Beranda / Pendekar / Penguasa Tujuh Benua / Ch. 03 - Eksekusi Feng Guang

Share

Ch. 03 - Eksekusi Feng Guang

Penulis: Fii
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-19 13:00:36

Lelaki itu dikenal dengan sebutan Pertapa Empat Musim dan menjadi seorang nomor satu di antara Tujuh Pilar Langit yang berada atas Feng Guang. Dia adalah Xiao Liong, orang yang begitu disegani dan dihormati di Tanah Para Dewa.

"Serahkan kitab itu. Atau kami akan membunuhmu seperti para leluhurmu."

Xiao Liong terkenal tidak menunjukkan belas kasih bahkan kepada sesama rekannya. Feng Guang menarik kembali kekuatannya setelah menumbangkan lebih dari dua ratus prajurit istana. "Saat ini kau telah menjadi buronan serius dan harus segera dimusnahkan. Jangan dendam padaku jika pada akhirnya tanganku lah yang harus mengakhiri hidupmu."

"Aku takkan membiarkan manusia seperti kalian memiliki harta peninggalannya. Jika tujuan kita berbeda, maka satu-satunya jalan adalah bertarung."

Xiao Liong memejamkan matanya sejenak. Tangannya yang memegang pedang di pinggangnya masih bertahan, menunjukkan dia ragu untuk bertarung dengan lelaki itu. Namun bagaimana pun Xiao Liong berbicara, Feng Guang akan tetap pada pendiriannya.

Tiga detik berlalu dengan menegangkan hingga akhirnya sesuatu yang paling ditakutkan benar-benar akan terjadi.

"Jika seperti itu maumu, aku akan mengabulkannya."

Xianbei, salah satu pendekar dari Sembilan Jenderal Perdamaian merentangkan tangannya. "Para prajurit, kalian semua sebaiknya mundur. Ini bukan pertarungan yang bisa kalian campuri. Mereka berada di level yang berbeda dengan kalian semua!"

Sontak terjadi hentakan kekuatan yang begitu dahsyat dari sosok Xiao Liong. Kekuatan cahaya yang dimilikinya disebutkan hampir menyaingi kekuatan dewa.

Salah seorang prajurit istana berbicara gemetaran, "Ja-jadi itu kekuatan asli yang dimilikinya. Dia tidak pernah seserius ini dalam pertarungan. Apakah mereka benar-benar akan saling bunuh?"

Pertarungan akan dimulai di halaman luas istana yang memiliki lantai kristal seputih salju, semua orang menyaksikan dua orang yang kini saling berhadap-hadapan dengan waspada. Sampai terdengar Xiao Liong berkata, "Aku kira rumor ini hanyalah omong kosong belaka. Aku akan bertanya untuk terakhir kali, apakah kau benar-benar akan mengkhianati kami, Saudara Feng? Apa yang membuat begitu keras kepala? Menunggu 50 tahun demi hari ini...."

"Kau pasti pernah mendengar syair Nona Shan, Bulan Purnama di Gunung Persik."

"Kau mempercayai omong kosong seperti itu? Syair itu tidak masuk akal dan sudah berusia 900 tahun. Itu hanyalah dongeng pengantar tidur untuk anak kecil."

"Namun aku percaya, takdir itu telah dilahirkan di suatu tempat. Bahkan jika aku mati hari, dia akan membawa dunia pada takdir itu. Aku akan tetap mempercayainya sampai mati sekalipun."

Xiao Liong nampak geram sekaligus marah.

"Sebagai sahabatku, kau tahu aku memiliki kebencian yang besar kepada bangsa siluman." Dia perlahan membuka kedua matanya untuk menatap Feng Guang. "Aku akan bertarung serius denganmu. Bukan karena aku membencimu, melainkan karena kau sahabatku, Saudara Feng."

"Maaf karena menyembunyikannya darimu. Apa pun yang kulakukan adalah tugas yang dipercayakan padaku. Seandainya kebencian di antara manusia dan siluman tidak ada, aku yakin kita tetap akan menjadi sahabat baik hingga tua."

Dari kejauhan terlihat cahaya putih menyilaukan dan energi api yang tidak biasa menembus langit dan mengubah awan yang putih menjadi hitam. Tanpa perlu menunggu, pertarungan yang akan dicatat di dalam sejarah dimulai dan menggetarkan seluruh Tanah Para Dewa. Kedua jagoan terbaik dari Tujuh Pilar Langit bertarung untuk menentukan nasib dunia ke depannya.

