Badai semakin kuat menyapu pesisir, kabut menebal saat menjelang malam. Di sisi lain semua orang memandang seram ke arah gunung yang dimaksud tetua desa, Gunung Gui Shan.
Gui Shan disebut sebagai Gunung Setan, di sana hidup banyak makhluk serta tanaman mistis peninggalan sejarah yang menjadi bukti bahwa dulu manusia dan siluman pernah hidup berdampingan. Tempat itu nyaris tak pernah disentuh setelah banyaknya manusia yang mati. Dari cerita yang beredar, tidak ada satu pun yang berhasil kembali setelah memasuki Gunung Gui Shan. Tujuan mereka kebanyakan untuk mengambil sumber daya di dalamnya, sumber daya itu sendiri berasal dari tanaman dan mahkluk spiritual yang dikatakan tak terbatas sehingga tak heran banyak kultivator di masa lalu berebut untuk masuk ke sana.Meski pun dilihat dari kejauhan, Gunung Gui Shan seolah-olah dihuni oleh setan raksasa yang bersemayam di jurang dalam. Tidak ada yang berani membawa jasad anak kecil itu ke sana. Maka dari itu semua orang memasang wajah cemas."Tapi bagaimana cara kita mengantar anak ini ke sana, tetua? Bukankah di sana ..." Lelaki yang baru saja menyanggah menelan ludah tidak berani.Kepala desa mengangguk memahami kekhawatiran penduduknya, lalu dia berkata, "Biar aku yang mengurusnya."*Malam hari hujan deras membasahi desa yang dipenuhi kabut pekat, sejauh mata memandang hanya ada asap putih memenuhi Desa Laoyang.Sebuah gerobak yang diikatkan pada kuda hitam berderak ketika satu mayat diletakkan di atasnya bersama sebuah tong dan beberapa drum.Dua laki-laki bertudung hitam di sisi kanan dan kiri kereta kuda melihat satu sama lain, mengangguk pertanda semua persiapan telah selesai. Sebelum kuda tanpa penunggang itu diluncurkan salah seorang dari mereka sempat mengelus kepala hewan tersebut."Bawa anak ini ke Gunung di depanmu dan jangan pernah kembali. Biarkan setan di gunung itu memakan jasad kalian berdua. Ini adalah tugas terakhirmu."Kilat petir sekilas menerangi pandangan, salah seorang dari pemuda itu meringis tatkala melihat jasad anak kecil tersebut.Mata hitam kuda menatap sesaat majikannya sebelum akhirnya satu kibasan membuat kuda tersebut meluncur melalui jalan yang mengantarkan mereka ke Gunung Gui Shan.Kuda hitam yang mendaki gunung sesekali tergelincir, kuda itu mulai melambat saat dia berjalan di menuju puncak gunung yang berhadapan dengan jurang di depan.Kepala desa yang mengamati tak jauh dari tempat pemuda itu mengangkat tangan, dia dapat melihat lokasi kuda tersebut karena lentera yang diikat di gerobak kayu. Lantas seorang maju dengan panah bercahaya. Tentu sosok tersebut bukanlah orang biasa melihat kekuatan yang dikeluarkannya meskipun dia hanya berdiri diam. Seluruh kekuatannya kini berpusat pada anak panah yang akan dibidiknya."Lepaskan!"Kuda hitam berhenti berlari dan menoleh ke arah majikannya dari kejauhan yang kini memalingkan muka. Sebuah panah berapi menembus tong kayu dan drum yang dia bawa bersamanya. Seketika ledakan sebanyak lima kali terdengar dari atas gunung Gui Shan.Pemanah menurunkan busurnya dan berucap tenang, "Mereka sudah terbakar, Anda bisa tenang."Dia membalikkan badan, diikuti oleh kepala desa, tetua desa dan enam penjaga bersamanya. Namun diam-diam dia ingin memastikan sesuatu.Hutan di atas gunung terbakar, api menjalar semakin lebar hingga membuat puncak gunung itu tampak merah bercahaya.Namun sebuah cahaya tipis masuk ke penglihatannya, hanya sekelebat namun tidak begitu mengganggu pikirannya. Dia kembali menatap lurus ke depan sembari berpikir anak kecil itu sudah habis dimakan api, bahkan tulangnya tak akan tersisa lagi besok pagi.Hujan turun semakin deras, mengguyur seluruh Desa Laoyang, dan juga Gunung Gui Shan.*10 Tahun Kemudian di Tanah Para Dewa...