Home / Romansa / Pengasuh Untuk Sang Duda / Bab 2 Sayembara Sang Duda

Share

Bab 2 Sayembara Sang Duda

last update Last Updated: 2022-09-09 18:49:29

Ethan melangkahkan kakinya perlahan memasuki rumahnya setelah selesai bekerja di kampus. Sebenarnya dia malas pulang ke rumah, karena Ethan tahu Mamanya masih berada di rumahnya sekarang.

“Lukas! Lily!!” terdengar teriakan dari Mama yang begitu menggelegar, membuat Ethan langsung berjalan cepat ke arah sumber suara.

Dari kejauhan, dia melihat tubuh Mamanya penuh dengan tepung dan anak kembarnya tengah tertawa bersama. Ethan tahu, pasti kedua anaknyalah yang membuat masalah lagi, dia pun berjalan semakin mendekat ke arah mereka.

“Daddy!” teriak Lukas dan Lily saat melihat kedatangan Ethan, kedua anaknya langsung berhamburan menyambutnya.

“Apa yang kalian lakukan pada Nenek?” tanya Ethan sembari mengusap pelan rambut Lukas.

“Hanya sedikit bermain-main saja, Daddy,” jawab Lily dengan cengira di bibirnya itu.

Mama tampak berjalan ke arahnya dengan wajah geram, Ethan yang melihatnya sampai ingin tertawa karena wajah Mama terlihat sangat lucu, tapi dia tahan dengan tetap menampilkan wajah datarnya.

“Inilah mengapa Mama ingin kamu segera menikah, setidaknya kedua cucu Mama ada yang merawat dan mendidiknya dengan baik,” ujar Mama dengan penuh penekanan, seolah memang tengah menyindirnya karena gagal mendidik kedua anaknya hingga menjadi anak nakal seperti sekarang ini.

“Mama tidak mau tahu, nanti malam kamu harus temui wanita yang sudah Mama pilihkan. Kalian akan bertemu di Hotel Raflesia jam 8 malam!” Setelah mengatakan hal itu, Mama langsung berjalan cepat meninggalkan dirinya dan kedua anaknya.

Ethan berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Lukas dan Lily, meminta kedua anaknya itu untuk mandi dan bersiap-siap makan malam. Karena kini tubuh kedua anaknya juga kotor dengan tepung. Setelahnya, Ethan berjalan naik ke lantai atas untuk bebersih diri sekaligus dia hendak berbicara kepada Mama.

Ethan masuk ke dalam kamarnya sendiri, mendudukan dirinya di tepi kasur sembari menghela nafas. Kedua anaknya memang sangat sulit diatur dan sering membuatnya pusing, tapi bukan berarti dirinya harus mencari seorang istri untuk membantu merawat kedua anaknya bukan.

Perlahan, Ethan bangkit dari duduknya dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya, menyalakan shower dan membiarkan kepalanya terguyur dengan air. Dengan begini, setidaknya dapat membuat pikirannya lebih mendingin dari sebelumnya.

Tak butuh waktu lama, Ethan telah selesai bebersih diri dan sudah rapi dengan pakaian santainya. Ethan pun berjalan ke arah kamar Mama yang berada di rumah ini. Sebetulnya Mama memang tidak tinggal dengan dirinya, karena Mama memiliki rumah sendiri.

“Mah, bisa kita bicara sebentar?” tanya Ethan sembari mengetuk pintu kamar Mamanya.

Mama langsung menyahut, membiarkan dia masuk ke dalam. Ethan dapat melihat wajah Mamanya masih tidak bersahabat. Wanita paruh baya itu sudah bersih, tidak seperti tadi di mana banyak tepung yang melumuri.

“Aku tahu maksud Mama baik, tapi banyak hal yang aku pikirkan soal semua ini. Jika aku mencari seorang istripun, aku ingin dia yang tidak hanya bisa menyayangiku, namun juga kedua anakku. Bukan hal yang mudah untuk mencarinya, olah karena itu aku sudah memikirkan solusi yang matang dari permasalahan ini. Aku akan membuat sayembara, Mah.” Ethan menjeda kalimatnya, selama ini memang banyak wanita yang menginginkan dirinya karena ketampanannya dan juga hartanya saja, semua itu membuat Ethan menjadi muak.

Mama tertarik dengan ucapan putranya barusan, wanita paruh baya itu langsung berjalan mendekat ke arah putranya demi mendapatkan informasi yang lebih jelas.

“Sayembara? Apa maksudmu?” tanya Mama dengan dahi berkerut, menandakan dia kebingungan dengan perkataan Ethan.

“Sayembara mencari seorang pengasuh untuk anakku, jadi barang siapa wanita yang dalam waktu satu bulan dapat meluluhkan kedua anakku maka aku akan menikahinya. Cara itu sangat efektif untuk mencari tahu siapa wanita yang benar-benar tulus ingin bersamaku dan kedua anakku bukan?”

Ethan berharap Mamanya mau menyetujui ide yang dia berikan ini, karena memang sebetulnya dia sangat yakin tidak ada seorang pun wanita yang kuat menjadi pengasuh kedua anaknya. Terbukti sudah banyak pengasuh yang dia pekerjakan tapi tidak ada seorang pun mengasuh yang sanggup menghadapi kedua anaknya hingga lebih dari satu minggu. Dengan cara ini Ethan yakin Mamanya tidak akan lagi mencarikan dia jodoh seperti sebelum-sebelumnya.