Kabar mengenai pertarungan kedua pendekar terhebat telah mengguncangkan seluruh dunia yang saat ini mulai cemas. Di lantai tertinggi istana di mana terdapat ruangan dengan jendela raksasa yang hanya disinari celah-celah sinar matahari, empat lelaki yang memiliki pengaruh kuat terhadap dunia mulai mengambil keputusan. Para Penasehat mengadakan rapat darurat tentang kitab yang direbut oleh Feng Guang. Feng Guang adalah tipikal yang keras kepala. Dia tak akan pernah menyerahkan kitab itu bagaimana pun juga. Satu-satunya pilihan adalah membunuh lelaki itu. Akan tetapi dari laporan yang berdatangan, pertarungan antara Xiao Liong dan Feng Guang tampaknya berimbang.

Di tengah dilema itu, kedatangan seseorang tiba-tiba mengusik mereka.

"Sebagai murid sekaligus adik perguruannya. Akulah yang akan mengambil kitab itu. Bahkan jika itu artinya aku harus membunuhnya."

Keempat orang itu saling menatap. Hingga akhirnya sosok itu menghilang dari pintu.

Kembali dengan pertarungan Xiao Liong dan Feng Guang, keduanya sama-sama terluka berat dan kehabisan tenaga. Xiao Liong mengalirkan qi dalam jumlah yang lebih besar dari serangannya sebelumnya, kali ini dia akan habis-habisan menyerang Feng Guang. Sementara naga merah raksasa yang merupakan Feng Guang sendiri membuka mulutnya untuk mengumpulkan bola api berkekuatan tinggi. Pertarungan di atas udara itu semakin mengerikan. Satu serangan terakhir akan menjadi akhir pertarungan keduanya.

Xiao Liong mengucapkan sesuatu saat mengangkat pedang cahaya, "Kuharap di kehidupan selanjutnya kita bisa kembali berteman, Saudara Feng."

"Aku tidak akan mati, Saudara Xiao." Feng Guang tertawa sebelum akhirnya tiba keduanya melepaskan serangan. Dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata, dua cahaya di atas langit saling bertabrakan dan pecah menembus langit dan kembali menggetarkan Tanah Para Dewa.

Namun sesuatu yang di luar dugaan terjadi. Mo Xiaohan menancapkan sebuah baja misterius yang membuat seluruh kekuatan Feng Guang menghilang. Bola api dari mulut naga itu hilang, pada akhirnya tebasan pedang cahaya mengenai telak tubuh Feng Guang. Naga itu mengeluarkan suara yang menggema, hingga akhirnya jatuh tumbang di atas halaman istana.

Xiao Liong yang masih berada di atas udara melihat apa yang dilakukan Mo Xiaohan dan tidak bisa berkata apa-apa, matanya menatap benda misterius yang berada di dalam genggaman lelaki itu.

Dia tidak menginginkan duel yang berakhir menyedihkan di akhir persahabatannya dengan Feng Guang. Namun sebelum dia mulai menyadari, Sembilan Jenderal Perdamaian mengunci tubuh naga Feng Guang dengan rantai yang dilapisi kekuatan qi penyegel.

Mo Xiaohan berkata sesuatu dengan penyesalan di wajahnya. "Bagaimana pun hubunganmu dengannya, kita harus menyingkirkan Feng Guang. Dia adalah ancaman dunia ini mengingat seberapa hebat kekuatannya. Aku juga merasakan hal yang sama seperti Anda. Seperti yang semua orang tahu, aku adalah muridnya dan hal ini membuat hatiku terpukul. Tapi ini adalah jalan terbaik demi kehidupan manusia."

"Menang dengan cara seperti ini adalah hal yang memalukan bagi seorang pendekar sepertiku. Aku tidak memiliki muka lagi untuk menemaninya di saat terakhir."

Xiao Liong mengibaskan jubah lengannya marah, meninggalkan istana begitu saja.

Kekalahan Feng Guang akhirnya diumumkan. Seperti yang diharapkan dari si nomor satu dari Tujuh Pilar Langit, Feng Guang berhasil dikalahkan oleh Xiao Liong. Tujuh hari dari sekarang, pencabutan gelar sekaligus eksekusi Cakar Naga Api Feng Guang akan dilaksanakan di panggung istana yang akan disaksikan oleh seluruh dunia. Para pendekar hebat dan tokoh terkenal dunia pasti akan menghadiri eksekusinya. Tentu saja banyak yang menyayangkan hal ini, mengingat Feng Guang adalah salah satu pendekar hebat dengan moral yang suci. Sudah tidak terhitung jasa yang dilakukannya. Dia bahkan pernah menghentikan peperangan antara dua benua dan menyelamatkan nyawa jutaan orang.

