Ethan menatap curiga ke arah Selina, membuat perempuan itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tapi memang benar-benar sangat aneh, entah daripada Selina mendapatkan informasi tentang adanya sayembara yang dia adakan. Namun, beberapa detik kemudian Ethan baru ingat, Selina adalah pengagumnya dan pasti wanita itu benar-benar detail mencari tahu tentangnya bukan.
“Sayangnya sayembara itu tidak saya buka untuk seorang mahasiswa, hanya wanita-wanita dewasa sajalah yang bisa mengikutinya, bukan anak ingusan seperti kamu,” ujar Ethan berusaha mematahkan semangat Selina.
“Loh, kenapa gak adil begitu, Pak? Saya bisa kok jadi pengasuh anak-anak Bapak.” Selina tetap kukuh dengan pendiriannya, dia harus bisa mendaftar sayembara itu.
“Tugas kamu itu belajar, Selina, bukan mencari jodoh!” ketus Ethan, dia geram menghadapi mahasiswinya ini.
“Tidak ada di peraturan kampus mahasiswa dilarang mencari jodoh, Pak. Lagian apa salahnya saya mencoba, atau jangan-jangan Pak Ethan takut saya memenangkan sayembara itu, kan.” Selina menaik-turunkan alisnya.
Ethan merasa tidak terima dengan ejekan dari Selina barusan, karena dia merasa jika Selina mengikuti sayembara itu maka dia akan merasa kesal karena setiap hari harus menghadapi tingkah menyebalkan Selina.
“Atau jangan-jangan, Pak Ethan takut nantinya akan jatuh cinta dengan saya karena setiap hari kita akan bertemu. Sudah, lebih baik mengaku saja, Pak, tidak ada salahnya kok.” Selina semakin menggoda pria itu.
Ethan semakin dibuat geram olehnya, sampai kapanpun dia tidak akan pernah menyukai Selina, apalagi sampai jatuh cinta dengan wanita itu. Karena memang tidak ada di dalam kamus kehidupanya. Ethan menatap lekat penampilan Selina dari atas sampai bawah, jika dipikir-pikir wanita di depanya memang cantik, namun sayang kelakuannya minus.
“Oke, kamu bisa mulai bekerja sebagai pengasuh anak-anak saya besok pagi,” putus Ethan, karena dia merasa kesal dengan ejekan Selina.
Selina yang mendengarnya langsung bersorak kegirangan, seperti dia baru saja memenangkan lotre. Selina menunggu Ethan yang kini tengah menuliskan alamat rumahnya di sebuah kertas. Dengan kesenangan, Selina pun langsung menerima alamat yang Ethan berikan dan bahkan mencium kertas itu. Membuat Ethan yang melihatnya langsung bergidik ngeri dengan tingkah Selina.
Dalam hati, Ethan sudah yakin Selina pasti hanya akan bertahan beberapa hari saja di rumahnya. Karena nantinya dia tidak akan tinggal diam begitu saja, tapi dia akan membantu anak-anaknya untuk membuat Selina tidak betah berada di rumahnya.
“Silahkan keluar dari ruangan saya,” perintah Ethan tegas.
“Baik Pak, sampai jumpa besok, Pak Ethan!” Selina dengan kegirangan keluar dari ruangan Ethan.
“Kita lihat saja, Selina, seberapa kuat kamu akan bertahan dengan sayembara ini. Setidaknya sayembara ini dapat memberikan kamu sedikit pelajaran agar tidak macam-macam lagi denganku,” gumam Ethan dengan senyum misteriusnya.
Sedangkan di luar ruangan, Selina merubah senyum kegembiraan dengan senyuman aneh, dia berjalan agak menjauh dari ruangan sembari menelpon seseorang di seberang sana. Hingga telpon pun tersambung.
“Rencana berhasil,” ujar Selina kepada orang yang dia telepon.
***
Pagi ini, Selina sudah berdiri di sebuah rumah mewah, sesuai dengan alamat yang tertera di kertas tersebut. Awalnya Selina ragu, karena tidak mungkin seorang dosen muda memiliki rumah semegah dan sebesar ini. Seperti sebuah istanah mewah di mana di dalamnya hidup seorang raja yang sangat tampan.
“Cari siapa, Mbak?” tanya satpam yang bertugas.
“Maaf, Pak, ini benar rumahnya Pak Ethan?” tanya Selina dengan kebingungannya.
Kebetulan memang hari ini adalah hari sabtu, yang berarti kuliah libur dan dia bisa datang pagi-pagi seperti ini. Pak satpam pun mengatakan jika benar ini adalah rumah Ethan dan menyuruhnya untuk langsung masuk ke dalam saja, karena ternyata Ethan sudah menunggu kedatangannya.
