tok tok tok
"Ini aku Melati tuan, tadi katanya tuan ingin bertemu denganku?" teriak Melati dari luar sengaja supaya yang didalam mendengar.Pintu pun terbuka menampakan pria tegap nan tinggi dengan wajah datarnya. Sedangkan Melati memasang wajah tersenyum yang tak henti-hentinya."Tidak usah berteriak aku tidak tuli, masuk." katanya lalu masuk kembali tanpa menatap Melati sedikitpun.Melati pun mengikuti kedalam dan menutup pintunya."Ada apa tuan? apa tuan rindu padaku?" dengan gamblangnya Melati berceloteh membuat Rey bereaksi."Aku tidak rindu padamu, tapi aku ingin memberi hukuman padamu karena kau telah membuat nona muda terlambat pulang sehingga harus dihukum oleh tuan muda." ucapnya menatap Melati dengan serius.Yang diajak bicara malah bengong sambil terus menatap pria tampan itu."Hey, kenapa kau diam? dan malah menatapku seperti itu. Apa kau sedang menentangku?" ujar Rey lagi merasa risih dengan tatapaMelati masih memunguti sampah itu sampai benar-benar bersih dan hal itu terus diperhatikan oleh pria dewasa didepannya.Melati yang pakaiannya sudah basah kuyup sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang terbilang bagus dan menampakkan kedua gunung kembarnya yang sepertinya pas ditangannya.Dan tiba-tiba membuat darah Rey berdesir seketika dia pun memalingkan wajahnya kearah lain tidak mengerti kenapa bisa begini padahal dia sudah sering melihat wanita seksi yang memakai baju kekurangan bahan tapi sama sekali tak bereaksi apapun padanya.Tapi dengan gadis pelayan ini mampu membuatnya salah tingkah. Tak ingin berlama-lama dengan rasa tidak nyaman ini Rey memilih pergi dan mengerjakan yang lain."Hey kau jika sudah selesai maka bersihkan tubuhmu dan bersihkan ruangan kerjaku." Ya Rey memang memiliki ruang kerjanya sendiri disini bahkan dia juga memiliki kamar sendiri khusus untuknya menginap disini jika dia terlambat pulang.Dan keluarga R
"Mari tuan aku bantu keranjang dan aku akan memijat tuan." kata Hafsa dengan lembut tanpa ada kemarahan didalamnya membuat Elang terdiam.Tapi tetap menuruti perintah istrinya.Kini Elang dengan bantuan satu tangan dia bisa menopang tubuhnya sendiri dia tidak menyangka bisa mendapatkan perubahan yang sangat terlihat tidak seperti sebelumnya yang sama sekali tidak membuahkan hasil.Dengan perlahan akhirnya Elang sampai keranjang king size nya dan duduk dengan tenang dan Hafsa pun menyelimuti sebagian tubuhnya."Tunggu sebentar yah tuan aku akan menaruh piring kotornya dulu sekalian isi bensin untuk menambah tenaga karena akan begadang." ucap Hafsa tersenyum dan anehnya Elang mengangguk.Gadis itu pun lalu keluar dari kamar Elang yang mewah, mendengar suara pintu yang menutup seketika membuat Elang tersadar dari diamnya."Sial, kenapa aku seperti kerbau yang dicocok hidungnya sama sekali tak membantah apa yang dia katakan. padahal
Pagipun menyingsing ke empat insan yang masih diselimuti kenyenyakan dalam buaian tidur itu masih terlelap dengan posisi yang berubah.Tak sadar dengan apa yang mereka lakukan hingga mereka terus bergelut dengan kehangatan satu sama lain hingga salah satu dari mereka menyadari suatu keanehan dan yang menyadari adalah Hafsa.Dia meraba sesuatu disampingnya begitu keras namun menghangatkan dan membuatnya nyaman begitu juga sesuatu yang disentuhnya tidak merubah posisinya sedikitpun bahkan dia juga masih terlelap dengan kenyamanan ini.Gadis itu kemudian membuka matanya perlahan menyipit untuk menyesuaikan cahaya yang masuk keretinanya lalu setelah matanya terbuka sempurna, sesuatu yang pertama dia lihat adalah wajah tampan yang mempesona kulit putih bersih hidung mancung bibir seksi dan rahang yang tegas serta alis hitam yang tebal.Belum pernah Hafsa melihat wajah suami kontraknya ini dengan begitu jelas dan intim ini sungguh suatu anugerah baginya karena bisa menikmati pemandangan ind
