Beranda / Romansa / Penjara Cinta Sang Sultan / 5. Mencoba Melarikan Diri.

Share

5. Mencoba Melarikan Diri.

Penulis: Rafli123
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-11 16:11:30

Alice menelan ludahnya kasar. Ditatapnya penuh kecurigaan kepada pembantu wanita di depannya itu. “A-apa maksud kamu bilang seperti itu?”

Pelayan wanita itu menegakkan tubuhnya dan berkacak pinggang seraya tetap menatap pada Alice. “Saya rasa Nona tahu pasti apa yang saya katakan. Saya akan membantu Nona keluar dari rumah ini, tapi nantinya Nona jangan pernah datang ke sini lagi. Bagaimana?”

Alice mengernyitkan keningnya. Selama dia dikurung di dalam rumah besar ini, tidak ada satu pun orang yang menawarkan bantuan untuk dirinya kabur. Hanya pelayan wanita ini saja yang berani menawarkan bantuan kepadanya.

Namun entah kenapa Alice merasa tidak nyaman dengan sorot mata pelayan wanita itu yang entah kenapa menatapnya dengan penuh kebencian.

“K-kenapa kamu mau membantuku?” tanya Alice lagi, dia tidak ingin mempercayai seseorang dengan mudahnya.

Sudah cukup Alice ditipu oleh orang yang dia percayai selama ini. Karena itulah Alice tidak mau terjatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya jika dia menaruh rasa percaya pada seseorang.

“Hahh, banyak sekali pertanyaannya,” geram pelayan wanita itu. “Sudah baik saya menawarkan bantuan. Tinggal diterima saja, apa susahnya sih. Atau Nona ingin tetap dalam tahanan tuan?" ucap pelayan wanita, kini tidak hanya tatapannya yang tajam. Tetapi setiap kata yang keluar dari bibirnya bagaikan belati yang sama tajamnya dengan tatapannya.

Alice memperhatikan baik-baik penampilan pelayan wanita itu. Jujur saja Alice mengakui kalau wajah pelayan itu memang cantik, namun raut wajahnya kurang Alice sukai karena memperlihatkan ketidaksukaannya kentara sekali di sana.

“Cepat, mau atau tidak? Kamu betah di sini? Nona tahu jika tuan bertemu dengan anda? Dia tidak akan segan membunuh nona. Terlebih nona adalah wanita —” ujar pelayan wanita itu sambil mengulurkan tangannya kepada Alice. Tidak ada waktu lagi untuk berlama-lama. Baginya membebaskan wanita di depannya adalah keharusan.

Alice kesal tetapi, tidak menampiknya. Benar meski ucapannya terhenti tetapi Alice tahu maksud dari ucapan pelayan di depannya yang tak menurunkan tangannya.

Rasa ragu kembali menghampiri Alice. Namun memang Alice ingin sekali kabur dari tempat yang telah mengurungnya selama ini.

“Lebih cepat ambil keputusan. Kenapa otakmu lama sekali bekerjanya, hem? Aku tidak ingin bermasalah saat membantumu, nona. Jadi sebelum kita ketahuan oleh bodyguard itu, maka secepatnya nona jawab." Ucap pelayan wanita itu lagi. Kali ini tatapannya semakin tajam pada Alice.

Sesekali pelayan wanita itu menoleh ke belakang, untuk memastikan bahwa bodyguard yang menjaga Alice belum menangkap basah perbuatannya itu. Jika hal itu terjadi maka tamat riwayatnya.

Pelayan wanita itu tahu bagaimana perangai tuannya yang tanpa ampun. Terlebih pada barang pribadinya, entah kenapa pelayan itu berfikir jiwa wanita yang akan ia bebaskan adakah wanita yang memiliki kedudukan penting bagi tuannya.

Tak seperti wanita sebelumya yang akan bertahan hanya berapa jam saja, bahkan ada yang hanya satu jam bertahan di samping tuannya.

“Cepat!” geram pelayan itu, karena Alice tidak kunjung menyambut uluran tangannya.

Alice masih takut namun, dia merasa tidak ada salahnya jika memang pelayan wanita itu ingin membawanya keluar dari rumah ini.

