersamaan. Suaranya terdengar sedikit serak karena terus menangisi kepergian Emma beberapa hari ini."Dia tidak mau mengatakan apapun."Mendengar jawaban dari Nathan membuatnya naik darah, dia mengepal kedua tinjunya sembari menegangkan rahangnya. Kesabarannya sudah dikalahkan oleh amarah kekesalan yang dia tahan beberapa hari selama proses introgasi."Aku akan membuatnya membuka mulut." Ucapnya penuh penekanan.Setelah itu, Erland beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya di sepanjang lorong menuju tempat Felix dikurung. Langkahnya yang besar serta mantap terlihat mengerikan, amarah dihatinya sudah tak tertahankan. DUAKKKErland menendang pintu dengan tidak sabar, dia maju lima langkah lalu, tangannya dengan cepat meraih leher Felix. Ibu jarinya menekan titik vital yang dapat membunuh Felix, "K

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Seharusnya Tak Terdengar Menyedihkan

    "Tidak Emma, jangan tersenyum seperti itu."Kini Erland sudah sepenuhya berwujud manusia, tangannya bergetar hebat kala menyentuh pipi Emma yang sudah terdapat noda merah. Hatinya hancur berkeping-keping melihat senyuman terakhir yang Emma berikan untuknya. "EMMA!!!" Teriakan Erland terdengar sangat menyayat hati orang-orang yang menyaksikan kematian Emma. Erland terus mengguncang tubuh yang sudah tidak lagi bernyawa itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama tangisnya pecah karena kehilangan seseorang.Erland terus berteriak memanggil-manggil nama gadis yang berada dalam dekapannya itu. "Emma kenapa kamu meninggalkanku, bukankah kamu berjanji tidak akan pergi lagi." Ucap Erland mengingatkan Emma atas janji yang pernah gadis itu ucapkan sebelumnya."Erland relakan dia." Ucap Angela sembari berusaha menenangkan Erland."Angela biarkan saja dia." Ucap Nathan lirih sembari menggeleng pelan.Bak orang gila, Erland terus berbicara ini itu dengan tubuh yang tidak bernyawa itu. Dia jug

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Aku Mencintamu, Selamat Tinggal

    "Jangan sentuh dia!" Dengan cepat Erland meluncurkan serangan menggunakan sihirnya kala mendengar teriakan Emma menggema di telinganya. Seketika para bawahan Felix meledak bersamaan dengan sihir yang Erland luncurkan. Karena menyelamatkan Emma, membuatnya sedikit lengah. "Kerja bagus Emma, berteriaklah sebanyak mungkin." Seringai Felix sembari pandangannya tak lepas dari Erland. Kelengahan Erland dimanfaatkan oleh Felix dengan sangat baik, dia dengan cepat mengayunkan pedangnya dan berhasil melukai lengan kanan Erland. Erland menoleh kala merasakan lengan kanannya bergesekan dengan benda tajam. Dia menatap datar darah yang mengalir keluar dari lukanya seolah tidak merasakan sakit sama sekali. Kemudian dia mengalihkan padangannya, menatap tajam Felix yang sedang tersenyum sombong padanya. "Hanya luka ini bukan berarti kamu bisa lolos dariku." Ucapan Erland terdengar dingin dan menakutkan, nada bicaranya mampu membuat siapapun yang mendengarnya bergidik ngeri. Sesaat kemudian mata

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Supermoon

    "Wow! Selamat atas pernikahanmu Erland." Erland mengepal tinjunya sembari menatap Felix dengan sorot mata yang tajam menusuk. Dia sangat kesal karena hari bahagianya diganggu oleh beberapa penganggu yang datang tanpa undangan. "Untuk apa kamu kemari?" Tanya Erland sembari menahan kekesalannya. "Tentu saja aku kemari untuk merayakan pernikahan kalian ... dengan darah," Ucap Felix penuh penekanan sembari menoleh kepada Erland menampilkan seringaiannya yang terlihat menyebalkan. Setelah itu, dia langsung melesat mengayunkan pedangnya ke arah Erland. Dengan sigap Erland langsung menggunakan sihirnya untuk melindungi dirinya, mengingat tangan kanannya sudah tidak mampu lagi memegang pedang. "Kali ini aku tidak akan membiarkanmu kembali hidp-hidup!" Ucap Erland penuh penekanan sembari menampilkan sorot matanya yang mulai berubah memerah. "Kamu salah, akulah yang akan membuatmu tak bisa bangkit dan mengambil pengantin cantik yang berdiri disana." Ucap Felix sembari menyeringai menatap Emm

