Share

Bab 6

Author: Fortunata
last update Huling Na-update: 2023-01-06 10:03:50

Anna merasa haus. Akan tetapi, badannya juga tidak mengizinkan Anna beranjak dari tempat tidur. Kasur ini seolah memiliki magnet, Anna benar-benar di posisi yang sangat nyaman dengan bantal guling dalam pelukannya. Meski fisiknya nyaman dan tenang, suasana hati Anna seperti petasan yang meledak-ledak. Ia terus terngiang-ngiang sentuhan bibir Alex yang lembut. Anna benar-benar ingin berteriak sekarang juga, ia senang sekaligus gugup, bagaimana ia harus bersikap di depan Alex.

Usai pemberkatan pernikahan dan penobatan, mereka mengadakan perjamuan untuk para rakyat dan baru saja selesai sekitar setengah jam lalu. Sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 23:00. Sepanjang perjamuan, mereka berdua tak memiliki kesempatan untuk berbincang. Para pekerja istana dan rakyat selalu mengajak mereka untuk berinteraksi nyaris tanpa henti. Meski lelah, Anna bahagia pernikahannya mendapat berkat dari banyak orang. Ia tak berhenti untuk tersenyum.

“Lex, boleh minta tolong ambilkan air putih?” tanya Anna pada Alex yang baru saja membuka pintu kamar tidur mereka.

“Okeee…” kata Alex yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Meski agak heran karena permintaan mendadak Anna, Alex tetap mengambilkan segelas air putih untuk sang istri.

Anna refleks meminta tolong Alex untuk mengambilkan air. Mendengar langkah kaki yang tertuju ke kamar mereka membuat otak Anna bekerja ekstra berpikir harus bagaimana terhadap Alex. Akhirnya, hanya kalimat itu yang terucap dari mulutnya.

“Terima kasih,” kata Anna sambil menerima gelas berisi air dari suaminya.

“Na… Aku akan tidur di sofa, kau bisa beristirahat dengan nyaman.”

'Deg!'

Anna sangat terkejut.

Alex tak menginginkanku? - pikir Anna.

“Kenapa? Mengapa kau tidak tidur di sampingku?” tanya Anna dengan mata berkaca-kaca, ia hampir menangis.

Alex hanya diam dan menatap Anna sedih.

“Tidurlah, kau pasti lelah,” ujar Alex berbalik badan menuju sofa.

“Alexander von Pieterburg, aku akan sekali lagi mengulang pertanyaanku. Kenapa kau tak tidur disampingku?”

Anna mencengkram kuat lengan baju Alex dengan masih duduk di tempat tidur. Bertahun-tahun mengenal Anna, Alex sangat paham bahwa ketika Anna menyebut nama lengkap seseorang, perempuan itu sedang sangat marah.

“Kalau kau tetap pergi tidur di sofa tanpa memberi penjelasan apapun padaku, aku pastikan dokumen pengajuan cerai kita akan ada di mejamu besok pagi. Kau orang yang paling tahu bahwa aku tak pernah main-main dengan perkataanku,” kata Anna tenang. Meski Anna tak mengatakannya dengan nada tinggi, Alex paham bahwa ini adalah ancaman dari istrinya. Alex pun menoleh dan menatap Anna lama sebelum akhirnya duduk.

“Aku benar-benar takut ketika kau memasang wajah seperti itu.”

Anna diam, dia tidak butuh pengalihan topik ataupun basa-basi. Dia hanya butuh penjelasan mengapa suaminya itu enggan tidur disampingnya.

“Akkuuu… takut akan menyakitimu,” kata Alex.

“Menyakitiku, memang apa yang akan kau lakukan?”

“Aku… tak akan melakukannya.”

“Oke, akan kuganti pertanyaannya. Memangnya apa yang ingin kau lakukan sehingga akan menyakitiku?”

Wajah Alex memerah, pria itu juga menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Tunggu, jangan-jangan maksudmu?.…..”

Anna tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Sepertinya Anna mulai mengerti apa maksud Alex. Wajah Anna juga mulai memerah.

“Kau pasti sangat lelah, Na. Selain itu, aku juga tak ingin memaksamu melakukan itu dengan orang yang tak kau cintai, jadi aku akan menunggu,” kata Alex.