Meskipun dia masih ragu akan kebenaran bantuan yang ditawarkan oleh pelayan itu padanya, namun hanya ini satu-satunya cara yang mungkin bisa memberikan Alice kebebasan yang selama ini di impikan olehnya.

“B-bantu aku keluar dari sini, secepatnya,” ucap Alice, pada akhirnya menerima uluran tangan wanita itu.

Pelayan yang tidak ia ketahui namanya tersebut pun menarik kasar tubuh kurus Alice hingga Alice mau tidak mau bangkit berdiri dari duduknya itu.

Tarikan kasar membuat erangan Alice terlebih untuk cengkraman tangan pelayan itu semakin kencang sehingga menimbulkan luka yang di sebabkan kuku pelayan itu mengenai kulitnya.

"Bisa cepat? Kamu tahu kita tidak memiliki banyak waktu?"

"A–aku,"

"Entah apa untungnya tuan membelimu, melihat caramu berfikir mu yang lambat seperti itu," lirihnya, berhasil menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya pelayan itu, me kkhe ke arah Alice yang berdiri.

"Bisa kamu jelaskan padaku?"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, lagi pula itu bukan urusan 'ku. Aku hanya ingin membantumu terbebas dari tuan," ujarnya Kemabli menarik pergelangan tangan Alice.

“Kita lewat saja pintu belakang. Di sana jarang dijaga oleh bodyguard karena kebanyakan dari mereka menjaga area depan,” ujar pelayan tersebut, sambil mengendap-endap keluar dari kamar Alice itu. “Lagian Nona pasti selama ini tidak tahu menahu tentang pintu belakang rumah ini, kan? Makanya itu selalu kabur dari pintu depan, bodoh sekali.” Dengus pelayan wanita, tatapan mengejek tercetak di bibirnya.

Alice mengernyit tidak suka mendengar kata hinaan dari pembantu wanita itu. Namun apa boleh buat, dia sudah bisa menebak kalau pelayan itu memang membenci dirinya. Tapi yang membuat Alice heran adalah kenapa pembantu wanita itu mau membantu dirinya, terlebih pelayan itu jelas-jelas tidak menyukainya.

Pertanyaan semakin memenuhi kepala Alice, tetapi semua hanya bisa tersimpan. Kebebasan yang kini di inginkan Alice dan menjauh dari semua yang telah memberikan luka yang begitu dalam pada dirinya.

“Kenapa kamu membantuku?” tanya Alice pelan. Satu pertanyaan dari semua yang ingin di ucapkan oleh Alice pada wanita di depannya.

“Ck, berhenti bertanya,” sahut pelayan itu.

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin menjawab pertanyaan konyol dari mu, nona. Jika ingin bebas maka diam, dan ikuti semua kata-kata 'ku." Geram pelayan itu. Kata yang keluar dari bibirnya lirih namun sarat akan penekanan.

Alice akhirnya berhenti bertanya dan hanya mengikuti langkah kaki pelayan cantik di depannya itu, hingga akhirnya mereka tiba di bagian dapur.

Alice untuk pertama kalinya melihat dapur di rumah itu, karena memang selama ini dia hanya makan di dalam kamarnya saja.

‘Apa kali ini aku akan berhasil kabur?’ batin Alice, sedikit berharap bahwa kaburnya kali ini akan berhasil.

Tak ingin kejadian kabur dan tertangkap lagi terulang. Sehingga Alice harap cemas dengan kaburnya kali ini, meski di bantu oleh salah satu pelayan tang tengah tahu benar seluk beluk kediaman seseorang yang misterius baginya.

"Apa yang nona lihat? Cepat sebelum mereka menyadari kepergian kita." Pelayan itu mulai geram melihat tingkah Alice, yang tidak hentinya menatap sekitarnya.

"A–aku,"

"Apa kau tidak pernah melihat rumah sewewah ini? Miris sekali hidupmu, nona. Tapi sayangnya tempat ini tidak cocok untuk anda, itulah kenapa aku membantu anda untuk kabur." Sentak pelayan itu lagi. Mendengus kesal melihat sikap Alice yang terlihat kampungan.

