Share

4. Keperawanan Yang Hilang

Kastara tiba-tiba merasa hawa tubuhnya menjadi panas dan gairah di dalam tubuhnya perlahan naik hingga tak tertahankan. Dia menjadi bergerak gelisah sendiri, sementara Shena sudah terduduk diam di kursinya dengan mata nyalang memandang pada Kastara yang ada di sampingnya. Tanpa buang waktu, dia langsung menarik Kastara dan menciumi bibir tipis Kastara tanpa jeda. Rasanya ada sesuatu yang liar di dalam tubuh dan ingin segera dilampiaskanya.

Shinta dan Jessie segera memanggil helper yang ada di lorong untuk mengantarkan Kastara dan Shena ke kamar yang sudah mereka pesan setelah sebelumnya mengantar Deni dan Lisa ke kamar mereka.

“Pasti seru!” tukas Jessie tertawa liar.

“Kau tahu, ayahnya yang kaya itu sudah mengancamanya bahwa dia tidak boleh tidur dengan pengawalnya sendiri. (Shinta tertawa lebar) Aku ingin lihat apa yang akan dilakukan Paman Iwan saat tahu anak keasayangan itu tidur dengan pengawalnya sendiri!” kekeh Shinta bahagia, berhasil menghancurkan sepupu emasnya itu.

Jessie ikut tertawa mendengar ucapan Shinta.

“Kita tunggu dan lihat saja nanti.”

 Mereka tertawa lagi sebelum akhirnya keluar menuju kamar yang sudah mereka sewa untuk malam ini, tepat di samping kamar Kastara dan Shena.

***

Kastara tehenyak saat bangun karena udara dingin menerpa tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Matanya semakin membulat saat melihat siapa yang ada di samping memeluk erat dirinya yang juga polos. Dia berusaha bangkit dan melepaskan pelukan erat di pinggangnya, tetapi gadis itu sepertinya masih dalam pengaruh obat dan tidur dengan nyenyak.

“Sialan! Apa yang mereka masukkan ke dalam minumanku!” seru Kastara marah. Kalau hanya satu dua botol minuman keras dalam botol itu dia tidak akan tumbang begitu saja.

Tiba-tiba matanya melihat ada benda bulat bergerak mengikuti gerakannya! Astaga! Itu CCTV yang menggunakan sensor panas dan mengikuti gerakan.

Kastara menyugar rambutnya dengan gusar, kali ini dia pasti terlibat dalam masalah besar! Tuan Iwan Duarte tidak akan memaafkan dirinya kali ini. Lelaki paruh baya yang gendut dan bertubuh tambun itu bahkan sudah mengingatkan bahwa dia tidak ingin anak gadisnya terlibat masalah ranjang. Karena itu dia selalu mengingatkan Kastara untuk selalu waspada.

“Nona … ayo bangun, Nona! Kita dalam masalah besar!” panggil Kastara sambil menggoyangkan tubuh gadis itu yang tampak menggiurkan itu membuat gairahnya bangkit kembali.

‘Sialan! Obat itu tampaknya masih belum habis di tubuhku!’ gerutu Kastara kesal. Dia hampir tidak pernah merasakan begitu bergairah hanya karena melihat seorang gadis tanpa busana seperti ini.

‘Arghh … aku harus ke kamar mandi!’ seru Kastara dalam hati. Akhirnya dia mendorong tubuh Shena agar dia bisa segera bangkit dan meninggalkan ranjang untuk ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi dibukanya shower sebesar-besarnya dan terduduk dibawah shower itu. Guyuran air dingin itu segera meredakan hasrat yang berkecamuk di dalam tubuhnya.

‘Ya Tuhan, siapa yang melakukan ini semua! Aku pasti akan membalas semuanya!’ Kastara berjanji dalam hati. Dia tidak suka cara seperti ini, terlalu pengecut!

Selang satu jam kemudian, akhirnya Kastara keluar dari kamar mandi dan mengenakan kembali pakaiannya.

“Arghh!” tiba-tiba dia dikejutkan suara pekikan Shena yang baru sadar bahwa dia sudah kehilangan keperawanannya semalam.

“Ka-kau yang me-melakukannya?!” seru Shena antara bertanya bingung dan marah.

“Kita dijebak, Nona. Segeralah bangun dan bersihkan tubuhmu,” perintah Kastara datar.

Shena yang masih bingung tidak langsung bergerak, dia menatap pada Kastara.

