"Selamat pagi, Tuan Mahesa! Aku membawakan kopi untukmu."
Membuka pintu ruang kerja Mahesa, Athalia datang sambil membawa nampan dan secangkir kopi di tangannya.
"Terimakasih. Simpan saja di sana," titah Mahesa sambil tetap memokuskan pandangannya ke arah monitor di depannya.
Athalia menaruh cangkir itu tepat di atas meja kerja Mahesa, sesuai apa yang diperintahkan oleh lelaki itu padanya.
Sambil matanya tetap fokus pada layar monitor, sambil tangan kanannya meraih cangkir kopi itu, kemudian mengangkatnya, mendekatkan ke mulut.
Namun tak sampai satu detik, Mahesa langsung memekik dan memuntahkan kopinya dengan wajah meringis.
"Sssh ... panas!" katanya sambil mengusap bibirnya yang
Meski dengan bibir yang manyun lima senti, Athalia tetap mengekori Mahesa di belakangnya.Langkah Mahesa memasuki sebuah toko pakaian dengan merek bergengsi. Athalia tahu sekali kalau merek itu sangat dikenal dengan harganya yang mahal."Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" seorang pramuniaga wanita langsung menghampiri Mahesa dan bertanya.Dari wajahnya yang memerah, tampak sekali kalau pramuniaga itu sedang mencuri-curi perhatian Mahesa. Mungkin dia terkejut melihat lelaki setampan dan segagah Mahesa tiba-tiba masuk ke dalam tokonya."Aku ingin membeli gaun malam. Bisakah kau tunjukan mana gaun malah terbaik yang ada di sini?" tanya Mahesa.Pertanyaan itu seketika membuat si pr
Athalia tahu kalau ucapan Mahesa hanya untuk menyindirnya. Mungkin lelaki itu menahan tawa melihat Athalia yang mati-matian menahan rasa malu dan gugupnya.“Kau menyuruhku mengenakan baju ini? Padahal apa bedanya aku mengenakan baju ini dengan tanpa berpakaian?” Athalia mengerucutkan bibirnya.Mahesa tersenyum semakin miring.“Jadi … kau lebih suka tampi tanpa pakaian di depanku daripada mengenakan lingeri ini?” ejeknya membuat Athalia melebarkan mata.“Bukan! Bukan itu maksudku!” Athalia hendak mengelak.“Ssssttt … “ tapi Mahesa lebih dulu menempelkan telunjuknya di bibir wanita itu. Hingga membuat ucapan Athalia terhenti.
“Jangan lupa, Athalia! Nanti kau harus makan siang denganku! Jangan lagi pergi ke pantry!” Mahesa mengingatkan sembari kaki mereka melangkah di baseman apartmen.Mereka berjalan beriringan. Athalia menganggukan kepalanya.“Baik. Nanti aku akan makan siang denganmu,” jawabnya yang membuat Mahesa tersenyum puas.“Bagus!”Baru saja Mahesa akan melangkah makin mendekati mobil mewahnya, seketika Mahesa langsung membuang napas kesal saat matanya melihat mobil Bianca yang juga ada di sana. Terparkir tepat di samping mobilnya.Melihat Mahesa, Bianca segera turun dari mobilnya dan berseru melambaikan tangan sambil menyunggingkan senyum lebarnya yang di mata Mahesa tak terlihat cant
Mahesa juga segera mengatakan bahwa ia tidak ingin berdebat dengan Leuwis.Tentu saja! Leuwis selalu bisa mengalahkannya dengan mengungkit semua masa lalu terburuk yang pernah Mahesa alami. Masa lalu yang sangat tidak ingin Mahesa ingat. Saat ia dipukul, ditampar, dilempari barang, diabaikan kedua orang tuanya, atau ditinggalkan oleh ibunya demi seorang lelaki kaya raya, semua itu adalah kenangan pahit dalam masa lalu Mahesa.Setiap kali mengingat serpihan kenangan dalam masa lalunya, Mahesa pasti akan merasa sangat ketakutan dan parahnya, ia tidak bisa mengendalikan rasa takutnya itu.‘Mengapa kau memukuli Ayaz? Kau membuatnya babak belur, Mahesa! Sejak kapan kau bersikap seperti seorang preman? Sudah kubilang, jangan pernah mencoba keahlian bela dirimu pada Ayaz! Dia itu saudaramu!’ tanya Leuwis dengan