“Lebih baik kau serahkan kitab itu, Feng Guang!” gertak seorang lelaki dengan jubah putih mewah sambil melotot marah, matanya menghunus tajam pada seorang lelaki yang berdiri di aula kerajaan.Dia telah dikelilingi oleh para prajurit kerajaan. Ribuan pedang yang biasanya berjuang bersamanya sekarang diangkat untuk mengambil nyawanya, dalam situasi genting seluruh prajurit kerajaan mewanti-wanti setiap gerakan lelaki itu. Bahkan Sembilan Jenderal Perdamaian yang hadir memasang wajah tegang. Meski pun lelaki itu hanya seorang diri tapi dia memiliki kemampuan untuk meratakan seluruh prajurit kerajaan.“Aku khawatir kau tidak bisa merebutnya dariku,” kata lelaki itu sembari menarik senyum tipis yang terkesan meremehkan.Lelaki dengan jubah putih yang merupakan generasi ke-16 keturunan Raja Rong yang telah memerintah Tanah Para Dewa selama ratusan tahun melebarkan mata kesal, sebelah tangannya dikepal dengan geram, urat-urat muncul di wajahnya yang memerah.“Kau adalah kerabat baik ayahanda, beliau menaruh kepercayaan besar padamu... Dia sendiri yang bahkan memberikan gelar Tujuh Pilar Langit kepadamu! Tapi, inikah balasanmu kepada kami?!” Di tengah kemarahan lelaki itu, sepintas dia mengingat masa kecilnya di mana Feng Guang mengajarinya bertarung, berburu dan berkuda.Sesaat lelaki itu menyadari sesuatu dan terkejut, bayangan Feng Guang di saat dirinya masih berumur sembilan tahun sama sekali tidak berubah berubah dengan sosok yang ada di hadapannya sekarang.“Kau bahkan sama sekali tidak menua!” seru Rong Yin.“Dan kau baru menyadarinya di umur yang ke-26, anak muda,” sahut Feng Guang. Rong Yin kembali dibakar amarah. Seluruh prajurit mengambil ancang-ancang untuk menangkap Feng Guang.Selama 50 tahun mengabdikan dirinya menjadi kepercayaan para manusia dan menjadi satu dari Tujuh Pilar Langit, identitas asli Feng Guang akhirnya terungkap hingga menggemparkan seluruh dunia persilatan.Rong Yin memaki sembari menunjuknya. "Kau adalah Monster! Kau bahkan tidak layak berdiri di hadapanku!"Senyum Feng Guang yang tadinya tertarik lebar perlahan mengendur. Sementara Rong Yin yang semakin terbawa suasana menambahkan hinaan dan caciannya kepada lelaki itu. "Kau Monster! Siluman rendahan, kurang ajar, menjijikkan!" Masih banyak lagi umpatan yang ingin dilayangkannya tetapi semua itu tertahan saat dia menatap ekspresi Feng Guang yang tidak pernah dia lihat seumur hidupnya.Feng Guang mulai berubah menjadi sosok yang berbeda. Tanduk merah tumbuh di kepalanya dan kedua bola mata lelaki itu bersinar merah terang, kulitnya terlihat bersisik disertai hembusan angin panas menyebar ke seluruh penjuru istana. Seluruh pendekar dengan jubah putih yang merupakan penjaga istana jatuh pingsan saat hempasan kekuatan yang begitu dahsyat menggetarkan langit dan bumi.Energi kekuatan yang besar mengelilingi di bawah telapak kakinya dan menciptakan tekanan berkekuatan tinggi yang bahkan bisa membuat tempat itu jatuh ke Dunia Bawah."Apakah siluman terlihat sebegitu menjijikkannya di mata kalian walaupun aku telah berlutut untuk mengabdikan kehidupanku untuk melindungi kalian selama puluhan tahun... ""Siluman tetaplah siluman! Kau adalah mahkluk penuh dosa. Tanah ini tidak sudi menerima keberadaanmu!" seru salah seorang dari Sembilan Jenderal Perang sekaligus seorang biksu terhebat, Guru Besar Qiu Bei.Feng Guang melihat sekitarnya dan menyadari semua orang yang dulu menghormatinya berubah jijik padanya. Dia mengangkat sebuah kitab yang memiliki energi spiritual tidak biasa, satu-satunya tujuannya turun ke bumi adalah mendapatkan kitab yang selama ratusan tahun ini telah disembunyikan oleh leluhur Klan Rong. "Sampai akhir dunia pun, keturunan klan Rong tidak akan pernah menguasai kitab ini. Hanya seorang keturunan asli klan Shan yang dapat menguasainya."Rong Yin semakin panas.Di tengah situasi yang semakin memburuk, seorang sahabat Feng Guang akhirnya memunculkan diri, wibawa besarnya membuat para pasukan yang masih bertahan semakin tegang. Mereka menunduk saat lelaki itu lewat. Entah bagaimana situasi ini akan berakhir, kemungkinan terburuknya, dia dan Feng Guang akan saling membunuh.Lelaki itu dikenal dengan sebutan Pertapa Empat Musim dan menjadi seorang nomor