Mengetahui Alex yang tak sadar bahwa Anna mencintainya, membuat Anna berpikir untuk sedikit menjahilinya.

“Benar kau akan menunggu? Bagaimana kalau dalam setahun atau dua tahun kemudian kau masih harus menunggu?” tanya Anna seraya mendekatkan wajahnya pada Alex.

Alex spontan menjauh. Namun semakin ia menjauh, Anna semakin mendekatkan wajahnya. Wajah Alex terlihat begitu imut sekarang.

“Tak masalah, kau akan di sisiku setiap hari. Itu lebih dari cukup.”

“Kau tak memiliki keinginan untuk merayuku agar aku menyukaimu lebih cepat?”

“Akuuuu… tak ingin memaksamu. Kau boleh melakukan semua yang sukai, termasuk jika itu berarti kau tidak mencintaiku. Kau sudah melalui tahun-tahun penuh tekanan, aku tak ingin kau mengalami itu lagi. Aku sungguh berharap kau bahagia, Na.”

Air mata Anna mulai mengalir. Ternyata pria ini benar-benar mencintainya.

“Na… Kau kenapa? Heiiii… jangan menangis,” ucap Alex lembut. Dia pun mulai memeluk Anna dan menepuk-nepuk pundaknya pelan. Anna menangis tersedu-sedu dalam pelukan suaminya.

“Lex, apa kau mencintaiku?” tanya Anna setelah tangisnya berhenti.

“Kenapa kau diam?” tanya Anna lagi setelah tak mendapat jawaban dari Alex.

Anna melepaskan pelukan suaminya. Wajah Alex murung.

“Bisakah aku tak menjawabnya?” tanya Alex.

“Kenapa?”

“Karena jawabanku akan membebanimu, Na.”

“Aku mencintaimu bodoh! Akan kutanya sekali lagi, apa kau mencintaiku Alexander von Pieterburg?”

“Na, aku tak salah dengar kan? Baru saja kau bilang kau mencintaiku kan?”

“Ya, aku mencintaimu, bahkan sudah sejak lama. Mengapa kau tak sadar itu? Kau sadar bahwa Valencia menyukaimu tapi tak menyadari perasaanku padamu?”

“Valencia terlalu berambisi, terlihat jelas apa yang dia inginkan. Sementara kau, aku tak bisa menebak apa yang kau pikirkan. Kau senang dan menangis seperlunya, kau memperlakukanku sama dengan orang lain.”

Anna tak bisa menyangkal itu, dia memang memperlakukan Alex sama seperti teman sekolahnya yang lain. Ia sebisa mungkin menyembunyikan perasaannya. Jika tidak, Ratih tak akan segan untuk mencambuknya.

“Sebisa mungkin aku memang tak ingin orang-orang di kediaman Sanjaya mengetahui perasaanku, Lex. Apalagi Valencia suka padamu, hanya akan menambah masalah di kehidupanku yang sudah penuh dengan masalah itu. Justru aku terkejut kau menyukaiku. Aku mengira kau tak menganggapku spesial, kau saja membalas pesan w******p ku paling cepat tiga hari.”

“Aku bersekolah di darat sambil mengurus kerajaan, aku menghubungimu secepat yang kubisa. Namun ternyata paling cepat itu tetap membutuhkan tiga hari.”

“Para dayang bercerita bahwa kau sudah menyukaiku sejak dulu. Berarti ucapan mereka benar?” ucap Anna tersenyum jahil.

“Jika kau sudah tahu, mari kita sudahi obrolan ini sekarang. Pria ini sudah menyukaimu sejak lama, dia tidak akan bisa tahan lebih lama lagi melihat wanita yang ia cintai mengenakan baju mini dan tembus pandang itu. Mari kita tidur.”

“Aku tak ingin tidur.”

“Karena aku tidur di sofa?” tanya Alex.

“Baiklah, aku akan tidur di sampingmu,” lanjut Alex setelah tak mendapat jawaban apapun dari Anna.

“Aku menginginkanmu,” jawab Anna. Ia melingkarkan tangannya ke leher Alex dan duduk di pangkuan suaminya. Anna dapat merasakan ada sesuatu dari balik celana Alex yang membesar.

“Kau akan kesakitan besok.”

“Cium aku,” kata Anna dengan tatapan menggoda.