Sesampainya di depan pintu masuk, Selina memencet bel rumah tersebut, dia masih memiliki sopan santun untuk tidak langsung masuk begitu saja ke dalam. Sudah dua kali dia memencet bel rumah itu tapi tidak ada juga yang membukakan pintu. Hingga tiba-tiba saja pintu terbuka dan menampilkan hal yang sangat mengejutkan.
“AAAA!!” teriak seorang wanita dengan rambut acak-acakan, tubuh bau telur ayam dan basah kuyup.
Wanita itu bahkan langsung menyembunyikan dirinya di belakang Selina, seolah meminta perlindungan. Detik berikutnya muncul dua anak kecil berlari keluar dari dalam rumah dengan membawa sebuah tembak-tembakan air dan mulai menembakinya.
“Tolong saya, Mbak,” ujar wanita itu ketakutan.
“Astaga, ini apa-apaan!!” teriak Selina sembari menghindari tembakan air dari kedua anak kecil itu.
“Serang terus!” teriak Lukas yang langsung diangguki oleh Lily.
Baju Selina pun langsung basah karena tingkah dua anak kecil itu, dia juga sudah berteriak minta berhenti namun kedua anak itu seolah tidak mendengarkan ucapannya. Jutsu terus menembakinya dengan tembakan air itu tanpa henti.
“STOP!!” teriak Selina keras, namun tidak membuat kedua anak itu berhenti dengan aktivitasnya.
Karena merasa sangat kesal, Selina langsung berjalan mendekat dan menjewer kedua anak kecil itu. Dengan begini dia berhasil menghentikan aksi mereka berdua, membuat Selina kesenangan. Selina juga mengatakan kedua anak itu sangat nakal.
“DADDY!!” Tidak sampai disitu saja, kedua anak itu langsung menangis dan berteriak kencang, membuat Selina melotot seketika.
Beberapa menit kemudian, seorang pria keluar dari rumah dan membuat Selina menganga seketika. Mata Selina melotot dengan bibir terbuka sedikit, bahkan jeweran di kuping dua anak kecil itu langsung terlepas. Bagaimana tidak jika dia melihat Pak Ethan keluar dari dalam rumah hanya menggunakan celana selutut dan singlet yang basah oleh keringat, membuat tubuhnya yang atletis tercetak jelas dari balik singlet itu. Bahkan kedua otot lengan pria itu benar-benar memanjakan mata Selina, membuatnya paham sepertinya Ethan baru saja selesai berolahraga pagi.
Selina yakin, wanita manapun pasti akan langsung terpesona saat melihat penampilan duda tampan berusia 32 tahun itu. Bahkan kini tatapan mata Selina tak lepas dari Ethan yang kini menatapnya geram. Sungguh, Ethan terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dan manly pagi ini, membuat Selina tak mampu untuk berpaling.
“Daddy, kakak itu nakal,” adu Lily sembari memegangi telinganya sendiri karena kesakitan.
“Usir saja kakak itu, Daddy,” pinta Lukas dengan rengekannya.
“Kamu apakan anak-anak saya, Selina?!” tanya Ethan marah, terlebih kini kedua anaknya tampak menangis kencang dengan telinga memerah.
Ethan tidak menyangka Selina akan datang ke rumahnya pagi-pagi begini, karena sekarang baru pukul 7 pagi. Lebih kagetnya lagi Selina datang dan langsung membuat keributan dengan kedua anaknya.
“Pak Ethan, sepertinya saya menyerah menghadapi kedua anak Bapak. Mulai hari ini saya mundur dari sayembara ini,” ujar wanita yang kini tengah berdiri di belakang Selina.
Ethan mengangguk pelan, dia masih melayangkan tatapan tajamnya ke arah Selina yang kini malah diam saja seperti patung, tidak menanggapi pertanyaannya tadi. Selina malah menatapnya lekat seolah tanpa berkedip, padahal Ethan merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya saat ini.
“Selina, kamu mendengarkan perkataan saya atau tidak?” tanya Ethan dengan geramnya.
Sama saja, tidak ada jawaban sama sekali dari Selina, membuat Ethan semakin dibuat geram. Ethan hendak berjalan maju mendekati Selina, tapi belum sempat tiba-tiba saja Selina jatuh tak sadarkan diri. Bisa dibilang saat ini Selina pingsan di halaman depan rumah Ethan.