*

Tujuh hari setelah pertarungan yang menggemparkan, Istana Kerajaan Dunia Atas tampak lebih sibuk. Sejak hari kekalahan Feng Guang, Xiao Liong tidak pernah menampakkan diri lagi. Kini para penjaga mengawasi seluruh istana. Istana itu memiliki warna putih yang anggun dan berkilau, dihiasi dengan batu-batu bernilai tinggi tak tertandingi, terlihat elegan dan suci di mata para tamu undangan yang tidak menyangka mereka akan kembali mendatangi tempat ini untuk melihat kematian orang yang begitu mereka segani. Lantai istana memantulkan bayangan para tamu yang berjalan menuju panggung eksekusi yang berada di ruang terbuka di mana di tempat itu Feng Guang dalam tubuh manusianya dirantai.

Suara-suara memenuhi tempat itu. Feng Guang dipastikan yang telah dikalahkan akan menemui ajalnya hari itu juga.

Karena Xiao Liong tidak ada, Mo Xiaohan mengajukan diri untuk berdiri di panggung eksekusi dan berbicara dengan para tamu. Terlihat raut wajahnya yang amat sedih akan takdir yang dipikul Gurunya. Dia tidak bisa menyembunyikannya di hadapan semua tamu.

Salah satu utusan dari sekte dunia bawah berbisik, "Bukankah dia adalah muridnya Senior Feng-maksudku, Feng Guang?"

"Kudengar Feng Guang tidak pernah mengakuinya sebagai murid."

"Apa pun itu, kematian Feng Guang adalah jalan terbaik untuk kita semua."

Mo Xiaohan yang berada di atas panggung mulai menatap para tamu dengan tatapan simpati. "Siapa yang menyangka akan tiba hari di mana aku harus mengambil nyawa seseorang yang selama ini telah mengajariku cara memegang pedang untuk sebuah keadilan. Namun hari ini, keadilan itu sendiri yang harus membunuhnya!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 113 - Sesudah Perang

    "Tidak mungkin..."Dokter Ouyang memelankan langkah kakinya saat tiba di depan lubang yang berasap, melihat seseorang terkapar di sana tak bernyawa. Kacamatanya retak dan dadanya terluka fatal. Bulir air mata menggenang di pelupuk mata lelaki ringkih itu, sekarang tugasnya adalah menyembuhkan korban virus yang ditularkan Black Jade Sword.Lan Xiaoyan dan kawan-kawannya telah berhasil menjatuhkan Black Jade Sword yang telah menjadi mimpi buruk mereka selama bertahun-tahun. Kini Ouyang sangat yakin dia mampu mengobati penduduk Kota Rouhan. Senyum bahagia terbit di bibirnya."Syukurlah..." Dia menyatukan kedua tangannya sembari berdoa.Di belakangnya, Feng Guang menyusul laki-laki itu dengan perlahan. Melihat jasad Manajer Li sekilas dan tersenyum melihat pemuda bodoh yang sedang tergelak bersama teman-temannya. "Entah kenapa terkadang aku merasa sial dan juga beruntung mengangkatnya menjadi muridku."Dokter Ouyang menoleh padanya. "Aku yakin kau sangat bersyukur memiliki murid sepertin

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 112 - Sebuah Awal Baru untuk Rouhan

    Kilat cahaya melaju dengan kecepatan tinggi, petir merah mengiringinya dan membentur perisai lelaki dengan kacamata hingga suara dentuman menggema keras. Dorongan yang sangat kuat hampir membuat Lan Xiaoyan dan Ma Jun terdorong. Mereka mulai memperkuat serangan dan menekan perisai Manajer Li.Lelaki itu membalas balik. Dia terdorong sekali dan membuka matanya lebar-lebar saat retakan kecil mulai menyebar. Perisai darah yang kuat mulai hancur. Lelaki itu melihat seseorang pingsan. Dia menjadi alasan mengapa Lan Xiaoyan berhasil selamat dari serangan sebelumnya."Tiga bajingan ini...." Angin berhembus kuat, kilat merah bercabang mencuat di balik perisainya. Serangan tersebut mulai membuatnya terdorong ke belakang.Tidak sampai di sana, Lan Xiaoyan mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar. Membuat Manajer Li tercengang. "Dia mau mati-" gumamnya. Pemuda itu sudah menggunakan terlalu banyak kekuatannya. Terjangan dari depan sangatlah kuat hingga membuat kacamata lelaki itu pecah. Ma

