Share

Bab 7

Author: Fortunata
last update Last Updated: 2023-02-05 19:13:53

Alex diam, ia tak menanggapi kalimat Anna. Alex menduga istrinya sedang manja dan ingin mendengar kalimat-kalimat gombal. Jika kondisi Anna diterjemahkan ke dalam bahasa anak-anak kekinian Jakarta, tipe bahasa cinta atau yang lebih dikenal sebagai ‘love languange’ Anna adalah ‘Words of Affirmation’. Alex merasa bahwa ia tak perlu lagi mengulanginya. Sebelum menikah, ia sudah mengutarakan bahwa tak ingin Anna berada dalam bahaya sehingga bersedia ditolak. Alexander tetap berpendirian bahwa 'bertindak' adalah bukti cinta yang sempurna, ia tak suka jika harus banyak bicara, terutama mengulang kalimat yang sudah pernah ia katakan.

Alex pun hanya membenamkan kepalanya di pundak Anna dalam keadaan masih menindih istrinya. Tak hanya itu, Alex juga meletakkan tangan Anna dikepalanya untuk diusap-usap. Melihat tingkah manja suaminya, pipi Anna seketika membentuk gelembung tanda merajuk.

“Karena kau tak menjawab pertanyaanku, aku tak mengizinkanmu untuk mencium dan melakukan hubungan suami-istri denganku malam ini,” ucap Anna dengan bibir yang sudah mengerucut.

Anna menyingkirkan tubuh besar suaminya itu ke samping dengan sekuat tenaga dan mulai tidur. Alex yang masih terkejut mendengar perkataan istrinya barusan hanya mengguncang tubuh Anna.

“Na… Kau hanya bercanda kan? Na… na… janggaaannnn…”

Anna yang memang kelelahan itu tak menanggapi suaminya, ia terlelap dengan mudah.

***

Hal mendasar yang ia lakukan sebelum menyentuh pekerjaan administrasi ratu adalah berkeliling untuk mengetahui seluk-beluk tempat yang menjadi rumah barunya ini. Kastil Hari Poter, begitulah yang ada di benak Anna ketika mengelilingi istana. Tujuan hari ini ialah dapur dan perpustakaan.

Melihat Anna yang berjalan di sepanjang lorong ditemani Julie, para pekerja yang sedang menyapu, membersihkan jendela dan menata taman memberi salam pada Anna. Lorong istana ini dikelilingi kaca dan tiang untuk bangunannya, serta taman yang terisi pohon rindang di bagian luar.

“Selamat pagi Yang Mulia Ratu...”

“Selamat pagi Yang Mulia…”

Anna tersenyum, “Selamat pagi...”

Anna menjawab salam para pekerja istana yang ia belum ketahui namanya satu per satu dengan ramah sambil berjalan pelan menuju dapur.

Melihat dapur istana, mengingatkan Anna pada satu lantai pabrik roti milik Sanjaya. Pamannya itu memiliki beberapa unit bisnis berupa makanan & minuman, properti, dan juga eletronik. Anna sendiri diminta memimpin bisnis makanan & minuman sehingga tak asing dengan kunjungan pabrik makanan. Tak hanya itu, Anna juga terbilang pandai memasak. Baginya, masak merupakan terapi dari semua kebisingan dihidupnya. Sanjaya, Ratih dan kedua anak mereka memang tak pernah mengunjungi dapur.

“Masak itu pekerjaan perempuan!”

“Masak? Ogaahhhh, nanti kuku-kuku cantik dari salon ini rusak.”

Kalimat-kalimat penolakan Tommy dan Valencia membuat Anna bersahabat dengan dapur dan bahan makanan. Anna sangat berterima kasih akan hal itu. Menghabiskan waktu tenang dengan memasak memang terbaik!

Dapur luas ini menggunakan alat masak super besar karena menyiapkan makanan untuk orang yang tak sedikit, pekerjanya pun banyak sekali. Anna memperkirakan jumlahnya bisa saja setara dengan pekerja satu lantai pabrik roti. Hanya saja, alat-alat yang biasa Anna gunakan seperti blender dan food processor tak ada. Tidak ada listrik di dunia ini. Penerangan untuk malam hari mengandalkan api. Anehnya, api yang ada di sini berbeda dari api yang selama ini Anna ketahui. Api yang ada di sini sangat terang, sehingga digunakan untuk membaca dan bekerja di malam hari pun tidak akan menyakiti mata.

“Apa tak ada alat masak berukuran kecil?” tanya Anna penasaran pada seorang pria dengan warna baju berbeda dari staf lainnya.

“Sepertinya pria ini memiliki jabatan tinggi di dapur ini,” batin Anna.

“Salam kepada Yang Mulia Ratu,” ucap seorang pria muda sambil membungkuk. Anna pun kembali tersenyum.

“Beliau Michael Yang Mulia, kepala koki istana,” ucap Julie memperkenalkan Michael.

“Kepala koki? Semuda ini?” tanya Anna terkejut dengan mata yang sudah membesar.