Ethan terdiam sejenak melihat Selina yang pingsan begitu saja, karena dia syok. Pikiran buruk pun menghantui Ethan, dia takut jika nyatanya Selina sedang sakit dan memaksakan diri untuk datang kemari. “Selina,” panggil Ethan sembari mengoyangkan tubuh wanita itu. Tidak ada reaksi apapun dari tubuh Selina, membuat Ethan semakin panik saja. Tanpa memikirkan apapun lagi, Ethan langsung membopong tubuh Selina dan membawanya masuk ke dalam rumahnya. Mau bagaimanapun dia tetap harus bertanggung jawab atas Selina jika terjadi apa-apa dengan wanita itu, karena sekarang masih berada di lingkungan rumahnya. “Daddy, kakak itu kenapa?” tanya Lukas kepadanya. “Daddy tidak tahu, Lukas, lebih baik sekarang kamu bukakan pintu kamar tamu,” jawab Ethan dengan wajah datarnya, tidak menampakkan kecemasan apapun. Sedangkan kini, Selina tampak sangat kesenangan karena dia berhasil pura-pura pingsan dan berakhir Ethan menggendongnya. Kapan lagi dia bisa mendapatkan kesempatan emas seperti sekarang ini
Ethan langsung berlari ke arah sumber suara, dia segera mengetuk pintu kamar itu cepat untuk memastikan apa yang sebenarnya tengah terjadi. “Selina, kenapa?” tanya Ethan panik. “Pak Ethan tolong saya!” teriak Selina dari dalam kamar. “Tapi kamu –“ “Saya belum sempat ganti baju, Pak. Cepat tolongin saya, Pak!” Selina masih saja berteriak dari dalam kamar itu. Tanpa membuang waktu, Ethan langsung mendobrak pintu kamar karena terkunci. Butuh beberapa kali dobrakan baru pintu kamar itu berhasil terbuka. Nafas Ethan terlihat terengah-engah tak beraturan, tapi nyatanya kini dia tidak melihat ada hal genting yang terjadi. Yang ada hanyalah Selina kini tengah berdiri di atas kasur dengan ketakutan. “Hal bodoh apa lagi yang kamu lakukan, Selina?” tanya Ethan dengan geramnya, jangan bilang kali ini Selina mengerjainya seperti tadi lagi. Ethan bertekat, sekali lagi Selina mengerjainya dia tidak akan pernah percaya dengan perempuan itu lagi. Padahal, dia tadi berusaha untuk memaafkan tinda
Dengan gerakan cepat, Ethan berenang menghampiri Selina. Lalu mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya ke pinggir kolam renang. Merebahkan tubuh mungil wanita menyebalkan itu."Selina," panggil Ethan sembari menepuk pipi Selina pelan."Daddy, kakak itu pingsan?" tanya Lukas kepadanya.Ethan belum menanggapinya, dia menatap sejenak wajah Selina. Membiarkan tetesan air dari wajahnya jatuh ke wajah wanita itu."Daddy, apa yang terjadi dengan dia?," tanya Lily dengan suara cemprengnya.Ethan tidak menanggapi ocehan putrinya, dia justru mendekatkan telinganya ke mulut dan hidung Selina untuk merasakan ada hembusan udara atau tidak. "Shit!" umpat Ethan saat dia tidak merasakan hembusan nafas itu."Lily, Lukas, balikan tubuh kalian sekarang juga!" perintah Ethan tegas, membuat dua anak kecil itu langsung menurut."Maafkan saya, Selina," gumam Ethan sembari memandangi bibir ranum milik wanita itu, dia tidak punya pilihan lain. Dengan gerakan cepat, Ethan segera menjepit hidung Selina dan
Selina tampak tersenyum lebar saat Ethan berjalan ke arahnya dengan tubuh tegapnya itu. Terlihat sangat tampan dan mempesona. Dia sudah tidak sabar menjadi pacar duda tampan itu."Pa–Pak Ethan beneran mau tanggung jawab?" tanya Selina masih tidak percaya.Ethan tidak menjawabnya, dia mengambil tisu basah yang berada di meja dan kembali berjalan mendekat ke arah Selina. Aura dingin menyerukan dari wajahnya kini."Kenapa Bapak ngambil tisu? Untuk apa tisu itu, Pak?" tanya Selina sembari mengerutkan keningnya bingung.'Jangan-jangan Pak Ethan mau lap keringat aku lagi, kayak di drakor-drakor gitu. Sumpah, gak sabar banget sih kalau ini,' batin Selina dengan senangnya.Ethan menghentikan langkah kakinya saat berada tepat di depan tubuh Selina. Memandang wajah wanita itu datar dan dingin seperti biasanya. Diambilnya tisu basah itu dari tempatnya, lantas diangkatnya perlahan. Seolah ingin menunjukannya pada Selina."Iya Pak Ethan, saya tahu itu tisu basah. Tapi mau Bapak gunakan untuk apa?