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 111 - Menyatukan Kekuatan

    Melihat dua bocah dengan mata penuh keyakinan mulai membuat Manajer Li kesal setengah mati, jemarinya bergerak-gerak ingin mencabik kedua pemuda itu.Mereka berdua berdiri bersebelahan, mengumpulkan seluruh kekuatan untuk serangan terakhir"Jika kalian gagal akulah yang akan memakan kalian," ujarnya dengan suara berat. Manajer Li sudah lebih tahu apa yang membuat ketiga pemuda itu bertahan lebih lama setelah mendapatkan luka berat dari para Six Stars. "Untuk kalian ketahui saja. Ketika tubuh telah mencapai batas dan tetap memaksakan bertarung, kalian akan mati.""Kami ke sini untuk menang, bukan untuk mati!" sahut Ma Jun dengan kobaran api yang sangat besar menyala di seluruh tubuhnya. Mata Manajer Li bergerak merasakan aura kekuatan yang hampir tidak pernah diketahuinya. Beberapa pendekar memiliki elemen khusus dalam teknik bertarungnya, tapi qi yang dimiliki pemuda itu netral. Kedua alisnya bertaut. Namun mengabaikannya ketika tahu keduanya benar-benar mempersiapkan diri."Kalian

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 110 - Menang atau Mati

    Lan Xiaoyan hampir kehabisan napas, paru-parunya terasa berat sekali. Sosok tanpa wujud menekan dadanya dan mencekiknya dari belakang dalam keadaan dirinya tanpa bisa melawan. Dia memberontak namun benang-benang tipis merah merekat semakin kuat dan membalutnya. "Sial...." Kali ini Lan Xiaoyan benar-benar kehabisan langkah. Manajer Li tidak akan ragu-ragu mengambil nyawanya. Dia mencoba melihat sekitar. Ma Jun telah tumbang dan terkapar tak berdaya. Sementara itu Feng Guang telah pergi ke tempat yang jauh. Sementara Lao Zhan tidak muncul sejak tadi."Tenang saja. Tidak akan ada yang menolongmu." Tangannya mencair dan berubah menjadi sebuah pedang sabit, kakinya yang panjang melangkah cepat ke tempat Lan Xiaoyan digantung. Dia tidak akan membuang waktu dan melepaskan Lan Xiaoyan hidup-hidup.Belasan serangan mengenai Lan Xiaoyan tanpa ampun, tangan laki-laki itu bergerak tanpa jeda dan hampir tidak terlihat, wajahnya lebih cerah daripada sebelumnya dan dia menyeringai iblis seperti mel

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 109 - Kita akan Bertemu Lagi

    "Aku menyesali banyak hal selama ini. Aku benar-benar tidak berdaya menghadapi mereka, maafkan aku. Jika hari itu aku menyelamatkannya..."Quan Yui menyadari jarum-jarum darah akan membunuh mereka berdua dalam sekejap, dia ingin gadis itu mendengarkannya di saat-saat terakhir. "Aku tidak membencimu." Ucapan Mei Linlin membuatnya berpaling sejenak. Quan Yui menggunakan teknik tubuh besi lalu berkata. "Maafkan kelancanganku, nona.""Tidak—aku tidak mau dilindungi lagi-!"Lelaki itu melindungi Mei Linlin dengan tubuhnya."Kau adalah tuan putri kerajaan, nyawamu adalah masa depan rakyatmu. Satu-satunya pilihan adalah membiarkan orang lain melindungimu.""Tidak..," Mei Linlin meneteskan air matanya, dia memejamkan mata saat jarum darah menghujani mereka berdua."Heaven Breaking Sword Technique.""Fire Barrier!!"Gebrakan kuat menghancurkan pusaran jarum darah, pelindung api menghalau ribuan serangan dan membakar jarum-jarum tersebut. Manajer Li mengedipkan matanya dan di balik perisai api

