Share

Mengembalikan nama baik

Kini semuanya menjadi terang, Arsenio adalah bos dari gangster yang baru saja ia temui.

“Jadi, kamu adalah pengawal yang tengah menyembunyikan diri? Rumah, mobil, ponsel mewah, itu semua bukan karena gajimu menjadi pengawal, kan?” tanya Eve masih penasaran.

“Tidak tepat jika membicarakannya saat ini, ada hal penting yang harus kita selesaikan,” jawab Arsenio membuat Eve kesal.

Di dalam perjalanan, Eve terus diam dengan tatapan kosong, melihat hal itu, Arsenio memikirkan apakah tindakannya memberi pelajaran pada Ansel serta memberitahu semuanya kepada Eve adalah hal yang benar. “Apakah anda merasa menyesal, Nyonya?” tanya Arsenio memecah keheningan di dalam mobil.

“Sangat, saya sangat-sangat menyesal, terlebih menyesali sudah sangat mencintainya yang pada akhirnya membuat saya patah hati dengan sangat,” jawab Eve dengan sendu.

Arsenio hanya bisa diam karena yang dibicarakan Eve adalah permasalahan hati, sangat susah baginya untuk mengatur Eve harus memiliki perasaan kepada siapa, karena perasaan tidak bisa dipaksa. Setidaknya, saat ini dirinya merasa lega karena sumpahnya untuk membuktikan jika mereka dijebak terbukti, tinggal bagaimana saat ini meyakinkan keluarga Saputra Wijaya agar menerima Eve kembali.

Arsenio mengajak Eve untuk bertemu Saputra Wijaya, mendengar nama papahnya membuat Eve merasa gugup bahkan rasa takut kembali melandanya. “Aku takut kembali ditolak oleh Papah, kejadian pengusiran kemarin sangat membekas di hati,” ucap Eve sedih.

“Tidak ada salahnya untuk mencoba, saya akan selalu ada di samping anda, meskipun nanti ayah anda menolaknya, fakta ini wajib diketahui agar beliau tahu, meskipun kita memang bersalah, tapi kejadian itu murni jebakan, memang sengaja ada orang yang ingin merusak keluarga Wijaya melalui anda,” ucap Arsenio meyakinkan.

Perjalanan menuju mansion Eve terasa sangat lambat sekali, perjalanan yang biasanya hanya membutuhkan waktu 20 menitan, seperti memakan waktu satu hari, padahal jalanan tidak begitu ramai, Arsenio menyetir mobil juga dengan kecepatan normal.

Semakin mendekati mansion, semakin berdebar pula hatinya, ketika nanti harus kembali berhadapan dengan Saputra Wijaya-ayah kandungnya yang dihormati serta disegani banyak orang.

“Maaf, kalian tidak boleh masuk atas perintah Tuan Besar,” ucap security yang selalu siaga di gerbang.

“Jika kalian tidak memperbolehkan saya masuk, tidak masalah, tapi lihatlah Nyonya Eve, dia putri semata wayang keluarga Wijaya, apa kalian berani menolak?” tanya Arsenio yang sudah tahu jika tiba di mansion keluarga Wijaya, pasti akan dihadang untuk masuk.

Kedua security saling memandang untuk memberi jawaban, pada akhirnya, mereka menghubungi majikannya untuk mengkonfirmasi ini. Cukup lama menunggu, akhirnya mereka diperbolehkan untuk masuk meskipun hanya sampai halaman depan.

“Aku terasa seperti orang asing di rumahku sendiri,” gumam Eve yang terdengar di telinga Arsenio.

Orang yang dimaksud kini sudah menemui mereka berdua dengan wajah yang tidak bersahabat, bahkan kesan angkuh sangat terlihat dari raut wajahnya. “Ada apa kalian kembali lagi? Sudah saya tegaskan bukan, jangan lagi langkahkan atau tampakkan batang hidung kalian di hadapan saya, rupanya kalian tidak punya malu,” ucap Saputra dengan ketus.

Eve yang mendengar perkataan ayahnya hanya bisa diam menunduk sembari memainkan jemari tangannya, perkataan ayahnya sangat menusuk hatinya. Jika bukan keyakinan yang diberikan oleh Arsenio, mana mau dia kembali menampakkan muka dihadapan ayahnya.