Saat bertanya tadi, Anna masih berdiri di belakang Michael sehingga Anna tak melihat bagaimana wujud pria yang ia jadikan tempat bertanya. Michael bahkan terlihat lebih muda darinya.

Umur semuda ini menjadi kepala koki? Sejak kapan pria ini mulai memasak? Apakah ia seorang jenius muda? Jujur saja, masakan istana ini enak sekali. Rasanya jauh melebihi masakan resto mewah yang pernah Anna makan.

“Saya memang masih sangat muda Yang Mulia, tapi benar saya kepala koki istana ini. Saya bersumpah masakan saya tidak akan pernah mengecewakan lidah Yang Mulia,” ucap Alex kembali membungkuk.

“Maaf Michael, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk meremehkanmu. Aku hanya kagum, kau yang masih muda ini dapat membuat makanan yang sangat enak. Aku sangat menyukai masakanmu,” kata Anna dengan mata berbinar-binar. Anna sangat suka makan, ia benar-benar mengagumi orang yang pandai memasak.

Mendengar penuturan Anna, para koki dan staf dapur lain menghentikan pekerjaan mereka dan melompat-lompat kegirangan. Pekerjaan mereka disukai oleh sang ratu.

“Terima kasih Yang Mulia, kami senang sekali ternyata Yang Mulia menyukai makanan yang telah kami siapkan. Untuk alat masak, tentu saja di sini ada alat masak ukuran kecil,” ucap Michael tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putih persis iklan pasta gigi.

Michael pun mengantar Anna ke depan sebuah lemari yang cukup besar dan membukanya. Tanpa sadar Anna melompat kegirangan melihat alat-alat masak di lemari.

“Apa aku boleh menggunakannya?” tanya Anna dengan mata memelas seperti anak kecil meminta uang jajan.

Julie, Michael dan para staf dapur yang semula tertawa geli menyaksikan tingkah Anna, kini terdiam.

“Yang Mulia… ing…in memasak?” tanya Michael ragu.

Anna tetap mengangguk, meski ia juga heran mengapa orang-orang disekitarnya bingung.

“Tentu Yang Mulia boleh menggunakannya,” kata Michael.

Anna pun mengeluarkan satu kuali dan panci kukus . Kemudian, berkeliling untuk mencari bahan yang bisa ia gunakan. Daging giling, sayuran dan beberapa bumbu masakan Anna campurkan dan bentuk menjadi dimsum. Joanna (Penggemar Dimsum) Anastasia kini sedang beraksi!

"Aku tak sanggup untuk membuat banyak hari ini. Akan tetapi, jika kalian berkenan, cobalah..." kata Anna kepada Michael dan Julie yang mematung. Dimsum spesial Anna sudah jadi dan harum sekali.

Semua yang ada di sana masih diam, mereka baru saja menyaksikan kejadian langka, seorang ratu pandai memasak!

“Aaaa…Mmmm…”

Dimsum yang Anna tawarkan pada Michael dan Julie dilahap oleh Alex. Entah sejak kapan Alex sudah berada di dapur, tak ada yang menyadari kehadirannya.

"Masakanmu tambah enak ternyata," kata Alex menjilat jarinya agar tak ada saos dimsum yang tersisa.

"Aaaaa..."

Belum sempat Anna menyelsaikan ucapannya, teriakan Diego yang kencang sudah memenuhi dapur.

"Yang Mullliiiaaaaa... Ada seorang wanita yang mengaku membawa anak andaaaaa."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengantin sang Raja Naga   Epilog

    "Kau yakin hanya ingin mampir ke sini di waktu istirahat kita yang sudah susah payah kita dapatkan?" tanya Alex pada istrinya saat tiba di rumah mereka, di dunia manusia."Selamat datang Yang Mulia Raja dan Ratu," ucap Robert menyambut mereka dari pintu portal."Hai, Robert! Bagaimana kabarmu?" ucap Anna menyapa Robert."Saya sangat baik, Yang Mulia."Robert kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil mantel yang Anna dan Alex kenakan. Di dunia mereka sedang musim dingin."Ya, aku yakin," jawab Anna mantap pada Alex.Robert kemudian mengarahkan mereka ke ruang makan karena Anna sudah membuat daftar makanan apa saja yang ingin dia makan."Kau tak ingin coba mendaki gunung? Kau pernah bilang ingin mencobanya sesekali," jawab Alex. Pria itu sedang berusaha membuat istrinya senang. Entah mengapa beberapa hari ini raut wajah istrinya kurang baik.Ada sesuatu yang membuat Anna kesal, dan ia belum siap mengatakan itu pada suaminya.

