Hafsa mengikuti dua nyonya besar itu masuk kedalam untuk melihat gaun pengantinnya. Hafsa hanya diam saja membiarkan dua nyonya itu yang memilih."Hafsa sayang, sini nak!" panggil nyonya Sinta pada Hafsa."Iya Tante." jawab Hafsa gugup dia melangkah pelan menghampiri nyonya Sinta yang sudah memegang sebuah gaun yang sangat indah."Coba kau pakai ini!" nyonya Sinta menyodorkan gaun yang panjang dan atasnya terbuka tanpa lengan.Bahkan Hafsa sampai meringis melihatnya tapi dia tidak berani membantah."Baik Tante." kemudian Hafsa masuk kekamar ganti dibantu oleh asisten nyonya Dewi.Kemudian datanglah nyonya Dewi membawa beberapa gaun yang direkomendasikannya dan dibelakangnya ada Satria."Sinta lihat! aku bawa beberapa gaun yang spesial untuk menantumu dan gaun ini adalah hasilku sendiri." pamer Dewi dengan bangga pada sahabatnya.Nyonya Sinta melirik gaun itu dan terperangah takjub, "Wah... bagus sekali gaun hasil rancanganmu dia pasti cantik memakai gaun ini." ujar nyonya Sinta memegan
"Eh ngomong-ngomong aku senang kau akan menikah, kenapa kau mendahuluiku?" ledek Satria tapi Elang menanggapinya dengan datar."Dan juga calonmu cantik juga, kau menemukannya dimana?" tanya nya lagi sambil menopang dagu.Elang tidak mau menjawab karena memang dirinya sedikit gengsi jika menikah dengan seorang pengasuh tapi nasi sudah menjadi bubur dan itu tidak bisa dirubah."Hei, kenapa kau diam saja? apa kau tidak ingin menikah dengannya." Satria dapat melihat dari raut wajah datar Elang kalau pernikahan ini pasti bukan keinginannya."Baiklah, Elang boleh aku tebak? sepertinya ini bukan keinginanmu. Kalau begitu aku siap untuk menggantikanmu." ucap Satria lagi yang terus bicara.Elang langsung bereaksi saat Satria mengucapkan 'aku siap untuk menggantikanmu' dengan menatapnya tajam."Kau banyak bicara ya Satria. Itu urusanku bukan urusanmu. Dan kau tidak perlu menggantikannya. Mengerti." ucap Elang dengan penekanan membuat Satria menggedikkan bahunya."Ayo Rey, bawa aku kedalam.""Bai
Flashback onHafsa sedang berada diruangan kerja nyonya Sinta, duduk berhadapan dengannya. Nyonya Sinta memandang Hafsa penuh harap sedangkan Hafsa tertunduk merasa seperti rakyat jelata yang ingin diberi hukuman karena kesalahannya.Tangannya gemetar keringat dipelipisnya mulai membasahi pipi dia bertanya-tanya dalam hati ada apa ini? kenapa dirinya dipanggil pada saat sedang santai, apakah dirinya akan dipecat karena kelalaiannya dalam bekerja.Oh ya ampun jangan, meski kehidupannya dalam keluarganya tidak baik tapi dia tidak ingin lagi-lagi mengecewakan mereka. Oh iya Hafsa kan belum tahu bahwa ayahnya sudah menceraikan istrinya, Rahma dan Sesil pun sudah pergi dari rumahnya dengan membawa uang kompensasi miliknya."Duduklah, kenapa kau berdiri saja?". Nyonya Sinta yang melihat ketegangan Hafsa berusaha untuk berbicara lembut."Ah, tidak apa-apa nyonya aku berdiri saja!" jawab Hafsa yang merasa tidak enak harus duduk berhadapan dengan nyonya rumah."Tidak apa-apa duduk saja, mungkin
Lelaki itu terkesiap kaget melihat bahwa dirinya ketauan, ah kenapa bisa padahal dirinya sudah merancang semuanya dengan baik.Lelaki itupun menjadi panik apalagi terdengar suara derap langkah kaki seseorang menuju dirinya.Rey, masuk ditengah para pengawalnya dengan tenang dan kedua tangannya ia masukkan kesaku celananya."Kau Salah perhitungan kawan." ucap Rey datar dan dingin.Lelaki itu tak menjawab hanya sorot matanya yang menunjukkan kekesalannya."Lain kali belajarlah lebih dahulu, sebelum ingin menculik seseorang." tambahnya lagi kini tersenyum sinis.Melati yang melihat Rey tersenyum langsung muncul bunga-bunga bermekaran disekitar wajahnya yang berseri-seri sambil menyentuh kedua pipinya."Pengawal.. tangkap dia! dan pastikan dia tetap mendekap dipenjara." perintah Rey tegas.Para pengawal pun menyeret lelaki itu yang ternyata Marcel kekasih dari Diana, dia memang bodoh dan matre namun parasnya memang