Alex menyambut permintaan Anna dengan senang hati. Tak hanya bibir yang ia lumat habis, ia bahkan meninggalkan jejaknya di tubuh Anna sebanyak yang ia bisa.

***

Anna melewatkan sarapan, pinggang dan area kewanitaannya sakit luar biasa. Sepanjang pagi Anna sudah merintih dan menangis. Anna juga melarang Alex untuk memanggil dokter, dia malu jika ada yang tahu dirinya sakit karena malam panas yang telah dilalui dengan suaminya.

“Kau masih bisa tersenyum setelah membuat istrimu kesakitan seperti ini?” tanya Anna sambil mencubit pipi suaminya dengan kencang.

“Hehehe.”

Alex yang baru selesai meletakkan gelas bekas minum Anna ke meja kecil sebelah tempat tidur mereka, perlahan menindih tubuh mungil istrinya.

“Berraaattt, Lex. Kau tak sadar bahwa tubuhmu lebih besar dariku?” tanya Anna dengan bibir yang sudah mengerucut.

Alex pun kembali menautkan lidahnya dengan lidah sang istri. Bibir Anna sudah merah dan bengkak karena ulahnya.

“Tentu aku sadar bahwa aku lebih besar darimu. Tapi aku suka begini, aku paling suka berada di atasmu. Aku bisa melihat wajahmu sepuasnya. Na, aku sangat merindukanmu. Bertahun-tahun kita tidak bertemu. Aku akan benar-benar gila jika tahun ini kau belum berusia 21.”

“Bohong, kau bahkan menyuruhku mempertimbangkan ulang untuk menikah denganmu,” kata Anna sedih.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pengantin sang Raja Naga   Epilog

    "Kau yakin hanya ingin mampir ke sini di waktu istirahat kita yang sudah susah payah kita dapatkan?" tanya Alex pada istrinya saat tiba di rumah mereka, di dunia manusia."Selamat datang Yang Mulia Raja dan Ratu," ucap Robert menyambut mereka dari pintu portal."Hai, Robert! Bagaimana kabarmu?" ucap Anna menyapa Robert."Saya sangat baik, Yang Mulia."Robert kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil mantel yang Anna dan Alex kenakan. Di dunia mereka sedang musim dingin."Ya, aku yakin," jawab Anna mantap pada Alex.Robert kemudian mengarahkan mereka ke ruang makan karena Anna sudah membuat daftar makanan apa saja yang ingin dia makan."Kau tak ingin coba mendaki gunung? Kau pernah bilang ingin mencobanya sesekali," jawab Alex. Pria itu sedang berusaha membuat istrinya senang. Entah mengapa beberapa hari ini raut wajah istrinya kurang baik.Ada sesuatu yang membuat Anna kesal, dan ia belum siap mengatakan itu pada suaminya.

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 122

    Warning 18+Di bab ini akan ada adegan yang menampilkan kekerasan sehingga mungkin tidak nyaman untuk sebagian pembaca.***Anna mencium dahi sang suami dan langsung menyerang Steven lagi."Alirkan sihir ke dua tangan dan kakimu. Itu akan sangat membantu, mengingat kau tak mahir bela diri."Itu adalah pesan Harry pada Anna sebelum Anna menuju dunia manusia."Wowww, kemajuanmu sangat pesat! Kau memang sangat menarik!" ucap Steven memuji Anna.Anna merasa mual mendengar pujian Steven, "Aaahhh, kenapa aku harus mual dan merinding di saat bersamaan begini."Jujur saja Anna kesal karena harus mengingat siksaan demi siksaan yang dilakukan pria itu padanya."Fokus Anna, fokus. Kau akan punya waktu menangis dan berteriak saat semua ini selesai.""Fokus...""Fokus..."Anna terus mengulangi kalimat yang sama seperti merapal mantra. Ia punterus m