Bel pintu rumah Ethan berbunyi berulang kali di pagi-pagi buta begini. Bahkan, ayam saja masih berkokok, tapi bel itu terus saja berbunyi. Ethan yang baru saja mengambil minuman di dapur. Kini dia berjalan ke arah pintu rumahnya. Dengan cepat, dia membuka pintu itu."Good morning, calon suami," sapa seorang wanita.Ethan terbelalak, dia tidak menyangka Selina akan datang ke rumahnya pagi buta seperti ini. Walaupun memang sebenarnya, hari ini adalah hari pertama wanita itu menjadi pengasuh untuk kedua anak kembarnya."Kok gak di jawab, Pak?" tanya Selina sembari menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Ethan.Ethan tetap diam, pandangannya fokus kepada koper yang Selina bawa. Ada dia koper besar di tangan wanita itu."Ini kopernya, Mbak." Tiba-tiba saja satpam di rumahnya masuk dan membawa dua koper besar lagi milik Selina. Ethan melotot seketika, karena melihat ada 4 koper besar milik wanita itu. "Bapak heran ya kenapa saya bawa banyak koper?" tebak Selina, dia sudah bisa meliha
Ethan baru saja selesai mandi di pagi hari ini. Dia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke dapur. Untuk mengecek apakah sarapan pagi hari ini sudah siap atau belum. Tapi, dia malah mendengar suara tawa dari kedua anaknya. Ethan berjalan semakin cepat ke arah sumber suara. Kini, dia tengah melihat kedua anaknya sedang bermain kejar-kejaran dengan masih menggunakan baju tidur. "Lukas, Lily," panggil Ethan kepada anak kembar itu."Ya, Daddy?" Lukas menyahut, pria kecil itu langsung berlari mendekat ke arahnya. "Kenapa kalian berdua belum juga mandi?" tanya Ethan heran. "Malas, air tidak bersahabat dengan kita, Daddy," timpal Lily.Ethan membulatkan matanya, ada-ada saja pasti jawaban kedua anaknya itu. Ethan kini tampak kesal, padahal tadi dia sudah berpesan kepada Selina. 'Jangan bilang, wanita itu masih sibuk menata barang-barangnya. Aku harus mengeceknya sekarang,' batin Ethan. "Kalian berdua mandi dulu sana," pinta Ethan, tapi tidak digubris oleh dua bocah itu.Lily dan Lu
"Lily bicara apa, Pak?" tanya Selina dengan raut wajah penasaran."Kamu tidak perlu tahu," jawab Ethan acuh.Detik berikutnya, Lukas dan Lily segera masuk ke dalam kamar mereka. Bahkan langsung berebut ingin cepat-cepat masuk ke kamar mandi. Selina hanya diam mematung, sedangkan Ethan sudah pergi lebih dulu dari hadapannya."Kira-kira, Lily bilang apa ya tadi sama Pak Ethan?" tanya Selina kepada sendiri."Sudahlah, aku tidak mau memikirkannya. Lebih baik sekarang aku ganti baju." Selina berjalan tertatih-tatih menuju ke arah kamarnya sendiri. Karena tubuhnya kini sangat sakit akibat terpeleset kulit pisang.Tanpa terasa, sarapan pagi tiba. Ini pertama kalinya Selina ikut sarapan di rumah ini bersama Ethan dan kedua anaknya. "Ini saya buatkan kopi buat Bapak," ujar Selina sembari menyodorkan kopi tersebut di depan Ethan."Seharusnya kamu mengambilkan anak-anak saya makan, Selina. Lagian, saya tidak minat dengan kopi buatan kamu. Bisa saja kamu kasih pelet di dalamnya," balas Ethan s
Selina menengguk salivanya susah payah, dia hanya mampu terdiam sembari menatap lekat wajah mengerikan milik Ethan. Pria itu bahkan kini tengah berjalan cepat ke arahnya."Jawab Selina! Kenapa kamu ke kamar saya?" Ethan melayangkan tatapan setajam elang ke arah wanita di depannya kini."Sa–saya ...." Selina sangat bingung harus mengatakan alasan apa kepada Ethan. Dia tidak menyangka Ethan akan kembali ke kamar ini lagi. Selina pikir Ethan dan kedua anaknya sudah benar-benar hengkang dari rumah ini."Kamu hendak mencuri?" tuduh Ethan sembari berjalan semakin dekat ke arah Selina.Karena hal itu, Selina pun berjalan mundur kebelakang. Hingga punggungnya terbentuk dinding dan tidak bisa bergerak kemanapun. Tapi hal itu tak membuat Ethan menghentikan langkahnya. Pria itu terus berjalan mendekat ke arah Selina. Hingga jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa senti saja. Sangat dekat, membuat Selina deg-degan.'Tidak mungkin wanita ini mencuri, karena sepertinya dia anak orang berada