Share

BAB 2: Bujukan Veronica

Mata Edward membulat terkejut, sontak memundurkan tubuhnya dan melepaskan cengkeraman Veronica dari kerah kemeja yang dikenakannya. Dia memandang tak percaya pada nyonyanya.

“A-apa yang Nyonya katakan? Jangan berbicara sembarang, Nyonya!” ucap Edward gugup, ada semburat kemerahan yang tampak di wajahnya. “Nyonya bisa dalam masalah jika ada orang yang mendengar dan melaporkan ucapan Nyonya barusan pada Tuan.”

Edward menggaruk tengkuknya yang tak gatal, pandangannya bergerak tak fokus ke arah lain dan seolah menghindari tatapan Veronica.

Berbeda dengan Edward yang tampak gelisah tak jelas, Veronica sendiri tampak sangat yakin dan mantap. Dia tak terlihat seperti orang yang salah berucap atau menyesali apa yang diucapkannya.

“Aku bersungguh-sungguh, Ed. Hamili aku!” ucap Veronica mengulang permintaannya, kali ini berhasil membuat Edward kembali fokus menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Saya akan pergi, tugas saya telah selesai,” tukas Edward. Tangannya bergerak cepat membereskan kotak obat dan membawanya.

Saat Edward hendak melangkah pergi, tangannya langsung ditarik dan ditahan oleh Veronica membuat Edward sontak menoleh. Wanita itu berlutut di hadapan Edward, membuatnya sontak kelabakan sendiri dan berusaha membuat Veronica bangkit.

“Apa yang Anda lakukan Nyonya!” ucap Edward panik. “Jangan seperti ini, Nyonya.”

“Aku mohon, aku mohon. Aku tidak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa,” mohon Veronica. Dia bahkan rela berlutut dan menghilangkan harga dirinya di depan pengawalnya sendiri. “Pernikahanku berada di ujung tanduk. Kalau dalam satu bulan aku tidak bisa hamil ... Victor akan menceraikanku.”

Tubuh Edward menegang.

Sejauh ini, dia telah puluhan kali mendengar nyonyanya di pukul atau bahkan pertengkaran antara Victor dan Veronica. Namun tak pernah dia mendengar keduanya membahas masalah perceraian, apalagi keluarga Hayden terkenal anti dalam perceraian.

“Lalu mengapa harus meminta bantuan pada saya, Nyonya? Anda bisa berusaha lebih keras bersama Tuan, barangkali akan membuahkan hasil,” ucap Edward sedikit frontal.

Dia masih tak mengerti dengan jalan pikiran nyonyanya. Meminta untuk dihamili olehnya? Lawakan macam apa itu.

Veronica menggeleng lemah. “Mustahil. Aku tidak akan pernah bisa mengandung anak Victor, apalagi dalam waktu satu bulan. Tidak ada cara lain selain menggunakan benih orang lain. Aku benar-benar tidak ingin bercerai dengan Victor.”

Kening Edward mengernyit hingga menampilkan kerutan halus, kedua alisnya saling bertautan. “Lantas mengapa harus saya, Nyonya? Anda bisa mendatangi bank sperma dan meminta bantuan mereka. Anda pasti akan lebih mudah mendapatkannya,” usul Edward.

Menurutnya jika memang ingin mencari cara cepat dengan memakai benih orang lain, Veronica dapat mengambilnya dari bank sperma. Di sana dia bisa mendapatkannya dengan mudah.

Namun usul Edward ditolak mentah-mentah oleh Veronica, dia menghela napas panjang dan memperbaiki posisi duduknya. “Aku tidak mungkin melakukan hal memalukan itu. Orang-orang akan mengenaliku dan media pasti akan dengan cepat menyebarkan berita jika sampai hal itu beber di publik.”

Kedua mata mereka saling bertemu dan mengunci. “Apa yang akan orang katakan jika mendengar berita seorang Veronica Stark, model terkenal yang selama ini dikenal dengan pernikahannya yang harmonis tiba-tiba mendatangi tempat seperti itu? Terlebih ... aku tidak akan bisa membayangkan apa yang akan Victor lakukan jika mengetahuinya.”

Untuk sejenak Edward dibuat mematung kala menatap kedua netra cokelat milik Veronica, ada kehampaan dan keputusasaan yang jelas terlihat di kedua matanya.

“Mengapa harus saya?” tanya Edward tiba-tiba. “Anda bisa mendatangi club dan berkencan satu malam dengan pria asing di sana. Kenapa harus saya dari sekian banyak pilihan?”