satu di antara Tujuh Pilar Langit yang berada atas Feng Guang. Dia adalah Xiao Liong, orang yang begitu disegani dan dihormati di Tanah Para Dewa."Serahkan kitab itu. Atau kami akan membunuhmu seperti para leluhurmu." Xiao Liong terkenal tidak menunjukkan belas kasih bahkan kepada sesama rekannya. Feng Guang menarik kembali kekuatannya setelah menumbangkan lebih dari dua ratus prajurit istana. "Saat ini kau telah menjadi buronan serius dan harus segera dimusnahkan. Jangan dendam padaku jika pada akhirnya tanganku lah yang harus mengakhiri hidupmu.""Aku takkan membiarkan manusia seperti kalian memiliki harta peninggalannya. Jika tujuan kita berbeda, maka satu-satunya jalan adalah bertarung."Xiao Liong memejamkan matanya sejenak. Tangannya yang memegang pedang di pinggangnya masih bertahan, menunjukkan dia ragu untuk bertarung dengan lelaki itu. Namun bagaimana pun Xiao Liong berbicara, Feng Guang akan t
Salah satu pendekar lanjut usia menganggukkan kepala sambil mengelus jenggot putihnya, "Tidak salah lagi. Ini seperti yang diramalkan dalam syair itu. Dunia akan kembali pada 'masa itu'."Murid dari perguruannya sedikit terkejut sehingga salah satu dari mereka bahkan terang-terangan bertanya. "Masa itu? Syair? Apa yang sedang Guru bicarakan?"Lelaki tua itu hanya tersenyum dengan sepasang bola mata yang telah memutih menatap ke arah Feng Guang. "Ini hanyalah kisah lama ... Anak muda seperti kalian pasti tidak akan mengerti. Seandainya aku bisa hidup lebih lama untuk tetap mengikuti perkembangan ini, hahaha..."Pertanyaan mereka tidak terjawab, para murid itu hanya bisa kembali menatap ke arah panggung eksekusi di mana suara Mo Xiaohan menjadi satu-satunya perhatian di ruang terbuka itu."Seperti yang kalian tahu, bangsa siluman adalah ancaman bagi dunia manusia. 900 tahun lalu, pengkhianat dari Klan Shan telah melakukan dosa besar dan menyimpan 7 pusaka langit demi memperkuat klannya.
"Aku datang!!"Seorang pemuda meloncat dari atas pohon tinggi sambil menyeringai usil, kedatangannya membuat para serigala ambil langkah seribu memasuki semak-semak, bahkan beberapa dari mereka berenang melewati sungai ketakutan.Pemuda itu menoleh kanan kiri yang tiba-tiba kosong. "Oi, oi, kenapa semuanya lari? Memang aku berbuat salah apa pada kalian?"Salah satu serigala yang belum begitu jauh bersuara. "Groaaar!"Pemuda itu berkacak pinggang sembari menaikturunkan alisnya. "Haaaa? Aku tak ingat kapan aku memakan kalian ..." Dia mengatup mulutnya saat melihat bekas api unggun di dekat pohon dan beberapa tulang hewan. Satu-satunya makhluk yang memangsa dan memasak para binatang buas di gunung ini hanyalah dirinya, si puncak rantai makanan, Lan Xiaoyan. Meskipun serigala-serigala itu tidak seperti serigala pada umumnya dan berukuran tiga kali lipat dari tubuhnya, mereka selalu berlari ketakutan saat melihat Lan Xiaoyan.Lan Xiaoyan mendecakkan lidah, baru berjalan beberapa meter per
Kondisi Feng Guang terlihat buruk, terutama karena pendarahan hebat serta luka fisik yang dialaminya setelah pertarungan di Tanah Para Dewa. Bisa dikatakan saat ini lelaki itu amat sangat membutuhkan pertolongan tapi yang dia lihat saat ini, bocah yang baru dikenalnya tak lebih dari lima menit itu justru lebih memilih mengejar singa daripada memedulikan keselamatannya. Denyutan perih berulang kali membuatnya meringis, Feng Guang tidak bisa menggunakan kekuatan apa pun untuk membantu mengurangi rasa sakit itu, satu-satunya pilihannya adalah menunggu Lan Xiaoyan kembali.Cukup lama Lan Xiaoyan menghilang, Feng Guang khawatir bocah itu melupakan dirinya. Namun tak lama dia melihat anak itu kembali menggotong buaya besar di belakangnya. Dia terluka cukup parah untuk mengalahkan binatang buas itu.Lan Xiaoyan menangkap ekspresi Feng Guang sambil berbicara bingung. "Ada apa, Pak Tua Feng? Kenapa kau kaget seperti itu? Apa kau tidak bisa memakan ikan?"Feng Guang bergumam pada dirinya send
