Share

Ch. 03 - Eksekusi Feng Guang

Lelaki itu dikenal dengan sebutan Pertapa Empat Musim dan menjadi seorang nomor satu di antara Tujuh Pilar Langit yang berada atas Feng Guang. Dia adalah Xiao Liong, orang yang begitu disegani dan dihormati di Tanah Para Dewa.

"Serahkan kitab itu. Atau kami akan membunuhmu seperti para leluhurmu."

Xiao Liong terkenal tidak menunjukkan belas kasih bahkan kepada sesama rekannya. Feng Guang menarik kembali kekuatannya setelah menumbangkan lebih dari dua ratus prajurit istana. "Saat ini kau telah menjadi buronan serius dan harus segera dimusnahkan. Jangan dendam padaku jika pada akhirnya tanganku lah yang harus mengakhiri hidupmu."

"Aku takkan membiarkan manusia seperti kalian memiliki harta peninggalannya. Jika tujuan kita berbeda, maka satu-satunya jalan adalah bertarung."

Xiao Liong memejamkan matanya sejenak. Tangannya yang memegang pedang di pinggangnya masih bertahan, menunjukkan dia ragu untuk bertarung dengan lelaki itu. Namun bagaimana pun Xiao Liong berbicara, Feng Guang akan tetap pada pendiriannya.

Tiga detik berlalu dengan menegangkan hingga akhirnya sesuatu yang paling ditakutkan benar-benar akan terjadi.

"Jika seperti itu maumu, aku akan mengabulkannya."

Xianbei, salah satu pendekar dari Sembilan Jenderal Perdamaian merentangkan tangannya. "Para prajurit, kalian semua sebaiknya mundur. Ini bukan pertarungan yang bisa kalian campuri. Mereka berada di level yang berbeda dengan kalian semua!"

Sontak terjadi hentakan kekuatan yang begitu dahsyat dari sosok Xiao Liong. Kekuatan cahaya yang dimilikinya disebutkan hampir menyaingi kekuatan dewa.

Salah seorang prajurit istana berbicara gemetaran, "Ja-jadi itu kekuatan asli yang dimilikinya. Dia tidak pernah seserius ini dalam pertarungan. Apakah mereka benar-benar akan saling bunuh?"

Pertarungan akan dimulai di halaman luas istana yang memiliki lantai kristal seputih salju, semua orang menyaksikan dua orang yang kini saling berhadap-hadapan dengan waspada. Sampai terdengar Xiao Liong berkata, "Aku kira rumor ini hanyalah omong kosong belaka. Aku akan bertanya untuk terakhir kali, apakah kau benar-benar akan mengkhianati kami, Saudara Feng? Apa yang membuat begitu keras kepala? Menunggu 50 tahun demi hari ini...."

"Kau pasti pernah mendengar syair Nona Shan, Bulan Purnama di Gunung Persik."

"Kau mempercayai omong kosong seperti itu? Syair itu tidak masuk akal dan sudah berusia 900 tahun. Itu hanyalah dongeng pengantar tidur untuk anak kecil."

"Namun aku percaya, takdir itu telah dilahirkan di suatu tempat. Bahkan jika aku mati hari, dia akan membawa dunia pada takdir itu. Aku akan tetap mempercayainya sampai mati sekalipun."

Xiao Liong nampak geram sekaligus marah.

"Sebagai sahabatku, kau tahu aku memiliki kebencian yang besar kepada bangsa siluman." Dia perlahan membuka kedua matanya untuk menatap Feng Guang. "Aku akan bertarung serius denganmu. Bukan karena aku membencimu, melainkan karena kau sahabatku, Saudara Feng."

"Maaf karena menyembunyikannya darimu. Apa pun yang kulakukan adalah tugas yang dipercayakan padaku. Seandainya kebencian di antara manusia dan siluman tidak ada, aku yakin kita tetap akan menjadi sahabat baik hingga tua."

Dari kejauhan terlihat cahaya putih menyilaukan dan energi api yang tidak biasa menembus langit dan mengubah awan yang putih menjadi hitam. Tanpa perlu menunggu, pertarungan yang akan dicatat di dalam sejarah dimulai dan menggetarkan seluruh Tanah Para Dewa. Kedua jagoan terbaik dari Tujuh Pilar Langit bertarung untuk menentukan nasib dunia ke depannya.

Kabar mengenai pertarungan kedua pendekar terhebat telah mengguncangkan seluruh dunia yang saat ini mulai cemas. Di lantai tertinggi istana di mana terdapat ruangan dengan jendela raksasa yang hanya disinari celah-celah sinar matahari, empat lelaki yang memiliki pengaruh kuat terhadap dunia mulai mengambil keputusan. Para Penasehat mengadakan rapat darurat tentang kitab yang direbut oleh Feng Guang. Feng Guang adalah tipikal yang keras kepala. Dia tak akan pernah menyerahkan kitab itu bagaimana pun juga. Satu-satunya pilihan adalah membunuh lelaki itu. Akan tetapi dari laporan yang berdatangan, pertarungan antara Xiao Liong dan Feng Guang tampaknya berimbang.

Di tengah dilema itu, kedatangan seseorang tiba-tiba mengusik mereka.

"Sebagai murid sekaligus adik perguruannya. Akulah yang akan mengambil kitab itu. Bahkan jika itu artinya aku harus membunuhnya."

Keempat orang itu saling menatap. Hingga akhirnya sosok itu menghilang dari pintu.