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 108 - Kekuatan yang Asing

    Sebuah bayangan besar menutupi tubuh Lan Xiaoyan yang terbaring telungkup di atas tanah yang banjir. Darah mengalir mengikuti arus hujan yang turun dengan deras. Menghujani ratusan mayat dan membawa amis darah bersama angin badai.Lelaki dengan pedang kebanggaannya melirik ke bawah dengan enggan, "Terlalu cepat seribu tahun untuk menantang ku, bocah."Dia mengangkat wajah Lan Xiaoyan dengan ujung pedang. "Kau hanya akan mati konyol di tempat ini.""Aku bilang, aku ke sini untuk memukul pantat kalian semua."Yang Guang terdiam sejenak, lalu tertawa kemudian hingga suaranya menggema keras. "Nyawa sudah diujung tanduk dan kau masih bisa mengoceh. Aku benci bocah sepertimu.""Aku bilang..." Bola mata pemuda itu, tatapan haus darah yang baru kali ini dilihatnya. Yang Guang menebaskan pedangnya untuk memenggal Lan Xiaoyan di tempat. Tapi dia terlambat mengeksekusinya. "Aku datang ke sini untuk membunuh kalian semua!!" Guntur dahsyat seketika memekakkan telinga diselingi cahaya kilat. Yang

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 107 - Menebus Dosa

    Manajer Li mengangkat tangan kanannya ke arah Mei Linlin.Pupil mata safir membesar, pantulan sosok laki-laki dengan ribuan jarum darah terpantul di matanya. Ketakutan semakin nyata di saat jarum-jarum darah mulai bergerak cepat ke arahnya.Sampai saat itu tiba, Mei Linlin pasrah dengan keadaan, tidak akan mungkin bisa menghindari serangan sebanyak itu di waktu yang sama.Lucutan jarum terbang dengan gesit di tempat Mei Linlin berada. Gadis itu melindungi kepalanya sambil menunduk ketakutan. Napas gadis itu menderu kencang. Dia bahkan dapat melihat kedua lututnya bergetar hebat. Namun setelah beberapa detik dia menyadari tidak ada satu pun jarum yang mengenainya.Dengan hati-hati gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat seseorang berada di depannya. Dia berkedip tak percaya dan segera melihat siapa yang melakukan hal itu."Kau-!" Mei Linlin terpaku tanpa bisa berkata-kata. Sudah pasti dia mengingat wajah lelaki itu. Orang yang membawa ibunya hari itu. Seseorang yang berdiri di dep

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 106 - Aku Berjanji akan Memperbaikinya

    Guntur menggema sangat keras di seluruh penjuru. Kilat petir memperlihatkan ratusan mayat yang terbaring tak bernyawa. Bau amis darah mulai tercium di mana-mana, beberapa jam berlalu begitu lambat dan perlahan merenggut nyawa. Tidak ada detik yang terlewatkan tanpa jeritan kematian yang sudah berlangsung cukup lama. Kini bulan purnama telah tertutup sepenuhnya oleh awan hitam yang tebal. Tak lama, hujan turun dengan deras.Kedua pendekar berdiri saling berhadapan dalam jarak kurang dari dua puluh meter. Baru beberapa menit bertarung, wilayah di sekitar mereka sudah porak-poranda. Hening tercipta dan diisi suara merdu seruling Fei Mengchen. Wanita itu berusaha menangkap Feng Guang dengan cakar hitam raksasa yang muncul dari tanah.Namun strateginya tidak cukup berhasil untuk mengelabui laki-laki itu, dengan cepat Feng Guang berpindah dan menyerang tengkuk lawan dari belakang.Sedetik sebelum Feng Guang datang, wanita itu menghilang dan muncul dari arah yang berbeda.Beberapa orang yan

  • Penguasa Tujuh Benua    Ch. 105 - Terima Kasih telah Menerimaku sebagai Manusia

    Bebatuan kecil jatuh oleh getaran yang terus-menerus terjadi dalam waktu singkat, energi api yang amat besar menaikkan suhu udara perlahan. Kilat berapi terbang cepat di atas kepala Quan Yui berusaha untuk menggapainya. Di sisi lain Quan Yui bertahan hanya dengan menangkis setiap serangan menggunakan pedang.Marah. Ma Jun sangat marah hingga tenggorokannya seperti dikoyak-koyak. Bahkan api yang meledakkan semua barang tidak cukup untuk membalaskan kemarahannya. Hempasan berapi menabrak tubuh Quan Yui, kabut api berpencar. "Apimu tidak akan cukup untuk membakarku, iblis kecil," ucap Quan Yui memperlihatkan wajahnya yang setengah terbakar. Kedua tangan Ma Jun kembali mengeluarkan bola-bola api, dia bahkan tidak peduli apa yang dikatakan lelaki itu."Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau membunuh orang yang tidak pernah mengusik hidupmu?!" Quan Yui termenung sejenak menatapi mata Ma Jun yang tak ubahnya api kemarahan yang begitu membara. Dia memejamkan mata sejenak.Tidak mendapatkan ja

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status