Anindhita tampak berpikir keras sambil mondar mandir di depan Gentala. “Aku tidak bisa mengambil resiko kalau Kak Wira berhasil melacak keberadaan demonic beast ini! Jadi aku putuskan kita berangkat sekarang juga!” tegas Anindhita tanpa keraguan sedikitpun. “Siap bos!” sahut Aidan yang kemudian beranjak dari tempat duduknya untuk segera mempersiapkan kru kapalnya berangkat menuju ke Pulau Bromo. “Kamu tidak khawatir dengan Naga Samudra yang disebutkan oleh nelayan tadi?” tanya Gentala, begitu Aidan sudah meninggalkan mereka. “Lebih baik kita menghadapi Naga Samudra dibandingkan harus menghadapi Kak Wira yang banyak pengawalnya! Aku juga mencemaskan sahabatmu Gandar, jika jatuh ke tangan Kak Wira!” jelas Anindhita. “Benar juga katamu. Adit!” ujar Gentala, “aku tidak memikirkan Gandar tadi seandainya Wira menemukannya! Bahaya sekali kakakmu itu!" “Tuan Gentala ... semuanya sudah siap! Tuan masih mau berubah pikiran atau tidak?” tanya Aidan lagi. “Kami harus segera menuju Pulau Bro
Hari sudah malam saat kapal besar ini membelah lautan menuju ke Pulau Bromo.Anindhita tampaknya sudah terbiasa menikmati layanan istimewa di kapal ini. Berbagai makanan dan minuman dicobanya sampai akhirnya gadis ini tertidur di kursi malasnya.“Ombak sepertinya lagi tenang Tuan Gentala ...!” ujar Aidan yang menemani Gentala bersandar di pinggir kapal menikmati angin laut.“Kenapa memangnya kalau lagi tenang? Bukannya bagus buat perjalanan kita?” tanya Gentala.“Kalau laut lagi tenang, bahaya akan munculnya Naga Samudra lebih besar alih-alih laut bergelombang dengan ombak besar, Tuan Gentala!” jelas Aidan.“Kok bisa begitu?” tanya Gentala penasaran.“Aku juga tidak tahu Tuan Gentala ... biasanya begitu kejadiannya,” jawab Aidan.“Bagaimana cara menghadapi Naga Samudra ini kalau benar naga ini muncul?” tanya Gentala lagi.“Aku sungguh tidak tahu Tuan Gentala ... aku hanya nekad saja membawa Tuan Gentala karena bayaran dari Tuan cukup besar! Semoga saja kita tidak bertemu Naga Samudra!
Aidan yang tadinya kelihatan gagah perkasa, mulai merasa ketakutan sekarang melihat Naga Samudra ini mendekati kapal besar mereka. Semua kru kapal juga sepertinya menunggu nasib, tidak seperti yang mereka katakan semula bisa mengatasi Naga Samudra ini.“Aku harus melawan Naga Samudra ini, Adit! Kalau tidak, bisa-bisa kapal kita ditelan olehnya!” ujar Gentala."Memangnya kamu terlatih untuk bertarung di lautan luas? Jangan mencoba sesuatu yang belum pernah kamu lakukan!" pesan Anindhita."Harus bagaimana lagi! Jika aku tidak turun sebagai naga untuk menghadang Naga Samudra ini, maka kapal kita akan hancur berantakan!" ujar Gentala.Anindhita yang biasanya tampak tenang juga merasakan kengerian yang luar biasa melihat Naga Samudra yang mengerikan.“Ayo ... aku antar kamu ke kabin saja dahulu, Adit!” ujar Gentala yang disambut baik oleh Anindhita yang agak ketakutan.Mata Naga Samudra berwarna merah menyala menyoroti kapal mereka dalam kegelapan Samudra. Semakin lama semakin dekat ....T
Pukulan demi pukulan terus dilancarkan Naga Samudra yang sudah diambang kemenangan ini. Naga Emas seakan tidak berdaya dihujani pukulan demi pukulan dari Naga Samudra. Saat dihujani pukulan demi pukulan ini, mendadak mata naga emas menjadi berkilau dan sisik-sisik emas dari Naga Emas mulai bersinar terang.Cahaya yang berasal dari Naga Emas ini sangat menyilaukan mata membungkus seluruh tubuh Naga Emas ini.Perlahan-lahan Naga Emas ini mulai ingat siapa dirinya sebenarnya. Dia adalah Gandar ... satu-satunya pewaris Kerajaan Naga. Kilas balik kejadian-kejadian sebelumnya mulai memenuhi benaknya. Pukulan-pukulan Naga Samudra seakan tidak berarti lagi baginya.Roooaarr ....Naga Emas mengeluarkan raungan keras yang membuat serangan Naga Samudra terhadap Naga Emas langsung terhenti terkena efek diam dari kekuatan raungan ini.Naga Emas langsung melepaskan diri dari Naga Samudra, kemudian memukul Naga Samudra ini bertubi-tubi hingga tidak berdaya.Naga Emas ini tanpa kesulitan langsung men