“Saya memang tidak tahu malu karena kembali menunjukkan muka di hadapan anda, Tuan, namun kedatangan kami kemari untuk membersihkan nama baik yang sudah tercoreng, sebab skandal waktu itu, kami sudah menemukan bukti, jika kejadian waktu itu sebuah jebakan, pelakunya adalah Emir Ansel, mantan kekasih Nyonya Eve Gianita Wijaya,” ucap Arsenio dengan lugas dan tenang.

Mendengar hal itu, Saputra hanya tertawa keras, ia menganggap perkataan mantan pengawal anaknya ini hanya sebuah lelucon. “Emir Ansel? Dia keturunan bangsawan, meskipun saya menentang dengan keras hubungan Eve dengannya, sangat mustahil pelakunya adalah dia, manfaatnya apa membuat skandal menjijikan seperti ini?” ejek Saputra Wijaya membuat Eve dan Arsenio saling menatap dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Lalu Arsenio melakukan video call kepada salah satu anak buahnya yang tengah mengeksekusi Emir Ansel, di panggilan video, Saputra melakukan berbagai pertanyaan kepada Emir untuk membuktikan apa yang dikatakan Arsenio benar atau tidak.

Setelah mengetahui jika semuanya benar, Saputra bergegas mematikan sambungan telepon sembari wajahnya merah padam, menandakan jika dirinya tengah emosi.

“Dimana posisi Emir Ansel saat ini?” tanya Saputra Wijaya penuh amarah.   

“Emir Ansel sudah saya serahkan kepada rekan-rekan saya untuk memberikannya pelajaran yang setimpal, jadi anda tidak perlu mengkotori tangan anda hanya untuk anak ingusan kemarin sore,” jawab Arsenio tidak mau menyebutkan dimana lokasi markas besarnya.

“Saya tidak akan puas jika belum melihatnya langsung, jika kalian menyembunyikannya malah membuat saya menjadi curiga jika Emir Ansel kalian paksa untuk mengakui ini semua,” jawab Saputra Wijaya memancing emosi Arsenio.

“Silahkan anda berkata apa namun yang pasti, Emir Ansel sudah saya tangani sesuai apa yang Nyonya Eve inginkan, yang terpenting adalah mengembalikan lagi nama baik kami dan anda tahu kebenarannya,” ucap Arsenio tetap tidak mau menyebutkan dimana lokasinya.

“Tidak mudah mengembalikan nama baik, apalagi berita kalian tersebar sangat luas, meskipun semua orang nantinya tahu jika semua ini jebakan. Tetap saja, skandal kalian akan terus terpatri dalam ingatan masyarakat luas. Maka dari itu, meskipun nama kalian nantinya kembali baik, tetap saja saya tidak bisa menerima kalian dalam lingkup keluarga ini lagi. Jadi, lebih baik kalian pergilah, saya masih ada urusan lain yang lebih penting,” usir Saputra membuat Eve diam terpaku mendengar ini semua.

“Pah! Apa Papah tidak melihat perjuangan kami membuktikan ini semua tidaklah mudah! Eve pikir dengan terbukanya semua ini membuat pemikiran Papah terhadap kami sedikit lebih baik! Kami dijebak, Pah! Skandal yang terjadi bukanlah atas dasar suka sama suka! Ternyata semua sia-sia saja! Harta serta martabat adalah hal paling penting di dalam hidup Papah!!!! Eve anak kandung Papah!!! Kenapa dengan teganya Papah seperti ini? Kurang apa Eve selama ini? Sejak kecil sampai dewasa selalu saja menuruti apa kata Papah bahkan setiap gerak gerik Eve selalu diawasi seperti CCTV berjalan!! Hanya karena satu kesalahan yang sengaja dilakukan orang lain untuk menghancurkan keluarga ini, membuat Papah menutup mata semua itu!!! Seorang Saputra Wijaya yang terkenal berwibawa, dihormati serta disegani banyak orang, hanyalah tampak luar saja! Penilaian orang-orang rupanya tidak didasari dengan sifat asli seorang Saputra Wijaya yang sebenarnya!!!!” pekik Eve dengan penuh kekecewaan dan air mata.

“Jaga ucapanmu, Eve! Semakin dewasa kelakuanmu semakin meresahkan keluarga ini! Keputusan untuk mengusirmu dari keluarga ini rupanya pilihan yang sudah tepat! Kamu benar, harta, martabat serta pujian semua orang itu sangat penting untuk mengangkat nama keluarga Wijaya supaya semakin terkenal luas! Pergi dari rumah ini dan jangan tampakkan lagi batang hidungmu!” usir Saputra Wijaya tanpa belas kasihan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status