“Oke. Aku akan membuktikannya. Tunggu saja tanggal mainnya,” jawab Alexa santai sambil menatap tajam lalu melirik Deana yang tampak memperhatikan kami.“Oke.”Barnett berbalik badan menuju mobil yang terparkir di halaman depan rumah lalu kembali lagi kepadanya. Sontak, ia menaikkan kedua bahu dan mengendalikan perasaan terhadapnya.“Apa lagi?”“Kamu sudah menghancurkan keluargaku dan hidupku,” kata Barnett sambil melayangkan jari telunjuk kepadanya.Alexa tersenyum miring. “Yang menghancurkan keluarga dan hidupmu adalah kamu sendiri bukan aku. Aku sudah melakukan yang terbaik untuk mempertahankan hubungan rumah tangga, tapi kamu mengacaukannya sampai Mama meninggal. Berubahlah sebelum menyesal lagi di kemudian hari,” balas Alexa lalu menutup pintu rumah.Napas naik turun cepat ketika tatapan mereka bertemu dan jarak pandang yang hanya berjarak dua sentimeter. Mata yang membuatnya salah tingkah dan jantung berdebar itu hadir kembali setelah tidak pernah melakukan hal itu.Ia pergi ke k
Reynard terus melangkah dan memasuki sebuah ruangan yang sangat luas telah dipenuhi ratusan orang dengan pakaian formal. Mereka bertepuk tangan saat Alexa memasuki ruangan bersama papa mertuanya.Sontak, Alexa menaikkan kedua pundak, mata berbinar, bibir sedikit terbuka dengan garisan panjang yang terlukis. Ia bingung dengan mereka yang menyambutnya sangat meriah hingga membuatnya mengangguk dan sedikit membungkukkan badan kepada mereka. Alexa mengikuti langkah Reynard lalu mempersilahkannya untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan.Reynard mengambil microfon di meja dan beramah tamah kepada karyawannya. Ia ingin melihat antusias mereka ketika menyambut kedatangan Alexa.“Oke, tes, tes. Selamat pagi menjelang siang, teman-teman.”“Pagi, Pak.” Seluruh karyawan menjawab serentak.“Nah, semangat sekali kalian. Sudah sarapan atau sudah cair gajinya?”“Dua-duanya, Pak.”“Pantesan, jadi energi buat kalian, ya.”“Iya, dong, Pak.”“Oke. Saya gak akan basa-basi di depan sini karena … kaki sud
Alexa menggeleng pelan. “Gak. Aku hanya kurang istirahat aja akhir-akhir ini setelah mengurus semua perpisahanku dengan Barnett dan Mama mertua meninggal.”Jemari menyeka rambut yang ada di kening sambil memejamkan mata dan menarik napas perlahan. Sekujur tubuhnya sangat pegal dan seperti ada yang menarik semua ototnya. Kepala yang sedari tadi baik-baik saja, seperti tertimpa beban dua puluh kilogram.“Sungguh, kamu gak apa? Akhir-akhir ini kuperhatikan sering banget mau jatuh pingsan, pola makan tetap teratur, kan?”“Masih sama. Ak—”Ucapan Alexa terhenti ketika rasa dalam perut terdorong ke kerongkongan, hingga membuatnya terbangun dari rebahan dan bergegas menuju kamar mandi. Ia menutup kamar mandi lalu memuntahkan semua makanan dan minuman dalam perut dengan menekan suaranya.“Alexa, Kamu kenapa? Asam lambungmu kambuh?” tanya Frank panik.Alexa tidak menjawab dan masih sibuk mengeluarkan isi perut hingga perutnya benar-benar kosong sampai tenggorokan panas dan hidung berair. Ia me
“Dia gak tau.”“Kenapa?”“Karena Alexa tidak ingin siapa pun tahu,” jawab Dokter Christian Alex secepat kilat.Frank menoleh ke arahnya sambil menatap lamat. Apa pun alasan Alexa tidak masalah untuknya karena telah mengetahui kabar bahagia ini.Alexa dan Frank kembali ke rumah setelah mendapatkan resep dari Dokter Christian Alex. Frank mengambil minum untuk Alexa lalu duduk di sampingnya.Alexa menerima dan meminum air mineral. Frank memerhatikannya dengan serius.“Kenapa kamu menatapku begitu? Apakah aku terlihat seperti zombie?” tanya Alexa yang meletakkan gelas di meja.“Tidak apa. Aku heran sama kamu.”“Hmm? Kenapa?”“Bagaimana kamu bisa sekuat ini? apakah saat kamu pisah dengan Barnett, kamu sudah dalam keadaan mengandung anaknya? Kenapa tidak memberitahu orang tuamu?”Alexa pergi dari sofa dan lebih memilih untuk menuju kamar. Ia menaiki anak tangga secara perlahan sambil berpegangan pada gagang kayu. Frank memegang dan menuntunnya perlahan sampai rebahan di kasur.“Kamu tidak p