Cahaya tembus dari celah-celah kayu gubuk di saat matahari hampir naik ke atas kepala, Feng Guang terbangun dan mendapati luka-lukanya telah dibaluri oleh obat herbal yang masih basah. Dia berpikir pemuda itu sedang tidak di rumah, mengingat tidak ada suara siapa pun di sekitar. Pikirannya berputar kembali pada banyak hal yang terjadi. Feng Guang sadar lukanya takkan sembuh dengan cepat, di samping itu dia belum memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dia telah berhasil mencuri kitab dari tanganKlan Rong. Namun walaupun bisa keluar dari sini, Feng Guang yakin dirinya akan diburu oleh musuh.Memikirkan banyak hal yang terjadi membuat perut Feng Guang berbunyi. Setelah jatuh dari dunia atas dan sekarat berhari-hari wajar saat ini perutnya lapar, Feng Guang baru berpikir untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan ketika menemukan daging bakar tergeletak persis di sebelahnya. Lan Xiaoyan meninggalkannya sebelum pergi."Setidaknya nasibku tidak terlalu buruk. Anak ini kelihatannya b
Angin badai mulai menerpa rumah gubuk, Lan Xiaoyan membuang napas sejenak dan kembali murung, dua Siluman di sebelahnya juga menampakkan ekspresi yang sama sehingga membuat Feng Guang mengerutkan dahi. Dia menggeleng kecil."Kau hanya bisa keluar dari tempat ini ketika kau sudah cukup kuat.""Aku sudah sangat kuat!" seru Lan Xiaoyan tiba-tiba berdiri di atas kepala buaya bersemangat. "Aku latihan keras setiap hari seperti yang diajarkan di buku ini, aku sudah mempersiapkan diriku untuk petualangan yang hebat!" Dia merentangkan kedua tangan antusias, berharap Feng Guang mengerti petualangan yang sangat diimpikannya.Feng Guang mengerutkan dahinya sekali lagi, dia melihat buku di tangan Lan Xiaoyan, sebuah buku kultivator manual lama, bagi pendekar muda mungkin mereka tidak akan tahu menahu soal buku itu. Namun pendekar berusia 100 tahun lebih tahu buku legendaris itu cukup terkenal di masanya. Sekarang semuanya terjelaskan. Lan Xiaoyan mendapatkan banyak peralatan kultivasi dari mayat
Esok paginya, Lan Xiaoyan belum kembali membuat Feng Guang cemas mengingat hutan ini memiliki banyak siluman yang bisa kapan saja membunuhnya. Feng Guang akhirnya memutuskan mencari Lan Xiaoyan di saat hujan gerimis turun. Dia tidak memiliki petunjuk ke mana anak itu pergi, ditambah lagi Gunung Gui Shan cukup luas dan dia belum mengingat jalan.Jubah merah yang dikenakannya mulai basah. Feng Guang berjalan cukup lama, semakin dalam ke hutan rimba sampai dia mulai tidak yakin masih mengingat jalan kembali. Walaupun langit di atas gelap, nyatanya saat ini sudah memasuki tengah hari. Feng Guang sedikit ganjil kalau mengingat fenomena aneh di Gunung Gui Shan. Sekat antara dunia luar dan gunung tampaknya dibuat oleh manusia.Seingatnya dulu memang masih ada beberapa pendekar hebat yang bisa membuat segel sebesar ini, tapi untuk masa sekarang orang seperti itu hanya bisa dihitung dengan jari, pendekar Tujuh Pilar Langit belum tentu dapat membuatnya. Feng Guang menyeberangi sungai dangkal
Setelah hujan reda, Lan Xiaoyan dan Feng Guang memutuskan untuk kembali ke rumah. Feng Guang terpaksa dipangku oleh Lan Xiaoyan karena luka di tubuhnya kembali terbuka karena air hujan. Seperti sebelumnya, Lan Xiaoyan menyiapkan obat-obatan dan mengobati Feng Guang. Dua siluman menunggu di depan rumah gubuk, mereka membawa beberapa helai bunga aneh yang memiliki aroma busuk. Feng Guang pernah melihat bentuk bunga itu di sebuah buku obat-obatan tua, itu adalah obat yang cukup manjur untuk mengatasi luka luar.Jika dipikir-pikir lagi, bagaimana mungkin seorang anak manusia dapat berteman dengan siluman. Andai Feng Guang mengatakannya pada orang luar, dia pasti ditertawakan. Lan Xiaoyan berbeda dari anak-anak pada umumnya.Ketika sibuk berpikir, Feng Guang baru tersadar Lan Xiaoyan sedang mengoleskan obat di lengannya."Pak Tua Feng, kau bilang tadi kita memiliki cara untuk kabur dari sini.""Ya. Tapi rasanya hampir tak mungkin," ucapnya tertahan.Lan Xiaoyan berbinar-binar, setidaknya d