Bibut Alice tersenyum melihat pintu gerbang kecil yang di depannya. Kali ini dia akan berhasil untuk kabur.

“Mau kemana?”

Degh!

Jantung Alice seperti akan lepas dari tempatnya, ketika mendengar suara bariton dari belakang tubuhnya. Entah kenapa dia menjadi dejavu sama kejadian di depan gerbang rumah itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dina0505
pelayannya galak banget gimana tuannya tuch. pasti lebih arogan ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Penjara Cinta Sang Sultan   65. Hidup Tenang TAMAT

    Acara yang sudah disusun sedemikian matang akhirnya gagal karena satu hal yang tidak mungkin dilakukan mengingat akan banyak orang yang akan terlibat di dalamnya Alaric tidak ingin mengambil resiko terlebih kejadian yang belum lama ini dialami oleh istri dan anaknya sehingga rencana pun berubah. Walau demikian Alice, sebagai istri tentu mendukung penuh apa yang diinginkan oleh sang suami. Tanpa mencampuri tangan orang banyak sang suami tentu bisa menjebloskan mereka ke dalam penjara. Hari-hari berlalu dengan tenang semua yang terlibat di dalamnya pun tentu merasa takut karena selama beberapa hari ini pun tidak ada yang mengusik ataupun bergerak untuk menangkap mereka justru sebaliknya keluarga kecil itu tengah berjalan-jalan ke salah satu pusat perbelanjaan di kota."Sebenarnya apa yang di rencanakan, kamu?""Hum, kamu keberatan dengan ketenangan ini?"Alice menggeleng tentu tidak terganggu dengan ketenangan yang dibuat oleh sang suami namun selain itu ada hal yang membuatnya merasa

  • Penjara Cinta Sang Sultan   64. Terlibat

    "Ayah!!""Sayang, kamu tidak apa-apa?"Arka menggeleng cepat wajahnya ia benamkan dalam ceruk leher Alaric."Benar yang tante katakan tadi kan? Ayah akan datang untuk menyelamatkan kita. Tuan, Alaric terima kasih, sudah menyelamatkan kami.""Sayang apa mereka menyakitimu?"Arka kembali menggeleng sesaat memperhatikan Larissa yang menatapnya."Ayah, bawa aku pergi dari sini. Aku takut,""Ya, sayang, kita akan pergi."Alaric membawa Arka pergi tak lama langkahnya terhenti saat suara dari belakang terdengar."Tuan, anda tidak mengajakku pergi? Aku sudah berusaha untuk melindungi den Arka,"Tanpa mengatakan ataupun menjawab Alaric meninggalkannya begitu saja. Sesuatu terjadi dan putranya tengah ketakutan."Ben, urus wanita itu jangan biarkan salah satu lepas termasuk dia.""Baik, tuan.""Ayah, mama, mana?""Mama, sedang menunggu kita di rumah, nak. Anak ayah yang tampan dan hebat ini apa sudah bisa ceritakan pada ayah?"Arka terdiam tubuhnya terasa sedikit bergetar. Alaric tahu ada yang t

  • Penjara Cinta Sang Sultan   63. Disekap

    Alaric bersikap tenang membuat pria paruh baya mengalihkan pembicaraan mereka. Ia tahu apa yang akan terjadi jika salah bicara bukan hanya dirinya tapi juga seluruh keluarga akan hancur bahkan kematiannya tidak akan terendus oleh pihak berwajib sehingga ia di nyatakan mati sewajarnya.Membayangkan hal itu membuat buku kuduknya berdiri tatapan yang terlihat tenang itu justru tatapan sebaliknya. Tatapan seorang pembunuh berdarah dingin, siapa tak kenal Alaric dalam dunia bisnis dan bawah dua orang yang di takuti banyak orang termasuk lawan bisnisnya."Haruskah aku percaya? Atau kau ingin kita bermain-main lebih dulu tuan?""Hahaha, becandamu tidak bisa membuatku tertawa. Tapi, sedikit menggelitik.""Tuan, cobalah untuk jujur agar tidak ada hal yang membuat kita tidak nyaman terlebih anda." "Boy, kau belum mengenalku sepertinya. Aku tidak pernah bermain-main dan apa yang aku katakan itu adalah sebuah kejujuran.""Oke, kali ini aku percaya tuan Rendra. Anggap saya percaya dengan perkataa

