Share

Pengantin Sang Penguasa Kegelapan
Pengantin Sang Penguasa Kegelapan
Penulis: Er_zhi.zhii

Murkanya Dewa Pelindung

Penulis: Er_zhi.zhii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-21 16:59:28

“Lepaskan aku! Aku tidak mau jadi pengantin persembahan!”

“Ayah! Aku mohon jangan.”

Gadis bernama Emma Graciella diseret paksa karena terus meronta dan menolak dibawa ke tepi sungai. Para calon pengantin persembahan harus dihanyutkan di sungai agar sampai ketempat Dewa Pelindung.

"Cepat jalan!"

Para warga memaksa Emma karena desa mereka yang bernama Gynejas, sekarang sedang dihantam oleh bencana besar. Angin topan dan hujan deras meratakan hampir seluruh desa. Membuat para penduduk desa kocar-kacir, kebingungan harus menyelamatkan diri kemana.

Bencana besar itu terjadi karena mereka lupa mempersembahkan seorang pengantin persembahan. Selain itu, alasan lainnya Emma dipaksa menjadi pengantin persembahan tahun ini adalah, karena dia satu-satunya gadis yang memiliki usia yang cocok dan pas bagi pengatin persembahan,  yaitu 19 tahun.

“Lepas!” Dia mengibaskan tangannya dan melepaskan tangan-tangan warga desa yang memegangnya. Dia berlari menghampiri ayahnya yang berdiri ikut menyaksikan dirinya. Emma berlutut masih berusaha membujuk ayahnya yang berdiri disamping bersama warga lainnya.

"Ayah bisakah untuk kali ini saja?"Dia menatap ayahnya dengan mata buram karena air mata yang menggenang. Sayangnya, yang dia inginkan tidak terwujud, ayahnya hanya memalingkan wajah. Setelah itu dengan kasar dia ditendang oleh ayahnya, "Ayah," Ucapnya dengan suara lirih sembari menatap ayahnya tidak percaya.

"Ayah tidak bisa menyelamatkan mu dan mengorbankan banyak nyawa yang hidup di desa ini." Ucap ayahnya dengan datar dan tetap pada piosisinya. 

"Ayah aku janji akan melindungi desa ini, aku .... "

"Emma!" Bentak ayahnya sembari menatapnya dengan sorot mata tajam. 

"Apa menurutmu dengan aku menyelamatkan mu kita bisa tetap hidup? Kekuatan Dewa Pelindung tidak bisa kita bayangkan, bagaimana kamu dengan gampangnya berkata akan melindungi desa ini?! Apa kamu tidak memikirkan masa depan adikmu? Dia masih memiliki masa depan yang panjang!"

"Ayah, lalu bagaimana dengan masa depanku?"

Setelah mengatakan itu dia menatap mata ayahnya, terlihat mata ayangnya memerah dan berkaca-kaca. Karena hujan yang deras dia tidak tahu ayahnya sedang menangisi kepergiannya atau tidak. Meski sorot mata ayahnya tajam memandang namun, dia tahu ayahnya juga terpaksa melakukan ini.

Kemudian, ayahnya melenggang pergi meninggalkannya begitu saja tanpa menjawab pertanyaannya. Dia merasa putus asa, 'Kenapa dunia ini tidak adil!' Batinnya menangis mengingat perkataan ayahnya yang seperti mementingkan adiknya dan mengorbankannya demi adiknya.

"Ayah! Aku mohon jangan tinggalkan aku, Ayah!"

"Aku tidak akan merepotkan mu lagi. Aku mohon," Air mata terus mengalir deras membasahi pipi putihnya, suara seraknya bahkan perlahan menghilang karena dia terus meneriaki ayahnya meminta diselamatkan. Harapannya hancur seketika melihat ayahnya melenggang pergi meninggalkannya dalam kesusahan.

Dia bangkit dan berusaha mengejar ayahnya, namun para warga menghentikannya. Sehingga dia tidak bisa melakukan apapun lagi. 'Ayah, aku tidak akan membencimu.' Batinnya sembari menatap punggung ayahnya yang semakin menjauh. 

Dengan gaun basah dan kotor karena tanah yang menepel dia lantas menghampiri adiknya yang masih terisak di hadapannya dan berkata, "Rey jaga ayah baik-baik ya, jangan merepotkannya. Jadilah anak baik." Ucapnya sembari membelai lembut surai hitam adik laki-lakinya itu. 

"Cepat bawa dia!"

