Zayn, Bayu dan Baron benar-benar tersentuh oleh kisah ini, atau boleh dikatakan merasa bersemangat.
“Kemudian,” lanjut Jin Mustofa, “Sulaiman mencap leher Ornias dengan cincinnya sebagai tanda kekuasaannya. Sejak itu ia tunduk kepada Sulaiman, dan diberi tugas memotong batu untuk membangun Kuil Sulaiman. Dan jin-jin lain yang berbuat salah di dunia ini juga dipanggil untuk datang: Onoskelis, yang berbentuk dan berkulit perempuan yang cantik; Asmodeus, yang patuh pada keyakinan Yahudi dan konon tunduk pada hukum-hukum Taurat; Tephros, setan Debu, bersama tujuh roh perempuan yang menyatakan diri sebagai 36 unsur kegelapan; dan Rabdos, roh rakus yang berwujud mirip anjing pemburu. Semuanya dicap dengan Cincin Sulaiman.’” Kata Jin Mustofa mengakhiri ceritanya.
“Dengan cincin sulaiman. Thathamghi Yam Yal akhirnya berhasil menggulingkan kekuasaan raja jin, entah bagaimana dan dimana Thathamghi Yam Yal mendapatkan cincin itu” kata Jin
“Jadi? Apa yang harus kami lakukan untuk pergi ke negeri Jin, Mustofa ?”“Jalan masuk menuju ke negeri jin yaitu sumur kematian. Salah satu tempat seperti tempat yang kemarin tuan-tuan kunjungi, dan sumur itu dijaga oleh Jin Tangan Seribu” kata Jin Mustofa menghentikan ucapannya untuk melihat reaksi dari ketiganya. Wajah Zayn, Bayu dan Baron terlihat berubah pucat mendengar hal itu.“A-apa tidak ada jalan lain ?” tanya Baron dengan gugup. Jin Mustofa tampak menggeleng.“Ini mustahil untuk dilakukan” sahut Baron.“Tuan-tuan tenang saja” kata Jin Mustofa kemudian tersenyum.“Tenang bagaimana sih om jin ? Kemarin saja kami semua hampir mati” sanggah Baron.“Beberapa dari kami bangsa jin, diberikan berkah untuk mengabulkan permintaan, kebetulan hamba masih memiliki 4 Sarira didalam tubuh hamba, hasil dari pertapaan hamba selama ribuan tahun. Itu artinya saya m
Jin Mustofa kini beralih memandang kearah Bayu dan Baron. “Giliranku” kata Bayu dengan cepat. “Apa yang tuan Bayu inginkan ?” “Aku juga ingin seperti Zayn, aku mengagumi sosok seorang pendekar yang bergelar Bayu kencana” “Baik” Jin Mustofa kembali mengangkat tangan kanannya didepan dada. Dari dalam dada Jin Mustofa kembali muncul seberkas sinar keemasan sebesar biji kelereng. Jin Mustofa mengangkat tangan kanannya yang ada didepan dada, seiring dengan itu, cahaya keemasan sebesar biji kelereng itupun ikut merambat naik keatas. Hingga saat tangan kanan Jin Mustofa sampai dimulut, biji kelereng emas itu akhirnya keluar dari mulut Jin Mustofa. Jin Mustofa segera memberikannya kepada Bayu. Sejenak Bayu tampak memperhatikan biji kelereng emas yang ada ditelapak tangannya itu, lalu segera meletakkannya dibawah telapak kakinya. Bayu kemudian memejamkan matanya. Lalu berkonsentrasi dengan apa yang akan dimintanya. Crakhh! Bayu
“Oh ya, ada satu hal lagi yang harus tuan-tuan ketahui...” Jin Mustofa menghentikan sejenak ucapannya, sementara Zayn, Bayu dan Baron menunggunya dengan sabar. “Maharaja Thathamghi Yam Yal memiliki sebuah kitab yang disebut kitab kematian” “Kitab Kematian...” ulang Zayn, Bayu dan Baron bersamaan. “Apa hebatnya kitab itu om jin ?” sambung Baron. “Kitab Kematian adalah kitab yang bisa menentang takdir kematian, siapapun yang diinginkan Maharaja Thathamghi Yam Yal untuk mati, maka Maharaja Thathamghi Yam Yal hanya perlu menuliskan namanya saja di kitab kematian itu, maka orang itu pasti akan mati” Glek! Kali ini Zayn, Bayu dan Bayu meneguk ludah bersamaan mendengar ucapan mengerikan yang keluar dari mulut Jin Mustofa. “Maksud om jin, kitab kematian itu seperti Death Note ya ?” tanya Baron. “Nah benar ! seperti Death Note!” sambung Bayu cepat. “Death Note? Apa itu ?” kata Jin Mustofa dengan kening berkerut. “Ya itu semacam