Acara pernikahan pun telah selesai, para tamu juga sudah pulang semua tinggal para pelayan yang sedang membereskan segala kekacauan pesta pernikahan.Hafsa sudah ada didalam kamar Elang yang luas dan mewah seperti lapangan futsal dan dia berdiri menatap cermin yang memang sampai bawah, dia melihat dirinya sendiri sangat berbeda dengan memakai baju pengantin dan riasan.Bahkan dia mengira itu bukan dirinya, sampai dia terus menatap cermin dan alangkah terkejutnya dia mendengar suara Elang dibelakangnya yang entah kapan datangnya dan bisa tau bahwa dirinya ada disitu."Sudah cukup memandangi cermin, cermin itu akan pecah jika terus kau pandangi." ucapnya sadis membuat Hafsa mengerucutkan bibirnya."Mana bisa cermin pecah jika hanya dipandangi saja, ada-ada saja.!" gumam Hafsa pelan."Cepat, bantu aku melepaskan baju sialan ini." titah Elang dengan suara ketusnya sambil menggoyangkan dasi kupu-kupu nya.Hafsa mendelik kesal, 'Tidak bisakah dia menyuruh dengan biasa saja kenapa ketus sekal
Hafsa sudah selesai mengganti bajunya dikamar mandi dengan pakaian biasa yang ia pakai. Keluar dari kamar mandi dan menaruh. aku pengantin itu ke keranjang khusus yang diberikan MUA untuk menaruh baju pengantinnya.Hafsa mendekati Elang yang sedang minum dan berkata, "Tuan, aku sudah selesai, mari aku bantu bukakan bajunya.""Kau lama sekali, aku sampai kehausan karena menunggumu." jawabnya ketus tapi Hafsa tetap mendekati, sepertinya dia harus terbiasa dengan wajah ketusnya Elang tapi tetap saja masih tampan, hehehe."Tidak usah banyak bicara tuan, mari aku bantu." jawab Hafsa sambil membuka kancing kemeja Elang."Kau... berani mengataiku." Elang tak habis pikir kenapa pengasuhnya ini benari sekali padanya."Mau dibantu tidak, kalau tidak mau lebih baik aku tidur, aku lelah sekali " kata Hafsa tak peduli marahnya Elang.Elang hanya bisa menahan kesalnya lalu membiarkan Hafsa membuka semua pakaiannya termasuk celananya juga, tapi dia menyisakan satu yaitu celana boxsernya karena dia ti
Hafsa masuk kekamar mendapati Elang sang suami masih ditempat tidurnya. Kebiasaan Elang yang tidur tidak pernah menggunakan pakaian atasan dan hanya memakai boxer membuat mata Hafsa jadi terus ternodai karena dia harus terus memandangi tubuh sispex dan berotot itu."Duhh... ini orang, kenapa harus punya kebiasaan kalau tidur ga pake baju sih! bisa-bisa aku khilaf ini." gumam Hafsa memalingkan wajahnya dari Elang."Kenapa ngga bangun-bangun juga?"Hafsa menyimpan sarapan itu dinakas dan mencoba membangunkan Elang dengan cara menggoyang-goyang kan pundak Elang."Tuan... bangun sudah siang sarapannya sudah aku sediakan." kata Hafsa pelan dengan mengguncang pundak Elang.Tapi apa yang dilakukan Elang sungguh diluar dugaan, tanpa sadar Elang menarik tangan Hafsa sehingga tubuh Hafsa ikut terbawa karena tarikannya yang kencang.Alhasil Hafsa jadi dipeluk bagai guling oleh Elang yang membuat gadis itu terkejut bukan main.Hafsa
Hari ini Elang sedang berada diruang kerjanya ditemani sang asisten setia, Rey. Karena Elang lebih nyaman bekerja dirumah ketimbang dikantornya sebelum dia sembuh.Saat sedang seriusnya bekerja situan muda teringat dengan permintaannya pada asisten Rey."Rey, apa kau sudah menemukan donor mata yang cocok untukku?" tanya nya sambil menutup berkasnya."Belum tuan, tapi aku pastikan tidak akan lama!" jawab Rey yakin."Tuan tenang saja, aku akan mendapatkan yang tuan inginkan." sambung Rey lagi, dirinya memang sudah berjanji akan mencarikan donor mata yang cocok untuk tuan mudanya dari dulu hanya saja belum ketemu sampai sekarang."Aku percaya padamu Rey." begitulah jawaban Elang, memang Rey adalah kepercayaan Elang sejak dulu dia sahabat sekaligus partner kerja yang baik dan kompeten.Tiba-tiba Elang teringat dengan kata istrinya yang mengatakan akan mengajarinya berjalan dan dia ingin menagihnya."Rey, sepertinya sudah cukup aku disini." kata Elang dan Rey mengerti."Apa yang tuan ingink