Share

BAB 3: Malam Panas Bersama Edward

“Aku mencintaimu.”

Ucapan Veronica terus terngiang-ngiang memenuhi kepala Edward, apalagi dia masih dapat mengingat jelas suara majikannya yang terdengar ... menggoda. Edward mengacak-acak rambutnya frustrasi.

Dia mengambil gelas di atas meja, menyeruput isinya hingga tandas tak tersisa. Tak cukup sampai di situ, Edward meraih botol alkohol di atas meja dan meneguknya dengan asal-asalan, bahkan menetas membasahi pakaiannya.

Edward menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam, matanya melirik keluar dari jendela kamarnya yang langsung berhadapan dengan paviliun Veronica. Kamarnya memang sengaja tak jauh dari paviliun karena tugasnya sebagai pengawal Veronica.

Dia bisa melihat lampu bangunan itu menyala, seolah memang sengaja dinyalakan untuk memberikan tanda padanya.

“Sial!” maki Edward. “Tidak pernah kubayangkan aku akan selemah ini hanya karena wanita.”

Pada akhirnya dia berjalan keluar dari kamar, menuju paviliun seperti undangan Veronica siang tadi. Beberapa kali dia tubuhnya tampak oleng karena pengaruh alkohol yang terlalu banyak, tetapi Edward tak membiarkan pengawasannya lengah. Beberapa kali dia menoleh kiri-kanan untuk memastikan tak ada yang melihatnya.

Walaupun berstatus sebagai pengawal Veronica, akan aneh jika ada pelayan lain yang melihatnya mendatangi paviliun wanita itu di tengah malam seperti ini. Dalam keadaan setengah mabuk pula.

Sejenak Edward terdiam, akalnya seolah kembali memaksanya untuk sadar akan apa yang menjadi pilihannya. Namun, di lain sisi Edward yang sudah mulai mabuk tak lagi memikirkan hal lain, tangannya bergerak dengan sendirinya untuk mengetuk pintu tersebut.

Hanya sekali ketukan pintu langsung terbuka seolah pemiliknya telah menunggu sejak tadi, Edward ditarik masuk dan Veronica langsung menutup pintu paviliunnya dengan cepat, tak ingin jika ada orang yang memergoki mereka.

Tubuh Edward mematung, pandangannya tak bisa beralih dari majikannya. Veronica seolah benar-benar telah siap dengan ‘malam panas’ mereka. Wanita itu mengenakan gaun tidur yang hampir transparan dan memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan jelas, ditambah parfum yang dia pakai lebih menyengat malam ini.

“Aku tahu kamu pasti akan datang,” ucap Veronica percaya diri.

Ia mendudukkan tubuhnya di atas sofa, menopang kakinya menggunakan kaki yang lain hingga gaun tidurnya tersingkap dan menampilkan paha mulusnya. Edward yang tak sengaja melihat hal itu meneguk salivanya susah payah.

“Duduklah dulu,” pinta Veronica. “Sebelum memulainya aku harus memastikan bahwa kamu benar-benar akan merahasiakan hal ini. Ya, walaupun aku tahu jika kamu menyebarkannya pun tak akan ada untungnya bagimu.”

Edward yang sejak tadi seolah kehilangan akalnya melihat penampilan menggoda dan seksi Veronica berusaha keras mempertahankan akal sehatnya dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Veronica.

Melihat Edward yang sangat gugup dan tampak telah terangsang membuat Veronica tersenyum dalam diam. Kemudian dia mengambil sebuah dokumen yang sejak tadi tergeletak di atas meja, menyodorkannya pada Edward.

“Bacalah dulu,” pinta Veronica lagi, yang dihadiahi tatapan bingung oleh Edward. “Itu adalah kontrak rahasia antara kita, di dalamnya terdapat poin-poin yang berupa kewajiban dan hak-hak yang akan kamu dapatkan jika aku benar-benar hamil setelah ini.”

Edward menerima dokumen kontrak tersebut dan membacanya, walaupun sebenarnya dia tak sepenuhnya fokus ketika menelaah poin-poin dalam kontrak tersebut. Kabut birahi telah memenuhi kepalanya dan membuatnya kesulitan untuk fokus.

Beberapa kali matanya bergerak gelisah dan terus-menerus ingin menatap tubuh majikannya.

Sementara Veronica yang menyadari hal itu sejak awal hanya tersenyum, dia mengambil sebotol minuman anggur dari kulkasnya dan menuangkan segelas untuk Edward. “Minumlah.”