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Hari Yang Membahagiakan

    'Apakah aku sedang bermimpi?' Mata Emma membulat sempurna kala melihat sebuah Cicin dengan Berlian merah darah yang berkilau. Dia menutup mulutnya yang ternganga dengan kedua tangannya, jantungnya berdetak keras, darahnya berdesir terasa panas. Matanya berkaca-kaca melihat senyum Erland yang menunggu jawaban darinya. Tatapan Erland yang begitu teduh dan dalam membuatnya tak bisa berkata apapun. Tangan Emma menggenggam satu sama lain di depan dada lalu, dia mengangguk antusias sembari menampilkan senyum bahagiannya. Tangannya dengan lembut diraih oleh Erland, sesaat kemudian dia merasakan dingginnya Cincin tersebut menyentuh jari manisnya. Air mata kebahagiannya kini tak bisa lagi dia bendung. Dia mengangkat tangannya menatap indah jarinya yang dihiasi Cincin Berlian merah. "Dia sangat cocok denganmu." Dia mengalihkan pandangannya menatap Erland yang sedang tersenyum kepadanya. Dengan penuh kebahagiaan dia menghamburkan dirinya ke dekapan hangat Erland. Dia akhirnya merasakan hal y

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Menikahlah Denganku

    "Apa yang terjadi dengan bibirmu? Siapa yang melakukannya?" Sorot mata Erland begitu khawatir melihat bibir Emma yang sedikit terluka. Ibu jarinya dengan lembut mengusap luka tersebut. Tanpa dia sadari wajahnya semakin dekat dengan wajah Emma, sesaat kemudian tatapannya bertemu dengan tatapan Emma.Tatatpan yang begitu intens serta sentuhan lembut pada bibirnya membuat jantung Emma berdegup kencang. Dia merasakan darahnya berdesir, rasa panas tiba-tiba menjalar di dalam tubuhnya, dia menelan ludahnya kala tatapan mereka saling bertemu."Kamu yang melakukannya."Suara Nathan yang tiba-tiba menyahut membuat mereka berdua tersentak dan segera menghentikan apa yang mereka lakukan. Emma sontak bergeser agak jauh dari tempat duduknya semula lalu, menunduk menyembunyikan wajah merahnya dari Nathan."Apa kamu sudah melupakan apa yang aku ajarkan?" Ucap Erland seolah sedang memarahi anak kecil."Tidak, tadi aku sudah mengetuk pintunya tapi, tidak ada satupun yang menggubrisnya." Balas Nathan

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Kisah Lampau

    90 tahun yang lalu ...."Erland aku tidak percaya itu perbuatanmu, katakan saja yang sejujurnya." Felix menghunus pedang tajamnya ke arah Erland yang berdiri di hadapannya, dia menatap Erland dengan mata merah menunggu jawaban keluar dari mulut temannya itu. "Katakan atau aku tidak akan segan untuk melukaimu." Ancam Felix.Saat itu usia mereka masih 21 tahun sehingga, mereka cenderung mudah tersulut emosi dan termakan oleh rumor yang menyebar. Rumor yang mengatakan Erland yang melukai kedua orang tua Felix menyebar dalam semalam, membuat Felix frustasi."Itu aku." Singkat Erland mengakui bahwa rumor yang beredar memang benar."Jika itu hanya ibuku aku masih bisa percaya tapi, kedua orang tuaku terluka dan penyebabnya seorang yangbelum berpengalaman dan baru saja lulus dari Academy Sihir? Erland tidak perlu mengarang da ungkapkan siapa pelakunya!" "Kamu bisa tanya pada Kepala Academy, dialah yang melihatku berada di lokasi." Balas Erland tanpa ekspresi."Bohong! Tidak mungkin seorang

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Manusia Kelelawar

    "Erland lihatlah! Langitnya sangat indah." Mata Emma nampak berbinar menatap langit malam bertabur bintang, senyum damainya terukir jelas saat menunjuk ke arah langit. 'Aku berharap waktu bisa berhenti.' Batin Emma sembari menyandarkan dirinya ke tubuh Erland. Kepalanya mendongak menatap Erland yang sedang menikmati langit indah bersamanya. 'Aku ingin selalu seperti ini.' Batinnya sembari merasakan jantungnya perlahan namun pasti berdegup dengan kencang. Untuk sesaat pandangannya seolah terkunci oleh ketampanan pria itu lalu, tanpa paksaan dia memeluk Erland sembari menenggelamkan wajahnya menghirup aroma wangi tubuh Erland. "Ada apa?" Tanya Erland lembut sembari menunduk menatap Emma yang tiba-tiba memeluknya. Tetap dalam posisinya dia menggeleng lalu berkata, "Hanya sedikit dingin." Emma sedikit berbohong menutupi rasa bahagianya serta menyembunyikan wajah merahnya setelah, sebelumnya menyadari Erland begitu tampan dari sisi manapun. "Emma bisa bantu panggilkan Nathan untukku?"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status