Athalia menggelengkan kepala, sembari mengibaskan sebelah tangannya di depan wajah.“Hah, paling juga aku salah mendengar.” kakinya kembali melangkah, tetapi lagi-lagi Athalia mendengar sesuatu.“Aa … tha … lia … “ kali ini seperti suara pelan yang memanggil namanya.“Itu suara Mahesa!” Athalia berseru, ia berbalik dan mencoba mencari di mana sumber suara tersebut.Saat melihat ke balik meja kerja Mahesa, Athalia langsung membeliakan matanya. Ia terkejut seraya menutup mulutnya dengan sebelah telapak tangan.“Mahesa! Kau kenapa? Apa yang terjadi padamu?!” pekik Athalia, segera berjongkok dan menaruh kepala Mahesa ke atas pangkuannya.
“Tentu saja aku pergi ke kontrakan mereka. Mengapa kau bisa mengira aku berbohong? Kau bisa menanyakannya pada ibuku jika kau mau,” tantang Athalia agar Mahesa percaya pada kata-katanya.Tapi dalam hati, Athalia menjerit, tentu saja ibu dan adiknya tidak akan tahu apapun karena Athalia tidak pernah menemui mereka hari ini.Mahesa menyipitkan matanya, menatap Athalia dengan tatapan menyelidik. Lelaki itu malah mendekatkan wajahnya, menghirup aroma dari tubuh Athalia. Dan hal itu membuat Athalia merasa heran.‘Apa yang sedang Mahesa lakukan?’ tanyanya dalam hati.“Tapi mengapa aku tidak mencium—wangi parfum Yasna di tubuhmu? Biasanya jika kau habis pergi mengunjungi ibu dan adikmu, aku selalu bisa mencium—wangi parfum buah milik Ya
Mahesa baru saja menyentuh Athalia. Tapi lelaki itu tidak langsung menjatuhkan dirinya ke samping, Mahesa membiarkan tubuhnya tetap di sana.Posisi seperti itu membuat jarak di antara wajah mereka sangat dekat, membuat mereka bisa saling berbagi napas satu sama lain.CUP!Mahesa mendaratkan ciumannya di kening Athalia. Sedang Athalia memejamkan matanya, merasakan sentuhan bibir Mahesa yang terasa hangat dan lembut.“Kamu sangat seksi, Athalia,” bisiknya di telinga kiri Athalia.Athalia tidak tahu apakah Mahesa sedang memuji dirinya atau hanya sedang merasa puas setelah mendapat pelepasannya.‘Apakah Mahesa selalu mengatakan itu pada setiap wanita yang
Ayaz memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Oh. Ternyata bossmu marah, Athalia. Mungkin dia tidak senang melihat tanganku menyentuh kulitmu yang lembut," kata Ayaz pada Athalia.Tapi Athalia enggan menanggapi. Ia hanya berkata."Maaf, Tuan Ayaz. Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Permisi!"Athalia segera menarik dirinya dari hadapan Ayaz, lalu duduk di balik meja kerjanya.Melihat itu, Ayaz menarik sebelah sudut bibirnya. Tapi kemudian ia memutar tubuh dan melangkah memasuki ruang kerja Mahesa."Bisakah kau tidak usah datang ke kantorku saat aku tidak mengundangmu!" Mahesa melayangkan ucapan ketusnya."Kenapa begitu, Kak? Aku hanya in