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 122

    Warning 18+Di bab ini akan ada adegan yang menampilkan kekerasan sehingga mungkin tidak nyaman untuk sebagian pembaca.***Anna mencium dahi sang suami dan langsung menyerang Steven lagi."Alirkan sihir ke dua tangan dan kakimu. Itu akan sangat membantu, mengingat kau tak mahir bela diri."Itu adalah pesan Harry pada Anna sebelum Anna menuju dunia manusia."Wowww, kemajuanmu sangat pesat! Kau memang sangat menarik!" ucap Steven memuji Anna.Anna merasa mual mendengar pujian Steven, "Aaahhh, kenapa aku harus mual dan merinding di saat bersamaan begini."Jujur saja Anna kesal karena harus mengingat siksaan demi siksaan yang dilakukan pria itu padanya."Fokus Anna, fokus. Kau akan punya waktu menangis dan berteriak saat semua ini selesai.""Fokus...""Fokus..."Anna terus mengulangi kalimat yang sama seperti merapal mantra. Ia punterus m

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 121

    "Keluar kalian! Jemputlah ajal kalian sekaranggggg!" teriak Steven.Booooooommmmmmmmm!!!Pria itu lagi-lagi menyerang tenda medis secara brutal. Tenda ini tidak akan bisa lagi beroperasi."Sial!!" umpat Alex sembari memijat dahinya pelan."Kurang ajar sekali dia!" ucap Sean geram.Boooommmm!!Booooommmmmm!!Boooooommm!!Brent mengintip dari sisi tenda yang lain, "Sepertinya dia menjalankan rencananya seperti terakhir kali kita melawannya.""Lagi-lagi dia memecah pasukan?" tanya Alex memastikan dugaannya.Brent mengangguk, "Sepertinya begitu, lokasinya sangat jauh dari sini. Mereka pasti sudah menghabisi manusia sekitar sini.""Paman, kuharap kau bisa mengevakuasi tenaga medis dan para pasian," ucap Sean pada Noah.Noah pun menolah pada Alex dan Brent, "Kalian bertiga yakin bisa menghadapinya?""Kita tidak punya pilihan sekarang bukan, Grand Duke?" ucap Brent

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 120

    Dewi Exi memandangi adiknya yang sudah berlinang air mata, "Jangan sedih.""Sebaiknya kau pergi sekarang, waktu kita sedikit. Kau hanya perlu berjalan lurus ke depan," ucap Dewi Exi lagi. Ia tak bisa menahan Anna lebih lama. Jika dia melakukannya, Anna tidak akan bisa mencapai tujuannya.Anna kemudian menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Wajah Dewi Exi masih terlihat tidak rela melepas kepergian Anna."Kau bisa menemuiku kapan saja saat semua ini selesai, bukan?" tanya Anna.Wajah sedih itu berubah ceria. Senyum Dewi Exi mengembang."Tentu saja! Kita bisa bertemu lagi di laut ini. Aku akan memberitahumu lewat mimpi."Anna tersenyum, "Kalau begitu sampai jumpa... kakak."Dewi Exi hanya melambaikan tangan. Anna sendiri kemudian berjalan lurus terus ke depan dan berhasil keluar dari ruangan serba putih."Haaaaahhhhhhh..."Anna membuka matanya dan sudah kembali lagi ke laut. Ia mendapati dirinya terbaring di

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 119

    Anna yang asal bertanya itu membuat Dewi Exi tertawa. Wanita itu hanya berpikir apa yang salah dari pertanyaannya, bukankah kakak dan adik memiliki DNA yang sama?"Maaf... maaf... Hahahaha.""Aku hanya merasa pertanyaamu lucu saja, benar-benar on point," lanjut Dewi Exi masih dengan tawanya.Anna pun mengerucutkan bibirnya."Kau pun juga seorang Dewi, tapi itu dulu, sebelum kau terlahir kembali," ucap Dewi Exi."Dan mengapa aku jadi terlahir kembali? Apakah kau suatu saat akan terlahir kembali?"Dewi Exi tertawa sangat kencang hingga matanya berair."Suatu saat pun aku akan bisa mati dan terlahir kembali. Dulu, kau adalah Dewi yang menciptakan bangsa ular laut. Kau punya kemampuan meramal. Maka dari itulah bangsa ular memiliki firasat yang bagus. Di saat kau mati, di saat itu pula kemampuan bangsa ular meredup. Dan meski tak bisa kembali sepenuhnya, kemampuan bangsa ular sedikit kembali saat kau terlahir," jelas Dewi Exi.

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 118

    Setelah melihat situasi tak menguntungkan itu dari batu perekam, Noah dan Sean langsung berlari melewati portal menuju arena pertarungan para raja."Halo, pangeran. Sudah lama kita tidak bertemu," ucap Steven menyapa Noah basa-basi.Tanpa berbicara satu patah kata pun, Noah langsung menyerang Steven dengan sihirnya. Noah rasanya tidak sudi berbicara dengan orang yang telah menyakiti putrinya. Melihat jelasnya wajah pria itu hanya mempertebal kebencian Noah."Wow! Wow! Tunggu dulu! Tunggu dulu!" ucap Steven sambil menangkis serangan Noah. Pria itu bahkan menangkis dengan santai, seolah serangan Noah tak ada apa-apanya.Mereka kini seperti ayah yang mengajari anaknya bermain, dengan posisi Noah sebagai anak. Grand Duke Hillary terlihat seperti pemula."Buruk sekali," batin Noah.Noah kini menyerang Steven dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memberi aba-aba untuk Sean mengamankan sekitar satu atau dua orang.Sean membawa ayahny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status