Alexa menoleh dengan mata yang sembab dan mengernyitkan dahi saat Frank melarang untuk memukuli dirinya sendiri. Ia melepaskan tangan Frank perlahan lalu bersandar di kursi panjang dan memandangi bunga berwarna putih di seberangnya.“Mama meninggal karena aku.”“Gak Alexa.”“Iya. Mama meninggal karena aku yang memberitahu bahwa ak—”“Kenapa?” tanya Frank bingung.Alexa memejamkan mata sekilas ketika hampir kelepasan untuk mengatakan hubungan rumah tangganya dengan Barnett. Ia mengembuskan napas secara kasar sambil berdecak dan menyeka air mata.“Intinya adalah semua karena aku.”“Karena kamu memberitahu tentang hubungan rumah tanggamu yang gak bisa dipertahankan lagi?”Alexa menoleh secepat kilat. “Ba-bagaimana kamu tahu itu?”“Kamu pernah ke cerita aku kalau sudah gak bisa dipertahankan lagi, tapi kamu belum memutuskan akhirnya seperti apa.”Alexa menghela napas panjang lega ketika Frank tidak mengetahui kabar perpisahannya. Butiran air bening masih membasahi pipi secara terus meneru
“Kamu jangan cegah dia, Alexa!” geram Reynard dengan menoleh ke arahnya.Alexa melepaskan tangan ibu secara perlahan dan mendekati Barnett dan Deana. Barnett dan Deana berbalik badan dengan tatapan yang bingung. Alexa masih menatap mereka dengan kediaman selama lima menit.“Kamu tidak perlu menjadi jagoan untuk keluarga kami, Alexa karena kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan dari keluarga kakakku!” tukas adik ipar Reynard.“Aku gak perlu menjadi jagoan untuk keluarga Papa karena orang baik pasti akan terbuka dengan sendirinya untuk mata dan hati, seperti situasi saat ini yang di mana tidak pernah kuduga bahwa anak sulung dari keluarga konglomerat diusir dan tidak diakui anak lagi oleh ayahnya. Semua aset dibalikkan kembali atas dua nama seorang wanita yang selama ini dianggap sepele dan remeh olehnya.”Barnett tersenyum miring sambil bertepuk tangan dan menatap nanar ke arahnya. “Wah, hebat kamu, ya. Kamu pasti meracuni pikiran Mama dan Papa selama ini sampai Papa berani memb
“Oke. Aku akan membuktikannya. Tunggu saja tanggal mainnya,” jawab Alexa santai sambil menatap tajam lalu melirik Deana yang tampak memperhatikan kami.“Oke.”Barnett berbalik badan menuju mobil yang terparkir di halaman depan rumah lalu kembali lagi kepadanya. Sontak, ia menaikkan kedua bahu dan mengendalikan perasaan terhadapnya.“Apa lagi?”“Kamu sudah menghancurkan keluargaku dan hidupku,” kata Barnett sambil melayangkan jari telunjuk kepadanya.Alexa tersenyum miring. “Yang menghancurkan keluarga dan hidupmu adalah kamu sendiri bukan aku. Aku sudah melakukan yang terbaik untuk mempertahankan hubungan rumah tangga, tapi kamu mengacaukannya sampai Mama meninggal. Berubahlah sebelum menyesal lagi di kemudian hari,” balas Alexa lalu menutup pintu rumah.Napas naik turun cepat ketika tatapan mereka bertemu dan jarak pandang yang hanya berjarak dua sentimeter. Mata yang membuatnya salah tingkah dan jantung berdebar itu hadir kembali setelah tidak pernah melakukan hal itu.Ia pergi ke k
Reynard terus melangkah dan memasuki sebuah ruangan yang sangat luas telah dipenuhi ratusan orang dengan pakaian formal. Mereka bertepuk tangan saat Alexa memasuki ruangan bersama papa mertuanya.Sontak, Alexa menaikkan kedua pundak, mata berbinar, bibir sedikit terbuka dengan garisan panjang yang terlukis. Ia bingung dengan mereka yang menyambutnya sangat meriah hingga membuatnya mengangguk dan sedikit membungkukkan badan kepada mereka. Alexa mengikuti langkah Reynard lalu mempersilahkannya untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan.Reynard mengambil microfon di meja dan beramah tamah kepada karyawannya. Ia ingin melihat antusias mereka ketika menyambut kedatangan Alexa.“Oke, tes, tes. Selamat pagi menjelang siang, teman-teman.”“Pagi, Pak.” Seluruh karyawan menjawab serentak.“Nah, semangat sekali kalian. Sudah sarapan atau sudah cair gajinya?”“Dua-duanya, Pak.”“Pantesan, jadi energi buat kalian, ya.”“Iya, dong, Pak.”“Oke. Saya gak akan basa-basi di depan sini karena … kaki sud