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 121

    "Keluar kalian! Jemputlah ajal kalian sekaranggggg!" teriak Steven.Booooooommmmmmmmm!!!Pria itu lagi-lagi menyerang tenda medis secara brutal. Tenda ini tidak akan bisa lagi beroperasi."Sial!!" umpat Alex sembari memijat dahinya pelan."Kurang ajar sekali dia!" ucap Sean geram.Boooommmm!!Booooommmmmm!!Boooooommm!!Brent mengintip dari sisi tenda yang lain, "Sepertinya dia menjalankan rencananya seperti terakhir kali kita melawannya.""Lagi-lagi dia memecah pasukan?" tanya Alex memastikan dugaannya.Brent mengangguk, "Sepertinya begitu, lokasinya sangat jauh dari sini. Mereka pasti sudah menghabisi manusia sekitar sini.""Paman, kuharap kau bisa mengevakuasi tenaga medis dan para pasian," ucap Sean pada Noah.Noah pun menolah pada Alex dan Brent, "Kalian bertiga yakin bisa menghadapinya?""Kita tidak punya pilihan sekarang bukan, Grand Duke?" ucap Brent

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 120

    Dewi Exi memandangi adiknya yang sudah berlinang air mata, "Jangan sedih.""Sebaiknya kau pergi sekarang, waktu kita sedikit. Kau hanya perlu berjalan lurus ke depan," ucap Dewi Exi lagi. Ia tak bisa menahan Anna lebih lama. Jika dia melakukannya, Anna tidak akan bisa mencapai tujuannya.Anna kemudian menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Wajah Dewi Exi masih terlihat tidak rela melepas kepergian Anna."Kau bisa menemuiku kapan saja saat semua ini selesai, bukan?" tanya Anna.Wajah sedih itu berubah ceria. Senyum Dewi Exi mengembang."Tentu saja! Kita bisa bertemu lagi di laut ini. Aku akan memberitahumu lewat mimpi."Anna tersenyum, "Kalau begitu sampai jumpa... kakak."Dewi Exi hanya melambaikan tangan. Anna sendiri kemudian berjalan lurus terus ke depan dan berhasil keluar dari ruangan serba putih."Haaaaahhhhhhh..."Anna membuka matanya dan sudah kembali lagi ke laut. Ia mendapati dirinya terbaring di

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 119

    Anna yang asal bertanya itu membuat Dewi Exi tertawa. Wanita itu hanya berpikir apa yang salah dari pertanyaannya, bukankah kakak dan adik memiliki DNA yang sama?"Maaf... maaf... Hahahaha.""Aku hanya merasa pertanyaamu lucu saja, benar-benar on point," lanjut Dewi Exi masih dengan tawanya.Anna pun mengerucutkan bibirnya."Kau pun juga seorang Dewi, tapi itu dulu, sebelum kau terlahir kembali," ucap Dewi Exi."Dan mengapa aku jadi terlahir kembali? Apakah kau suatu saat akan terlahir kembali?"Dewi Exi tertawa sangat kencang hingga matanya berair."Suatu saat pun aku akan bisa mati dan terlahir kembali. Dulu, kau adalah Dewi yang menciptakan bangsa ular laut. Kau punya kemampuan meramal. Maka dari itulah bangsa ular memiliki firasat yang bagus. Di saat kau mati, di saat itu pula kemampuan bangsa ular meredup. Dan meski tak bisa kembali sepenuhnya, kemampuan bangsa ular sedikit kembali saat kau terlahir," jelas Dewi Exi.

  • Pengantin sang Raja Naga   Bab 118

    Setelah melihat situasi tak menguntungkan itu dari batu perekam, Noah dan Sean langsung berlari melewati portal menuju arena pertarungan para raja."Halo, pangeran. Sudah lama kita tidak bertemu," ucap Steven menyapa Noah basa-basi.Tanpa berbicara satu patah kata pun, Noah langsung menyerang Steven dengan sihirnya. Noah rasanya tidak sudi berbicara dengan orang yang telah menyakiti putrinya. Melihat jelasnya wajah pria itu hanya mempertebal kebencian Noah."Wow! Wow! Tunggu dulu! Tunggu dulu!" ucap Steven sambil menangkis serangan Noah. Pria itu bahkan menangkis dengan santai, seolah serangan Noah tak ada apa-apanya.Mereka kini seperti ayah yang mengajari anaknya bermain, dengan posisi Noah sebagai anak. Grand Duke Hillary terlihat seperti pemula."Buruk sekali," batin Noah.Noah kini menyerang Steven dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memberi aba-aba untuk Sean mengamankan sekitar satu atau dua orang.Sean membawa ayahny

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status