"Kamu sebenarnya mencintai Anindhita atau tidak sih, Gentala?" tanya Gandar begitu Anindhita menceburkan dirinya ke dalam lautan untuk berenang bersama puluhan Demonic Beast menuju Pulau Bromo. "Kenapa kamu menanyakan hal kayak beginian? Tidak biasanya Gandar yang gagah perkasa mengurusi masalah percintaan, apalagi percintaan orang lain." Gentala agak merasa aneh dengan Gandar yang baru, karena tidak sama dengan Gandar yang sombong dan angkuh, yang pernah dikenalnya. Gandar yang sekarang lebih raman dan lebih peduli terhadap perasaan orang lain. "Aku hanya penasaran saja ... kalau kamu mencintainya, cepat kejar sekarang! Kalau sampai dia berpaling ke hati yang lain baru kamu tahu rasa!" seru Gandar sambil tertawa. "Kamu bagaimana? Ikut turun tidak ke Pulau Bromo?" tanya Gentala. "Cepat kamu kejar dahulu pujaan hatimu!Aku sebenrtar lagi baru turun ke daratan." Gentala yang merasa perkataan Gandar ada benarnya langsung melompat keluar dari kapal dan menyusul Anindhita beserta Demo
Gandar tampak tersenyum melihat keriangan yang diperlihatkan Gentala dan Anindhita. Jarang sekali melihat Gentala tertawa ceria saat berada di Dunia Naga."Kamu seharusnya ikut, Gandar. Tadi Adit berhasil menemukan tempat yang cocok buat Demonic Beast!" ujar Gentala."Gentala yang menemukan tempat itu! Bahkan Gentala sekarang sudah berteman denga Demonic Beast loh!" ujar Anindhita."Beneran ini Gentala?" tanya Gandar sambil tertawa."Apaan ... aku tadi didorong-dorong sama Adit!" ujar Gentala."Tapi suka kan?" ledek Gandar."Apaan sih kamu. Gandar!" kata Gentala yang masih menyimpan perasaannya terhadap Anindhita."Tunggu apa lagi sobat ... nanti dicuri sama orang lain baru tahu kamu!""Tapi kan aku dan Adit beda ... memangnya bisa Gan?" tanya Gentala."Bisalah Gen ... jalani saja!" ujar Gandar."Kita kembali ke kapal?" tanya Anindhita."Sebenarnya aku masih mau menjelajahi pulau ini sebentar!" kata Gandar."Kamu mau kemana Gan?" tanya Gentala."Aku mau mencari Pedang Naga Langit.""T
"Konon pusaka Naga Langit ini ada di atas pegunungan, di dalam goa besar tempat tinggal Naga Langit!" jelas Gentala."Jadi kita harus ke pucak pegunungan ini?" tanya Gandar."Kalau kamu mau mencari pusaka Naga Langit ya harus pergi sampai atas pegunungan, tapi aku tidak tahu ya kalau ada goa besar atau tidak ... karena semua hanya rumor belaka.""Tunggu apa lagi? Ayo kita daki pegunungan ini! Sebenarnya lebih mudah menjadi naga dan terbang ke atas pegunungan, tapi apa serunya?" ujar Gandar."Benar juga! Tapi kamu yakin naga jenis kita ini bisa terbang?" tanya Gentala lagi."Punya sayap besar seharusya bisa terbang, hanya saja kita jarang atau bahkan tidak pernah menggunakannya karena kita tinggal di Dunia Naga yang ada di dasar samudra!" jelas Gandar.Gandar dan Gentala berjalan mendaki pegunungan di hadapan mereka hingga sampai ke puncak pegunungan."Mana goa besar yang katanya tempat tinggal Naga Langit?" tanya Gandar."Kan sudah aku bilang hanya rumor ... kamu yang ingin mencari pu
Gandar dan Gentala sangat berhati-hati untuk melihat ke dalam goa besar ini. Mereka khawatir Naga Langit akan menyergap mereka apabila mereka terburu-buru masuk ke dalam goa raksasa ini.Perlahan-lahan kedua naga ini mendekati mulut goa raksasa ini.Tidak ada auman naga ataupun semburan api yang menyambut mereka, begitu mereka mulai memasuki goa besar ini."Sepertinya Naga Langit tidak berada di dalam goa ini, Gan!" ujar Gentala.Gandar melihat sekeliling goa dan menmukan ada lubang besar di ujung goa besar ini yang tersembunyi."Aku rasa Naga Langit lewat jalan rahasia ini, Gen ... entah mengarah kemana jalan rahasia ini.""Benar katamu, Gan! Ada jejak naga walaupun tipis di dalam goa ini. Berarti Naga Langit pernah berada di dalam goa ini.""Kita masuk saja atau bagaimana ini, Gen?" tabya Gandar."Waktunya cukup tidak? Kita tidak tahu ke arah mana jalan rahasia ini."Gentala mencemaskan waktu yang mereka miliki untuk kembali lagi ke kapal, sementaraGandar sangat ingin menemukn pusak