Edward tak bisa menolak apapun yang disuruhkan oleh Veronica padanya. Malam itu, dia bagai kerbau yang dicocok hidungnya, menuruti apapun yang Veronica perintahkan. Ia langsung mengambil gelas dan menghabiskan minuman tersebut hingga tandas tak bersisa, membuat sebuah senyum misterius terbit di wajah Veronica.

“Bagaimana kalau kamu menandatangani kontrak itu sekarang? Bukankah lebih baik kalau kita memulai permainannya lebih cepat?” goda Veronica, ia berdiri di sebelah Edward dan merangkul pria itu.

Napasnya yang hangat terasa menyapu tengkuk Edward, membuat pria itu meremang dan membangkitkan sesuatu yang mengganjal di bawah sana. Dengan tangan gemetar halus, Edward meraih pulpen dan menandatangani kontrak yang diberikan Veronica.

“Anak pintar,” ucap Veronica menepuk-nepuk kepala Edward pelan dan menyimpan kontrak tersebut di lemarinya.

Saat sedang sibuk menutup pintu lemari dokumennya, Veronica merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Tanpa repot-repot menoleh pun dia telah tahu siapa yang melakukan hal itu. ‘Sudah bereaksi ternyata,’ batin Veronica saat merasakan napas memburu Edward menyapu leher jenjangnya.

“Maaf kalau saya akan melewati segala batasan saya hari ini. Tapi Anda lah yang memulainya, Nyonya,” ucap Edward dengan suara berat.

Veronica memutar tubuhnya, membuat mereka saling menatap. Dia bisa melihat jelas kabur gairah yang tebal di kedua mata pengawalnya. Tangan Veronica terangkat, melingkar di leher Edward dan menarik tengkuk pria itu untuk mendekat.

Bibir mereka saling menyatu, mula-mula hanya ciuman kecil hingga terus berlanjut menjadi semakin panas. Keduanya saling memainkan lidah dan bertukar saliva, napas keduanya saling memburu dan merasakan pekatnya alkohol yang dikonsumsi satu sama lain.

Edward melepaskan tautan bibir mereka saat melihat Veronica telah kehabisan napas, dia memberikan ruang untuk Veronica dengan tangan yang tak lepas memeluk pinggang ramping Veronica.

Sementara Veronica yang telah termakan permainannya sendiri pun mendorong Edward dan membuat keduanya terjatuh di ranjang. Ia kembali menciumi bibir Edward, tangannya tak tinggal diam dan ikut membuka kancing kemeja pengawalnya satu demi satu. Jarinya kemudian bermain di atas dada bidang Edward, membuat rangsangan di sana.

Permainan dan pancingan Veronica telah benar-benar membangkitkan sisi buas Edward, pria itu membalik posisi mereka dan membuat Veronica berada di bawahnya. “Anda benar-benar yakin akan melanjutkan ini, Nyonya?” tanya Edward lagi, kembali memastikan untuk terakhir kalinya.

“Ya. Hamili aku, Ed.”

Sudut bibir Edward tertarik membentuk senyum miring. “Saya tidak akan mundur lagi walaupun Anda menolaknya setelah ini Nyonya.” Suaranya terdengar berat dan membuat Veronica bergidik.

Ia melepaskan kemeja yang dikenakannya hingga menampilkan tubuh bagian atasnya yang terbentuk sempurna, usahanya melakukan olahraga rutin selama ini. Matanya menatap Veronica bagai singa kelaparan.

Edward merobek gaun malam yang dikenakan Veronica dengan mudah, hingga menampilkan tubuh polos Veronica yang tak tertutup dalaman. “Sepertinya Nyonya sangat siap dengan hal ini.”

“Jangan lupakan bahwa gaun yang baru saja kamu sobek seharga sepuluh kali gajimu, Ed,” goda Veronica dengan nada mendayu.

“Saya siap bekerja seumur hidup tanpa digaji jika itu bayaran untuk malam ini,” ucap Edward, tangannya tak tinggal diam. Dia mula menggerayangi tubuh Veronica yang benar-benar indah, bermain di kedua gunung kembar majikannya itu. “Semuanya ... sangat indah.”

“Persis seperti yang kamu bayangkan selama ini kan?” Ucapan Veronica menusuk tepat sasaran. Dia sangat sadar jika pengawalnya beberapa kali memandangi tubuhnya sambil berfantasi, Veronica hafal tatapan itu.

“Bahkan melebihi khayalan saya, Nyonya,” balas Edward kurang ajar.

Malam ini dia akan melupakan segala batasan-batasan yang ada di antara mereka, dia juga akan melupakan batasan status antar majikan dan pengawal di antara mereka selama ini. Menikmati tubuh yang selama ini hanya dapat dia bayangkan di balik bilik kamar mandinya.

**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status