Edward mengusap wajahnya kasar, menarik napas dan menghela dengan kasar. Dia tampak sangat frustrasi mendengar semua ide Veronica yang menurutnya sangat gila. Matanya terus menatap penuh selidik pada Veronica.

“Aku tidak bisa melakukan hal seceroboh itu, Ed.” Suara Veronica terdengar sangat putus asa, dia berdiri dan berjalan bolak-balik di sekitar kamarnya. Panik, cemas, putus asa, semuanya bercampur aduk di dalam kepalanya.

Veronica mulai merasakan kepalanya semakin pening dan berat, luka yang belum sembuh ditambah beban pikiran membuat kepalanya ingin pecah sekarang.

“Genetik. Victor pasti akan sangat memperhatikan anak itu, seluruh dunia juga akan berpusat pada anak itu nantinya. Apa yang akan orang katakan jika mereka menemukan adanya perbedaan fisik antara anakku dan Victor nanti?” ucap Veronica lagi.

“Ditambah aku tidak bisa percaya pada orang lain. Hanya kamu satu-satunya orang yang dapat kupercaya sekarang. Aku percaya kamu tidak akan membeberkan hal ini pada orang lain,” tambahnya. “Menggunakan orang lain akan sangat berisiko.”

Veronica kembali menatap lekat Edward, mengambil kedua tangannya dan menggenggam tangan yang lebih besar dari miliknya itu. Veronica melemparkan tatapan memohon, membuat Edward semakin goyah dan tak tega melihatnya.

“Kumohon ... tolong aku. Hanya kamu yang dapat melakukannya,” pinta Veronica dengan nada memelas.

“Saya ... “

Edward bingung. Dia tak tahu harus bagaimana menyikapi permintaan tak masuk akal dari Veronica ini. Di satu sisi dia merasa kasihan dengan majikannya, tetapi di sisi lain dia ragu.

“Ini salah, Nyonya,” ucap Edward menyuarakan keresahan hatinya. “Saya adalah pengawal Nyonya, tidak sepantasnya Nyonya meminta hal ini pada saya.”

“Aku mohon,” gumam Veronica lirih.

“Apa yang akan menjamin jika Nyonya akan hamil setelah melakukannya dengan saya? Bagaimana jika hasilnya sama juga?”

Veronica menunduk, tangannya terkepal. “Tidak. Aku yakin pasti cara ini akan berhasil. Kumohon, bukankah setidaknya kita harus mencoba semua cara yang memiliki kemungkinan?”

Edward yang dilanda kebingungan serasa ikut pening, dia memilih berbalik dan melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan Veronica. Saat dia hendak membuka pintu, Veronica kembali memegang tangannya.

Kali ini wanita itu lebih berani, dia bahkan memeluk tubuh Edward dari belakang. Membuat tubuh Edward menegang seketika, tanpa sadar menahan napasnya. “A-apa yang Nyonya lakukan,” ucap Edward terbata-bata.

Bukannya melepaskan, Veronica malah semakin mengeratkan pelukan mereka dan melingkarkan tangannya di pinggang Edward dengan tak tahu malu. Tak lagi memikirkan status mereka sebagai atasan dan pengawal.

“Jika kamu setuju dengan permintaanku, datanglah malam ini ke paviliunku. Aku akan menunggumu, kebetulan hari ini adalah masa suburku,” bisik Veronica, tepat di telinga Edward.

Napasnya hangat menyapu langsung kulit pria itu, membuat tubuh Edward meremang dan semakin tegang. Tubuhnya mendadak kaku.

“Kumohon agar kamu mau untuk membantuku, Ed,” bisik Veronica semakin menjadi-jadi dan gencar.

“N-nyonya ... “

Tangan Veronica bergerak nakal dan tak tahu malu, menyusuri leher Edward. Wanita itu tahu, hanya dari reaksi tubuh Edward dia bisa menebak bahwa lehernya adalah bagian sensitif pria itu. Jadi dengan sengaja dia memberikan rangsangan pada leher Edward.

Tak tahu malu memang, tetapi Veronica telah melepaskan semua rasa malunya sejak meminta Edward untuk menyetujui ide gilanya. Dia harus bisa hamil, bagaimana pun caranya.

“Cukup.” Edward mendorong Veronica menjauh dengan sopan, jika lebih lama dari ini dia tak akan bisa menahan diri lagi. “Saya pergi dulu, Nyonya.”

“Sebelum kamu pergi, aku ingin mengatakan satu hal,” ucap Veronica serius. “Aku mencintaimu. Aku akan menunggumu malam ini.”

**

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status