“Apa kamu yakin dengan sayembara itu? Rasanya Mama tidak yakin ada wanita yang sanggup, lebih baik waktunya dikurangi jadi 1 minggu saja.” Mama memberikan saran.

“Justru itulah yang menjadi tantangannya, percumah bukan aku nanti menikah dengan wanita pilihan Mama namun wanita itu tidak sanggup mengurus kedua anakku? Jadi, sayembara ini merupakan hal yang sangat baik untuk dilakukan.” Ethan terus mencoba mendoktrin pikiran Mamanya, senyum tipis pun muncul dari sudut bibirnya.

Mama tampak sedang memikirkan betul ucapan Ethan barusan, membuat pria itu merasa kesenangan karena sebentar lagi idenya akan berhasil.

“Baiklah, Mama menyetujuinya.” Mama memberikan keputusan final, membuat Ethan bersorak dalam hati.

“Kalau begitu, alangkah lebih baiknya Mama minta wanita yang akan bertemu denganku nanti malam untuk datang besok pagi ke rumah ini dan menjadi pendaftar pertama sayembara. Lagian malam ini aku juga harus menyiapkan materi untuk mengajar besok,” ujar Ethan yang disetujui oleh Mama.

***

Satu bulan berlalu, sudah banyak wanita yang mendaftar sayembara itu namun tidak ada satu pun wanita yang berhasil memenangkannya. Sesuai dengan dugaan Ethan bukan, pria itu merasa benar-benar sangat bahagia selama satu bulan ini. Terlebih setiap dia pulang bekerja, dia akan melihat para wanita yang berniat ingin menikah dengannya tampak merengek dan menangis kepadanya karena kenakalan yang kedua anaknya lakukan.

“Pak Ethan!” Teriakan seorang wanita membuat lamunan Ethan buyar seketika.

“Selina, kenapa kamu masuk ke ruangan saya tidak mengetuk pintu lebih dulu? Tidak sopan kamu!” Ethan mengeluarkan kekesalannya itu.

“Saya sudah mengetuk pintunya berulang kali tadi, tapi Bapak tidak menyahut. Saya takut dong kalau ternyata Bapak pingsan di dalam ruangan atau bagaimana. Ya sudah saya langsung masuk saja, eh malah lihat Bapak ngelamun sambil senyum-senyum sendiri. Pasti lagi bayangin nikah sama saya ya, Pak?” tanya Selina sembari menaik turunkan alisnya.

“Alangkah lebih baiknya kamu sudahi saja kehaluan kamu itu, Selina. Terlebih, saya adalah dosen kamu dan seharusnya kamu bisa lebih sopan saat berhadapan dengan saya.”

Aura ketegasan begitu kentara dari wajah Ethan, tatapan mata setajam elangnya begitu menghunus dan seolah siap menghabisi Selina saat ini juga. Namun, semua itu tidak berpengaruh untuk Selina sama sekali, buktinya wanita itu kini malah senyum-senyum sendiri sembari memandangi wajahnya, membuat Ethan merasa tidak nyaman.

“Saya mau daftar jadi pengasuh Bapak,” cletuk Selina, membuat Ethan langsung melotot.

“Eh, maksudnya saya mau daftar sayembara yang Bapak buat, menjadi pengasuh kedua anak-anak kita,” ralat Selina dengan cengiran dari sudut bibirnya.

Ethan semakin melotot, bahkan kedua tangannya sudah mengepal kuat di atas meja. Memang mahasiswinya ini selalu saja membuatnya muak.

“Ralat, Pak, maksud saya menjadi pengasuh anak-anaknya Pak Ethan yang akan menjadi anak-anak saya nantinya. Sayembaranya masih dibuka kan, Pak?” tanya Selina sembari memandang lekat wajah Ethan.

Ethan hendak buka suara, namun dia urungkan saat mengingat suatu hal. Selama ini dia tidak membuka sayembara itu di kampus, bahkan dia merasa tidak ada satupun pihak kampus yang tahu soal sayembara itu. Ethan memang menutupi sayembara itu dari pihak kampus karena dia merasa malu dengan sayembara yang dia buat sendiri. Lalu, kenapa Selina bisa mengetahui tentang adanya sayembara itu?

“Jujurlah, Selina, sebenarnya kamu siapa? Kamu mata-mata saya atau bagaimana?” tanya Ethan sembari memincingkan matanya.

Tubuh Selina langsung menegang tatkala mendengar pertanyaan yang Ethan layangkan, seolah perkataan Ethan memang benar adanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengasuh Untuk Sang Duda   Bab 84 Akhir Yang Bahagia

    Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k

  • Pengasuh Untuk Sang Duda   Bab 83 Melahirkan

    Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban

  • Pengasuh Untuk Sang Duda   Bab 82 Kabar Membahagiakan

    Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem

  • Pengasuh Untuk Sang Duda   Bab 81 Malam Pertama

    Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub

  • Pengasuh Untuk Sang Duda   Bab 80 Hari Pernikahan Tiba

    Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole

  • Pengasuh Untuk Sang Duda   Bab 79 Rencana Pernikahan

    Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status