Sesekali dia berusaha melepaskan diri dan berniat kabur, dia juga berusaha mengulur waktu agar waktu yang ditentukan yaitu antara matahari tepat diatas kepala hingga tenggelam terlewatkan. Jika semua itu bisa dilewatkan maka upacara persembahan akan gagal sepenuhnya.

'Kali ini aku harus mengandalkan diriku.' Batinnya sembari mencari cara melarikan diri. Sesaat kemudian, dia menginjak kaki warga yang memeganginya, setelah itu dia menendang bagian vital mereka dan berlari sembari mengangkat gaun panjangnya.

"Kejar dia!"

Emma berlari dengan kencang sejauh mungkin agar tidak ditemukan. Dia menoleh dan melihat banyak warga yang mengejarnya dengan cepat. "Berhenti!" Teriak salah satu warga yang berlari lebih cepat dari yang lain. Dengan kecepatannya dia tidak mungkin bisa lolos dari pria yang sudah dekat dengannya.

Sesaat kemudian, dia terkejut measakan ada tangan yang sudah memegang lengannya dan menariknya kembali. Dia ingin melawan namun tenaganya sudah habis saat berlari selain itu, gaun yang dia kenakan cukup beratnya membuatnya cepat lelah.

“Buat dia tenang waktunya sudah hampir lewat!” Kepala desa tidak sedikitpun bersimpati dengan kesedihan Emma, para warga termasuk ayahnya hanya mementingkan diri mereka sendiri. Tiba-tiba tengkuknya dipukul oleh seseorang, pandangannya perlahan mulai kabur dan gelap.

‘Apakah takdir ini yang harus aku jalani?’

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Membawa Kembali Joana

    "Jika kamu sudah tahu maka capet serahkan wanita itu padaku."Dengan lirikan mautnya, Erland membuat Charlie yang berdiri jauh dibelakangnya bergidik ngeri. "Apa kamu hanya akan menatapku saja?" Tanya Erland dengan suara dingin sembari terus melirik Charlie."I-ikuti saya."Erland melangkah mengikuti Charlie masuk ke sebuah Kastil yang baru pertama kali dia datangi. Kedatangan mendadak Erland membuat Penguasa Kastil, ayah Charlie tidak bisa menyiapkan apapun untuk menyambut dirinya."Maafkan kami Tuan Tamsos Karalius, kami tidak menyambut kedatangan anda.""Sudahlah, aku juga tidak butuh penyambutan apapun." Mendengar jawaban Erland membuat Sang Penguasa Kastil Bulan merasa tersinggung, karena ucapan Erland seolah telah merusak harga dirinya. Dalam hatinya, dia ingin sekali menghajar Erland namun, dia sadar bahwa orang yang datang ke Kastilnya bukanlah lawannya."Baiklah, silahkan anda duduk dan .... ""Aku kesini bukan untuk menikmati pelayananmu."Ucapan Erland yang tiba-tiba memot

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Keberadaan Joana

    "Apa yang dia katakan?"Erland berdiri di samping tubuh dingin Emma yang terbaring di ruangan dingin. Dia bertanya sambil memunggungi Nathan sekaligus menatap Emma yang tertidur secara bersamaan. Suaranya terdengar sedikit serak karena terus menangisi kepergian Emma beberapa hari ini."Dia tidak mau mengatakan apapun."Mendengar jawaban dari Nathan membuatnya naik darah, dia mengepal kedua tinjunya sembari menegangkan rahangnya. Kesabarannya sudah dikalahkan oleh amarah kekesalan yang dia tahan beberapa hari selama proses introgasi."Aku akan membuatnya membuka mulut." Ucapnya penuh penekanan.Setelah itu, Erland beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya di sepanjang lorong menuju tempat Felix dikurung. Langkahnya yang besar serta mantap terlihat mengerikan, amarah dihatinya sudah tak tertahankan. DUAKKKErland menendang pintu dengan tidak sabar, dia maju lima langkah lalu, tangannya dengan cepat meraih leher Felix. Ibu jarinya menekan titik vital yang dapat membunuh Felix, "K

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Seharusnya Tak Terdengar Menyedihkan