  • Penjara Cinta Sang Sultan   62. Kembalikan Anakku

    Alice membuka matanya aroma obat tercium begitu menyengat di hidungnya. Memindai seluruh ruangan bercat putih. Alice mencoba mengingat apa yang terjadi padanya. Sesaat tubuhnya bergetar mencoba untuk bangkit namun sayang tubuhnya begitu sulit untuk di gerakkan."Sayang, kamu sudah sadar? Kamu tidak boleh bergerak, tetap seperti ini,""Arka, di mana Arka? Kamu berhasil menyelamatkan anakku kan? Katakan padaku Alaric, mana anakku!!" Alice memukul dada bidang Alaric, putranya tidak ada di sampingnya. "Sayang, kamu harus tenang ya?" Alaric mencoba untuk memeluk Alice, tapi sayang Alice tetap memberontak dan bahkan berulang kali mendorong tubuh Alaric meski tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Alice mencoba melepaskan diri saat Alaric berusaha untuk menenangkan dirinya walau tubuhnya lemah Alice tetap berusaha untuk turun mencari keberadaan putranya."Aku janji akan membawa anak kita dengan selamat. Tidak ada satu goresan dalam tubuhnya, aku janji sayang." Alaric merengkuh tubuh istrinya y

  • Penjara Cinta Sang Sultan   61. Arka Di Culik

    Alice memilih menu untuk mereka nikmati bersama tanpa bertanya karena ia tahu jika Ratmi menyukai makanan yang sama dengannya. Bahkan Larissa pun memilih makanan favorit walau ia beralasan penasaran dengan menu yang di lihatnya mengunggah seleranya. "Setelah ini anda mau ke mana nyonya?" Larissa memecah keheningan di antara mereka setelah menikmati makan siang di tempat yang di pilih oleh Arka. "Pulang, di rumah ada mama. Tapi sepertinya Arka ingin berkeliling sebentar," "Ya, nyonya anda benar sekali, sepertinya den Arka masih ingin bermain apa sebaiknya kita nunggu sebentar agar den Arka puas bermain?" usul Larissa. Alice membenarkan perkataan Larissa, selagi Emre di luar kebetulan Alice sudah lama tidak mengajak Arka bermain di luar rumah. "Ya, benar. Kita tunggu sebentar." Mereka mengikuti langkah kecil Arka yang memilih satu permainan yang di inginkan olehnya. Walau sejak tadi sudah bermain, tetapi tak terlihat lelah di wajahnya. Alice sesekali menanggapi perkataan La

  • Penjara Cinta Sang Sultan   60. Rencana Menculik Arka

    Alaric yang menceritakan semua yang terjadi di proyek pada Alice. Sebagai seorang suami ia harus jujur terhadap istrinya apapun yang terjadi di luar rasa, termasuk musibah yang menimpa mereka berdua sehingga Alaric menyelamatkan nyawa Larissa sebagai bentuk terima kasihnya yang sudah di selamatkan.Mereka memilih menginap di salah satu penginapan yang tak jauh dari proyek itu pun semua dilakukan demi rasa kemanusiaan dan tentu hal itu membuat Alice semakin mencintainya karena kejujuran laki-laki yang kini telah menjadi seorang ayah untuk putranya. "Aku tidak akan marah ataupun cemburu, apa yang kamu lakukan itu sudah benar tentu aku akan bangga dan mengucapkan terima kasih padanya untuk kedua kalinya dan menyelamatkan suamiku. Dan salah satunya karena ulah anak kita dan yang kedua adalah kamu, bagaimana jika dia tidak menyelamatkan kamu tentu saat ini kamu tidak berada di hadapanku namun sebaliknya aku dan anakku menangis mengiringi kepergianmu"Hal itu tidak mungkin terjadi padaku k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status