"Tuan.. awas ada kecoa." teriak Hafsa seketika yang mana membuat Elang langsung beranjak duduk dan kesempatan itu diambil oleh Hafsa untuk kabur dari kungkungannya."Kecoa.?" Elang mengerutkan alis ketika sadar dirinya dibohongi karena mana mungkin dikamarnya ada binatang menggelikan itu."Dasar kau, beraninya menipuku?" kata Elang marah, hasratnya kini terpendam tapi dirinya merasakan pada tubuhnya yang terasa ringan dari hari ke hari tidak berat seperti kemarin-kemarin."Maaf tuan, aku tidak tau tuan becanda atau serius tapi yang pasti kita tidak boleh melewati batas karena kita hanya menikah diatas kertas dan aku tidak mau melakukan itu walaupun kita sah suami istri." ujar Hafsa menundukkan kepala lirih takut melihat kemarahan Elang."Siapa juga yang ingin menyentuhmu? aku tadi hanya bermain-main jangan terlalu percaya diri aku ingin melakukannya." elak Elang tak mau mengakui padahal dia sendiri bingung kenapa tadi dia begitu ada hasrat ingin menyentuh gadis itu."Baguslah kalau tu
"Aku sudah selesai tuan. Mari." Hafsa masuk kamar kembali ketika dari bawah dan Elang sudah terbaring di ranjangnya."Lama sekali, kau sengaja membuatku menunggu terlalu lama." ucap Elang dengan dingin."Tidak tuan, tuan kan tau sendiri jarak dari kamar tuan ke dapur itu sangat jauh apalagi kalau harus jalan kaki dan naik tangga dan itu setelah makan. Rasanya tuan sepertinya badan ini tidak akan gemuk kalau dilakukan setiap hari." adu Hafsa panjang lebar membuat Elang memutar bola mata jengah."Sudah diam, tidak usah banyak alasan cepat pijati aku." sergah Elang cepat karena malas mendengar ocehan istri rasa pelayannya."Baik tuan."Dengan cekatan Hafsa memijat Elang mulai dari tangan kaki hingga punggungnya sampai Elang benar-benar tertidur.Tak terasa sudah dua jam dirinya memijat suaminya, tangannya sudah kebas dan kram sudah tidak sanggup untuk memijat lagi."Lelah sekali, tapi dia melarangku untuk berhenti meski dia sudah tertidur." gumamnya seorang diri yang sudah melihat Elang
Meski masih ragu tapi Melati berusaha mempercayai supaya cepat selesai karena dirinya juga tidak enak karena sudah terlalu lama berada diruangan itu."Ya sudah tuan, kalau begitu aku permisi dulu.Aku sudah terlalu lama disini nanti aku dimarahi." ucap Melati mengakhiri dengan senyum canggung."Hmm...!" Rey hanya berdehem, kemudian.."Tunggu...""Ada apa tuan?" Melati baru melangkah."Bawakan aku sarapan disini." perintah Rey."Baik tuan." Melati pun bergegas pergi meninggalkan ruangan itu.Setelah Melati pergi Rey mengusap wajahnya kasar kemudian dia menghela nafas sejenak beralih duduk di kursi kerjanya dan mengecek cctv, karena dirinya penasaran apa yang terjadi semalam.Setelah di cek dirinya sungguh tidak percaya dengan apa yang dia lihat karena dirinya sendiri yang menghampiri gadis itu tanpa sadar dan malah memeluknya.Rey menggelengkan kepalanya sungguh dirinya benar-benar tidak percaya jika itu
Hafsa memasuki kamarnya lebih tepatnya kamar tuan muda Elang yang kini menjadi suaminya.Hati dan perasaannya masih tidak nyaman atas kejadian tadi dia berharap suaminya itu melupakan dan tidak membahasnya, sudah pasti karena tadi Elang pun berkata hanya ingin bermain-main saja.Hafsa membawa troli makanan untuk suaminya dia mencari suaminya yang entah kemana. Setelah mengitari dan melihat suaminya ada dibalkon segera dia menghampiri dengan berjalan begitu pelan."Ee.. tuan aku membawakan sarapan untukmu." ucap Hafsa pelan meletakkan troli disamping kursi roda tuannya.Seperti biasa Elang tidak akan makan jika tidak disuapi maka dengan telaten Hafsa menyuapi bayi besar itu.'Sudah besar, padahal tangannya masih bisa makan sendiri dasar manja.' Hafsa menggerutu dalam hatinya ketika akan menyuapi Elang."Jika kau tidak ingin menyuapiku, pergi saja biarkan aku kelaparan." celetuk Elang, padahal dia tidak bisa melihat tapi kenapa sep
Hafsa terkejut karena disaat itu pula bibir mereka bersatu membuat desiran aneh yang menjalar ditubuhnya membuat matanya terbelalak.Hafsa pun dengan segera mendorong dada bidang pria itu namun tanpa diduga Elang menyeringai dan malah menciumnya lebih dalam seakan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada.Dengan lihai Elang memagut bibir tipis itu memberi sensasi berbeda pada diri Elang. Yah mungkin karena Hafsa belum tersentuh oleh pria sama sekali dan itu membuat hati Elang sangat senang dia semakin gencar terus memagutnya.Sedangkan gadis itu tentu saja memberontak dengan segala kekuatannya tapi apa daya kekuatannya tidak sebanding dengan pria itu, lama kelamaan gadis itupun menikmati ciuman itu karena lelah terus memberontak.Karena tidak ada pergerakan dari Hafsa membuat Elang tersenyum dan dengan lembut dia terus menikmati bibir itu hingga suara deheman menyadarkan mereka."Ehem..." mendengar itu Hafsa langsung mendorong Elang d