    "Tidak Emma, jangan tersenyum seperti itu."Kini Erland sudah sepenuhya berwujud manusia, tangannya bergetar hebat kala menyentuh pipi Emma yang sudah terdapat noda merah. Hatinya hancur berkeping-keping melihat senyuman terakhir yang Emma berikan untuknya. "EMMA!!!" Teriakan Erland terdengar sangat menyayat hati orang-orang yang menyaksikan kematian Emma. Erland terus mengguncang tubuh yang sudah tidak lagi bernyawa itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama tangisnya pecah karena kehilangan seseorang.Erland terus berteriak memanggil-manggil nama gadis yang berada dalam dekapannya itu. "Emma kenapa kamu meninggalkanku, bukankah kamu berjanji tidak akan pergi lagi." Ucap Erland mengingatkan Emma atas janji yang pernah gadis itu ucapkan sebelumnya."Erland relakan dia." Ucap Angela sembari berusaha menenangkan Erland."Angela biarkan saja dia." Ucap Nathan lirih sembari menggeleng pelan.Bak orang gila, Erland terus berbicara ini itu dengan tubuh yang tidak bernyawa itu. Dia jug

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Aku Mencintamu, Selamat Tinggal

    "Jangan sentuh dia!" Dengan cepat Erland meluncurkan serangan menggunakan sihirnya kala mendengar teriakan Emma menggema di telinganya. Seketika para bawahan Felix meledak bersamaan dengan sihir yang Erland luncurkan. Karena menyelamatkan Emma, membuatnya sedikit lengah. "Kerja bagus Emma, berteriaklah sebanyak mungkin." Seringai Felix sembari pandangannya tak lepas dari Erland. Kelengahan Erland dimanfaatkan oleh Felix dengan sangat baik, dia dengan cepat mengayunkan pedangnya dan berhasil melukai lengan kanan Erland. Erland menoleh kala merasakan lengan kanannya bergesekan dengan benda tajam. Dia menatap datar darah yang mengalir keluar dari lukanya seolah tidak merasakan sakit sama sekali. Kemudian dia mengalihkan padangannya, menatap tajam Felix yang sedang tersenyum sombong padanya. "Hanya luka ini bukan berarti kamu bisa lolos dariku." Ucapan Erland terdengar dingin dan menakutkan, nada bicaranya mampu membuat siapapun yang mendengarnya bergidik ngeri. Sesaat kemudian mata

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Supermoon

    "Wow! Selamat atas pernikahanmu Erland." Erland mengepal tinjunya sembari menatap Felix dengan sorot mata yang tajam menusuk. Dia sangat kesal karena hari bahagianya diganggu oleh beberapa penganggu yang datang tanpa undangan. "Untuk apa kamu kemari?" Tanya Erland sembari menahan kekesalannya. "Tentu saja aku kemari untuk merayakan pernikahan kalian ... dengan darah," Ucap Felix penuh penekanan sembari menoleh kepada Erland menampilkan seringaiannya yang terlihat menyebalkan. Setelah itu, dia langsung melesat mengayunkan pedangnya ke arah Erland. Dengan sigap Erland langsung menggunakan sihirnya untuk melindungi dirinya, mengingat tangan kanannya sudah tidak mampu lagi memegang pedang. "Kali ini aku tidak akan membiarkanmu kembali hidp-hidup!" Ucap Erland penuh penekanan sembari menampilkan sorot matanya yang mulai berubah memerah. "Kamu salah, akulah yang akan membuatmu tak bisa bangkit dan mengambil pengantin cantik yang berdiri disana." Ucap Felix sembari menyeringai menatap Emm

  • Pengantin Sang Penguasa Kegelapan    Hari Yang Membahagiakan

    'Apakah aku sedang bermimpi?' Mata Emma membulat sempurna kala melihat sebuah Cicin dengan Berlian merah darah yang berkilau. Dia menutup mulutnya yang ternganga dengan kedua tangannya, jantungnya berdetak keras, darahnya berdesir terasa panas. Matanya berkaca-kaca melihat senyum Erland yang menunggu jawaban darinya. Tatapan Erland yang begitu teduh dan dalam membuatnya tak bisa berkata apapun. Tangan Emma menggenggam satu sama lain di depan dada lalu, dia mengangguk antusias sembari menampilkan senyum bahagiannya. Tangannya dengan lembut diraih oleh Erland, sesaat kemudian dia merasakan dingginnya Cincin tersebut menyentuh jari manisnya. Air mata kebahagiannya kini tak bisa lagi dia bendung. Dia mengangkat tangannya menatap indah jarinya yang dihiasi Cincin Berlian merah. "Dia sangat cocok denganmu." Dia mengalihkan pandangannya menatap Erland yang sedang tersenyum kepadanya. Dengan penuh kebahagiaan dia menghamburkan dirinya ke dekapan hangat Erland. Dia akhirnya merasakan hal y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status