“Hmm ….” Alexa tertunduk sembari mengamati perut sekilas lalu menatap Ibu dan Ayah.Ibu dan Ayah Alexa mengernyitkan dahi ketika melihat anaknya yang hanya bergumam dan menundukkan kepala sambil menatap. Mereka saling pandang dan berusaha memahami maksud anaknya.Namun, sudah beberapa menit, kode yang diberikan oleh Alexa juga tidak dipahami olehnya. Alexa meraih tangan kedua orang tuanya lalu diletakkan di perut. Lagi dan lagi Ayah dan Ibu saling menatap dan satu menit kemudian, bola mata ibunya terbelalak tanpa berbicara.“Alexa hamil, Bu.”Ibu Alexa teriak histeris dan langsung memeluk anak satu-satunya saat ia mengungkapkan kabar bahagia ini. Senyuman lebarnya sangat jelas terlukis di bibir bahwa ibu menerima kabar kehamilan darinya.“Alhamdulillah, sudah berapa lama kandunganmu, Nak?” tanya Ibu seraya memegang perut Alexa yang buncit.“Sudah jalan enam minggu, Bu.”“Alhamdulillah.”Suara tertawa bahagia setelah mendengar kabar yang sudah ditunggu lama olehnya memenuhi ruangan lan
Hari demi hari Alexa menjalani kehidupan di kota baru dengan gaya hidup dan adat yang baru sehingga adaptasi dengan cepat. Alexa mendapatkan pekerjaan baru dengan posisi yang sama di perusahaan yang lama di perusahaan tambang.Alexa membeli dan menginap di sebuah Apartemen dengan tingkat paling bagus di sana untuk tempat berteduh. Ia menikmati proses hidup yang baru dengan orang-orang baru. Alexa merasa nyaman tinggal di kota yang dipilih untuk menyendiri dalam proses penyembuhan.Bulan demi bulan telah berhasil dilewati oleh Alexa dengan rekan kerja yang ramah dan lingkungan Apartemen yang ramah juga. Alexa berhasil menjalani hari dengan penuh senyuman dan perut semakin membesar.Tanpa terasa usia kehamilan Alexa sudah memasuki delapan bulan, artinya Alexa sudah tinggal di kota baru selama tujuh bulan. Rekan kerja wanita dengan rambut keriting sebahu bersama seorang pria berkulit sawo matang menghampirinya dengan melambaikan tangan di kaca ruangan.“Ibu Alexa.”Alexa tersenyum lebar.
Barnett terus menarik tangannya dengan keras dan sudah tidak ada orang di kantor hanya tersisa mereka. Dia membawa Alexa di mobil dan berdiri tepat di depan mobilnya.“Oh, kamu sekarang kerja di perusahaan besar ini dengan gaji yang sangat fantastis, ya.”“Kenapa memangnya?”“Berbulan-bulan dihubungi sama Helena dan Papa gak ada kabar sampai orang tuamu pun gak tahu kamu ada di mana. Ternyata kamu ada di sini dan bersenang-senang sampai hamil pula. Pasti kamu sudah menikah lagi, kan?!”Alexa mendaratkan tangan di pipinya. “Jaga mulutmu. Kamu gak usah pura-pura peduli denganku dan semua yang kulakukan juga bukan urusanmu lagi. Aku dan kamu sudah gak punya hubungan apa pun. Jadi, aku berhak untuk melakukan sesukaku dan aku gak menandatangani warisan yang diberikan oleh Papa Reynard, hanya saja mendapatkan posisi bagus di sana.”“Halah munafik! Aku tahu kamu yang doyan harta dan gak ingin siapa pun merebutnya dari kamu sehingga kamu kabur ke sini dengan membawa semua harta dari papaku!”
Alexa mengangguk dengan menegak minuman air mineral di gelas. Ia merasa terpojokkan dengan tuduhan yang menyakitkan dari orang tersayang.“Kamu mau cerita atas penyebab kamu yang kabur jauh dari rumah?” tanya Frank lembut.“Gak. Aku gak mau membuka luka yang berusaha kusembuhkan setiap detik pada setiap hari.”“Baiklah. Apa pun yang kamu alami sampai kabur dari rumah tanpa mengabari orang satu pun, kamu harus tahu bahwa sikap, ucapan dan tindakan orang tua yang mungkin kita merasa bahwa seakan menuduh dan tidak percaya itu adalah rasa sayangnya untuk kita. Jadi, tidak ada orang tua yang berusaha menghancurkan hidup anaknya malah ingin mencari tahu benang merah dari permasalahan terjadi.”Frank meletakkan gelas di meja dan menuju ke pintu Apartemen sembari membuka gagang pintunya. Dia pun memerhatikan Alexa yang terdiam dan dapat terlihat bahwa sedang memikirkan ucapannya.“Aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa, hubungi aku.”Alexa tetap tidak menjawab Frank yang berpamitan pulang. Pikira