Alexa menggeleng pelan. “Gak. Aku hanya kurang istirahat aja akhir-akhir ini setelah mengurus semua perpisahanku dengan Barnett dan Mama mertua meninggal.”Jemari menyeka rambut yang ada di kening sambil memejamkan mata dan menarik napas perlahan. Sekujur tubuhnya sangat pegal dan seperti ada yang menarik semua ototnya. Kepala yang sedari tadi baik-baik saja, seperti tertimpa beban dua puluh kilogram.“Sungguh, kamu gak apa? Akhir-akhir ini kuperhatikan sering banget mau jatuh pingsan, pola makan tetap teratur, kan?”“Masih sama. Ak—”Ucapan Alexa terhenti ketika rasa dalam perut terdorong ke kerongkongan, hingga membuatnya terbangun dari rebahan dan bergegas menuju kamar mandi. Ia menutup kamar mandi lalu memuntahkan semua makanan dan minuman dalam perut dengan menekan suaranya.“Alexa, Kamu kenapa? Asam lambungmu kambuh?” tanya Frank panik.Alexa tidak menjawab dan masih sibuk mengeluarkan isi perut hingga perutnya benar-benar kosong sampai tenggorokan panas dan hidung berair. Ia me
“Dia gak tau.”“Kenapa?”“Karena Alexa tidak ingin siapa pun tahu,” jawab Dokter Christian Alex secepat kilat.Frank menoleh ke arahnya sambil menatap lamat. Apa pun alasan Alexa tidak masalah untuknya karena telah mengetahui kabar bahagia ini.Alexa dan Frank kembali ke rumah setelah mendapatkan resep dari Dokter Christian Alex. Frank mengambil minum untuk Alexa lalu duduk di sampingnya.Alexa menerima dan meminum air mineral. Frank memerhatikannya dengan serius.“Kenapa kamu menatapku begitu? Apakah aku terlihat seperti zombie?” tanya Alexa yang meletakkan gelas di meja.“Tidak apa. Aku heran sama kamu.”“Hmm? Kenapa?”“Bagaimana kamu bisa sekuat ini? apakah saat kamu pisah dengan Barnett, kamu sudah dalam keadaan mengandung anaknya? Kenapa tidak memberitahu orang tuamu?”Alexa pergi dari sofa dan lebih memilih untuk menuju kamar. Ia menaiki anak tangga secara perlahan sambil berpegangan pada gagang kayu. Frank memegang dan menuntunnya perlahan sampai rebahan di kasur.“Kamu tidak p
“Hmm ….” Alexa tertunduk sembari mengamati perut sekilas lalu menatap Ibu dan Ayah.Ibu dan Ayah Alexa mengernyitkan dahi ketika melihat anaknya yang hanya bergumam dan menundukkan kepala sambil menatap. Mereka saling pandang dan berusaha memahami maksud anaknya.Namun, sudah beberapa menit, kode yang diberikan oleh Alexa juga tidak dipahami olehnya. Alexa meraih tangan kedua orang tuanya lalu diletakkan di perut. Lagi dan lagi Ayah dan Ibu saling menatap dan satu menit kemudian, bola mata ibunya terbelalak tanpa berbicara.“Alexa hamil, Bu.”Ibu Alexa teriak histeris dan langsung memeluk anak satu-satunya saat ia mengungkapkan kabar bahagia ini. Senyuman lebarnya sangat jelas terlukis di bibir bahwa ibu menerima kabar kehamilan darinya.“Alhamdulillah, sudah berapa lama kandunganmu, Nak?” tanya Ibu seraya memegang perut Alexa yang buncit.“Sudah jalan enam minggu, Bu.”“Alhamdulillah.”Suara tertawa bahagia setelah mendengar kabar yang sudah ditunggu lama olehnya memenuhi ruangan lan
Hari demi hari Alexa menjalani kehidupan di kota baru dengan gaya hidup dan adat yang baru sehingga adaptasi dengan cepat. Alexa mendapatkan pekerjaan baru dengan posisi yang sama di perusahaan yang lama di perusahaan tambang.Alexa membeli dan menginap di sebuah Apartemen dengan tingkat paling bagus di sana untuk tempat berteduh. Ia menikmati proses hidup yang baru dengan orang-orang baru. Alexa merasa nyaman tinggal di kota yang dipilih untuk menyendiri dalam proses penyembuhan.Bulan demi bulan telah berhasil dilewati oleh Alexa dengan rekan kerja yang ramah dan lingkungan Apartemen yang ramah juga. Alexa berhasil menjalani hari dengan penuh senyuman dan perut semakin membesar.Tanpa terasa usia kehamilan Alexa sudah memasuki delapan bulan, artinya Alexa sudah tinggal di kota baru selama tujuh bulan. Rekan kerja wanita dengan rambut keriting sebahu bersama seorang pria berkulit sawo matang menghampirinya dengan melambaikan tangan di kaca ruangan.“Ibu Alexa.”Alexa tersenyum lebar.