Kembali dengan pertarungan Xiao Liong dan Feng Guang, keduanya sama-sama terluka berat dan kehabisan tenaga. Xiao Liong mengalirkan qi dalam jumlah yang lebih besar dari serangannya sebelumnya, kali ini dia akan habis-habisan menyerang Feng Guang. Sementara naga merah raksasa yang merupakan Feng Guang sendiri membuka mulutnya untuk mengumpulkan bola api berkekuatan tinggi. Pertarungan di atas udara itu semakin mengerikan. Satu serangan terakhir akan menjadi akhir pertarungan keduanya.

Xiao Liong mengucapkan sesuatu saat mengangkat pedang cahaya, "Kuharap di kehidupan selanjutnya kita bisa kembali berteman, Saudara Feng."

"Aku tidak akan mati, Saudara Xiao." Feng Guang tertawa sebelum akhirnya tiba keduanya melepaskan serangan. Dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata, dua cahaya di atas langit saling bertabrakan dan pecah menembus langit dan kembali menggetarkan Tanah Para Dewa.

Namun sesuatu yang di luar dugaan terjadi. Mo Xiaohan menancapkan sebuah baja misterius yang membuat seluruh kekuatan Feng Guang menghilang. Bola api dari mulut naga itu hilang, pada akhirnya tebasan pedang cahaya mengenai telak tubuh Feng Guang. Naga itu mengeluarkan suara yang menggema, hingga akhirnya jatuh tumbang di atas halaman istana.

Xiao Liong yang masih berada di atas udara melihat apa yang dilakukan Mo Xiaohan dan tidak bisa berkata apa-apa, matanya menatap benda misterius yang berada di dalam genggaman lelaki itu.

Dia tidak menginginkan duel yang berakhir menyedihkan di akhir persahabatannya dengan Feng Guang. Namun sebelum dia mulai menyadari, Sembilan Jenderal Perdamaian mengunci tubuh naga Feng Guang dengan rantai yang dilapisi kekuatan qi penyegel.

Mo Xiaohan berkata sesuatu dengan penyesalan di wajahnya. "Bagaimana pun hubunganmu dengannya, kita harus menyingkirkan Feng Guang. Dia adalah ancaman dunia ini mengingat seberapa hebat kekuatannya. Aku juga merasakan hal yang sama seperti Anda. Seperti yang semua orang tahu, aku adalah muridnya dan hal ini membuat hatiku terpukul. Tapi ini adalah jalan terbaik demi kehidupan manusia."

"Menang dengan cara seperti ini adalah hal yang memalukan bagi seorang pendekar sepertiku. Aku tidak memiliki muka lagi untuk menemaninya di saat terakhir."

Xiao Liong mengibaskan jubah lengannya marah, meninggalkan istana begitu saja.

Kekalahan Feng Guang akhirnya diumumkan. Seperti yang diharapkan dari si nomor satu dari Tujuh Pilar Langit, Feng Guang berhasil dikalahkan oleh Xiao Liong. Tujuh hari dari sekarang, pencabutan gelar sekaligus eksekusi Cakar Naga Api Feng Guang akan dilaksanakan di panggung istana yang akan disaksikan oleh seluruh dunia. Para pendekar hebat dan tokoh terkenal dunia pasti akan menghadiri eksekusinya. Tentu saja banyak yang menyayangkan hal ini, mengingat Feng Guang adalah salah satu pendekar hebat dengan moral yang suci. Sudah tidak terhitung jasa yang dilakukannya. Dia bahkan pernah menghentikan peperangan antara dua benua dan menyelamatkan nyawa jutaan orang.

*

Tujuh hari setelah pertarungan yang menggemparkan, Istana Kerajaan Dunia Atas tampak lebih sibuk. Sejak hari kekalahan Feng Guang, Xiao Liong tidak pernah menampakkan diri lagi. Kini para penjaga mengawasi seluruh istana. Istana itu memiliki warna putih yang anggun dan berkilau, dihiasi dengan batu-batu bernilai tinggi tak tertandingi, terlihat elegan dan suci di mata para tamu undangan yang tidak menyangka mereka akan kembali mendatangi tempat ini untuk melihat kematian orang yang begitu mereka segani. Lantai istana memantulkan bayangan para tamu yang berjalan menuju panggung eksekusi yang berada di ruang terbuka di mana di tempat itu Feng Guang dalam tubuh manusianya dirantai.

Suara-suara memenuhi tempat itu. Feng Guang dipastikan yang telah dikalahkan akan menemui ajalnya hari itu juga.

Karena Xiao Liong tidak ada, Mo Xiaohan mengajukan diri untuk berdiri di panggung eksekusi dan berbicara dengan para tamu. Terlihat raut wajahnya yang amat sedih akan takdir yang dipikul Gurunya. Dia tidak bisa menyembunyikannya di hadapan semua tamu.

Salah satu utusan dari sekte dunia bawah berbisik, "Bukankah dia adalah muridnya Senior Feng-maksudku, Feng Guang?"

"Kudengar Feng Guang tidak pernah mengakuinya sebagai murid."

"Apa pun itu, kematian Feng Guang adalah jalan terbaik untuk kita semua."

Mo Xiaohan yang berada di atas panggung mulai menatap para tamu dengan tatapan simpati. "Siapa yang menyangka akan tiba hari di mana aku harus mengambil nyawa seseorang yang selama ini telah mengajariku cara memegang pedang untuk sebuah keadilan. Namun hari ini, keadilan itu sendiri yang harus membunuhnya!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status