Tiga sosok lelaki muda tampan kini tampak berdiri menatap kearah bangunan berbentuk bulat dengan atap kubah, seperti kuil kuno atau makam. Mereka adalah Bintang si Ksatria Pengembara, Bayu Kencana . Lalu Arya berjuluk Si Busur Dewa.“Tidak salah lagi. Inilah tempatnya” kata Bayu“Kalau begitu, jangan ditunda lagi. Ayo kita masuk” kata Arya cepat. Ketiganya segera melangkah memasuki bangunan berbentuk kuil itu.“Berani sekali kalian para manusia datang ketempat ini!”Bintang, Bayu dan Arya serta merta sama palingkan kepala ke arah datangnya suara tadi. Mereka melihat seorang kakek tak dikenal duduk bersila di atas sebuah sumur. Orang tua berambut, berkumis dan berjanggut putih riap-riapan ini mengenakan pakaian aneh, terbuat dari sejenis daun yang dikeringkan. Dia duduk bersila di atas sebuah batu yang menutupi sumur tersebut. Wajahnya aneh karena kening, hidung dan pipinya sama rata. Di balik keanehan ini terpanca
“Orang tua, sekali lagi kami meminta. Harap terangkan siapa dirimu adanya!” Bayu kini yang bicara.“Hai! kalian bertiga. Ketahuilah sejak lahir tidak pernah diriku diberi nama. Orang-orang memanggilku dengan sebutan Jin Tangan Seribu!”“Jin Tangan Seribu!” mengulang Bintang sementara Arya dan Bayu saling berpandangan.“Aku mendapat tugas dari Maharaja Thathamghi Yam Yal…”“Hemm... Kau tadi mengaku sebagai Jin Tangan Seribu. Maharaja Thathamghi Yam Yal... Siapa dia? Temanmu, gurumu, atau pimpinanmu?” Yang bertanya adalah Bayu.“Maharaja Thathamghi Yam Yal adalah raja di raja semua Jin di negeri Jin!” jawab Jin Tangan Seribu.“Maharaja Thathamghi Yam Yal memberimu tugas. Tugas apa…?” tanya Bintang tertarik.Jin Tangan Seribu terlebih dulu pandangi satu persatu tiga orang di depannya. Lalu dia menyeringai dan berucap. “Tugasku me
“Cincin apa itu Bintang?” Bertanya Bayu dengan suara setengah berbisik.“Ini pemberian Mustofa,” jawab Bintang.“Jangan-jangan ini tujuan sebenarnya Jin Tangan Seribu ini!” ujar Arya.Jin Tangan Seribu tiba-tiba melayang di udara, melesat ke arah Bintang. Delapan tangan berkelebat. Dua mengarah leher siap mencekik. Dua menjotos ke arah dada dan tangan lainnya menyambar ke tangan Bintang yang terpasang Cincin berbatu hijau!Seumur hidup baru kali ini Bintang melihat serangan begitu hebat dan cepat. Bintang berseru kaget dengan dua kakinya menekuk ke bawah. Di lain kejap tubuhnya membal ke belakang.“Breettt!”Salah satu tangan Jin Tangan Seribu yang tadi hendak mencekik masih sempat merobek leher pakaian Bintang.Masih dalam keadaan bersila dan mengapung di udara Jin Tangan Seribu bergerak melayang memutari Bintang. Sekonyong-konyong tubuh itu membuat gerakan dan tahu-tahu telah melesat k
“Panah Kristal!” seru Arya menyebutkan jurus serangannya. Busur Panah Kristal dibentangkan, tak ada panah yang terlihat, tapi tiba-tiba saja sebatang anak panah tercipta dari cahaya keemasan, rupanya inilah kehebatan pusaka Busur Panah Kristal milik Arya yang mampu membuat anak panah dari pancaran hawa tenaga dalamnya. Lesatan anak panah kristal luar biasa cepatnya hingga Jin Tangan Seribu tidak sempat menghindar. Dua tangannya dengan telak dihantam lesatan anak panah kristal. Kedua tangan itu langsung lenyap tak berbekas. “Arggkhh!” Jin Tangan Seribu keluarkan suara tercekik lalu mulutnya menghambur darah. Arya tersenyum melihat serangan Busur Panah Kristalnya bisa mengenai sasaran, walaupun cuma mengenai dua tangan. Namun seringai diwajah Arya menghilang dan berganti menjadi jeritan keras begitu salah satu tangan kiri Jin Tangan Seribu memanjang dan menjotos perutnya. Hal ini menyelamatkan Bintang dari hantaman ka
Blegar! Untuk kedua kalinya makhluk ini berteriak marah. Pakaiannya yang terbuat dari daun hancur berantakan hingga bagian belakangnya nyaris bertelanjang. Namun tubuhnya tidak cidera sedikit pun. Dan enam tangannya yang mencekal tubuh Bayu tidak satu pun dilepaskan. Ketika hantaman pukulan Bintang membuatnya terdorong keras ke depan dan jatuh saling tindih dengan Bayu, enam tangan itu tetap mencengkeram. Dengan menyeringai makhluk berwajah seram luar biasa itu menoleh ke arah Bintang yang saat itu telah menjejakkan kakinya di tanah. “Kau boleh menghantamku dengan seribu pukulan! Jangan harap kau bisa menolong sahabatmu ini!” Lalu tanpa perdulikan Bintang lagi Jin Tangan Seribu berpaling pada Bayu. “Tanggal kepalamu!” teriak Jin Tangan Seribu. Tangan yang menjambak membetot ke atas, dua tangan yang di leher mencengkeram ganas. Sesaat lagi kepala Bayu benar-benar akan dibuat tanggal terjadilah hal yang aneh. Jin Tangan Seribu mendadak merasakan rambut, leher d