“Kau yang melakukannya? Jawab aku Kastara,” seru Shena memaksa.

“Kita dijebak, Nona …. Iya, aku yang melakukannya karena aku juga dalam pengaruh obat yang aku tidak tahu siapa pelakunya !” seru Kastara dengan emosi yang meningkat.

“Kenapa kau marah? Aku yang harusnya marah! Aku sudah kehilangan keperawananku! Kau mengerti tidak! keperawanan itu bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan uang! Sekarang Papa pasti akan marah besar dan Stevan tidak akan mau menikahiku lagi! Dan … dan … aku akan ditertawakan seluruh penghuni kantor!” seru Shena dengan mimik yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Dia terkejut, takut, malu, tetapi juga marah!

Kastara melemparkan tubuhnya ke atas sofa lelah.

“Kita harus segera pergi dari sini, Nona. Entah siapa yang melakukan ini tetapi mereka memasang CCTV di kamar ini dan kurasa mereka merekam apa yang kita lakukan semalam. Aku tidak bermaksud menakut-nakutimu, Nona, tetapi itulah yang kuketahui sejauh ini,” jawab Kastara sedikit panik.

“Dan aku rasa saat ini Tuan Duarte pasti mencari keberadaanmu karena kau tidak pulang semalam,” lanjut Kastara lagi, tepat saat itu bunyi ponsel di atas meja terdengar nyaring.

Tanpa melihat layar, Shena sudah tahu siapa yang meneleponnya.

“Pa ….”

“Kau di mana Shena? Apa yang terjadi semalam? Di mana penjagamu?” tanya Iwan Duarte dengan suara lantang.

“Aku – aku di ho-hotel, Pa,” jawab Shena terbata.

“APA!! CEPAT PULANG SEKARANG!” seru Iwan Duarte memekakkan telinga, wajah lelaki setengah baya itu merah padam.

Shena terdiam. Dari suara ayahnya jelas sekali lelaki kesayangannya itu marah besar.

“Bagaimana ini, Kastara. Papa marah besar! Tetapi ini bukan kemauanku dan juga bukan salahku! Aku harus menjelaskan pada Papa bahwa kita dijebak,” seru Shena cemas. Ayahnya tidak mungkin marah kalau dia menjelaskan semuanya dengan detail bahwa dia dan Kastara hanyalah dua orang yang tidak bersalah sama sekali.

Dia yakin ayahnya akan mengerti.

Kastara tersenyum pasrah. Ini bukan masalah dia menabrak atau menghancurkan kendaraan yang dibawanya, tetapi ini masalah masa depan gadis ini yang telah dihancurkannya! Arrghh .. Kastara menyugar kepalanya dengan acak.

 “Ayo kita pulang, Nona …. Maaf, aku tidak bisa menjaga Nona dengan baik,” ucap Kastara dengan senyum tipis.

Shena terdiam. Tetapi … perutnya lapar … krucuk … krucuk ….

“Kita makan dulu. Aku lapar, Kastara …,” ucap Shena dengan senyuman lebar yang dipaksakan.

Kastara terdiam, dalam hati dia sempat memaki gadis ini … bagaimana mungkin di saat tegang seperti ini dia malah merasa lapar? Dunia memang sudah gila! Tapi perut yang lapar jelas harus diisi biar mampu menghadapi segala tantangan.

“Pesan dan minta diantar ke kamar,” usul Kastara cepat.

“Ahya, kau benar,” jawab Shena menyetujui usul lelaki itu. Dia melangkah ke telepon yang ada di dekat kepala ranjang dan menekan nomor restoran.

Tidak sampai setengah jam sarapan pagi sudah diantar.

***

“Pa …,” sapa Shena pada Iwan Duarte yang ternyata menunggu kepulangan gadis itu di kursi depan rumahnya.

“Benahi pakaianmu dan pergi dari rumah ini! Aku tidak mau melihat mukamu lagi, dan jangan gunakan namaku lagi. Hubungan kita sudah putus. Mulai saat ini aku tidak memiliki anak bernama Shena. Kau mengerti!” seru Iwan Duarte keras tetapi datar tanpa ekspresi.

Shena terduduk lemas mendengar titah ayahnya.

Kastara terdiam.

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Buyung Krupuk
loh di awal bapaknya senang sama Kastara? kirain mau dijodohkan
goodnovel comment avatar
Megarita
ayah yg kejam ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status